Kaca Mata Renang Merah chapter 4

SIERRA PATTINSON

Mataku menerawang kesegala arah. Ruangan ini berbeda dari 2 minggu lalu, dekorasinya sekarang berwarna biru muda dan tua seperti baju batik Shinathrya yang biasa kami pakai hari Kamis. Rambut sebahuku berterbangan kesana kemari tertiup AC yang tepat berada diatas kepalaku. Taylor tersenyum lebar.

“Ada hubungan apa kau dengan Deniz Gilman?” tanya Taylor membuka pembicaraan. Ah aku sudah berlari-lari dari gedung 4 ke gedung 1 untuk menemui Taylor dan dia hanya menanyakan ini? Oh my God!
“Aku tak mengerti maksudmu.” sahutku pendek. Aku sedang tidak menyukai topik tentang Deniz. Sudah 1 bulan aku berenang di kolam renang yang sama dan jam yang sama dengannya. Tapi dia tidak pernah tersenyum, menyapa atau apapun yang menunjukan itikad baiknya padaku. Deniz sombong sekarang.
            
“Ya Tuhan, semua orang sudah tau kau menyukainya. Semua orang membaca blog mu ! Ini lihat !” seru Taylor sambil menunjukan blog-ku dari MacBook putihnya. Blog-ku adalah salah satu blog panutan di Shinathrya. Blog terpopuler ke-5 dari 10 blog teratas milik murid Shinathrya JHS.

Layout blog-ku bergambar fotoku dengan Rob. Taylor membuka post terpopuler di blog-ku, judulnya ‘Kaca Mata Renang Merah’. Ah ya, tentu saja itu untuk Deniz.

“Kau menyukainya yaa? Jujur saja, Sier!” seru Taylor sambil tertawa. 
“Ish, apa sih kau!” elakku pelan. Jujur saja, waktu SD aku sempat dekat dengannya dan aku menyukainya. Lalu aku pacaran dengan Stefan dan semuanya berubah. Deniz menjauhiku.
"Sierra... Kalau kau suka pada Deniz, sapa dia dong. Ajak ngobrol. Nanti kamu kehilangan kesempatan lho. Kalau nanti akhirnya kamu enggak bisa dapetin Deniz, paling enggak kamu udah berusaha. Iya kan?" kata Taylor sambil tersenyum lebar memamerkan behel merah putihnya. Aku nyengir seperti biasa.

"Tapi susah Tay, dia sepertinya risih denganku.." kataku sambil mengingat kejadian minggu lalu. Pak Derryn tidak datang tapi Mom menyuruhku untuk latihan. Otomatis aku makin tersiksa. Robert yang lebih pandai dariku sudah cekikikan saja melihatku sengsara. Kakak gila dasar.

Deniz datang, melihatku, menaruh tasnya, lalu pergi lagi. Deniz menghampiri kakakku yang jelas jelas disebelahku, mengobrol dengannya, dan mencuekan ku. Risih? Apa salahku?

"Kamu ngeliatin dia terus ya, Sier?" tanya Tay pelan. Asumsi Taylor benar, aku memang sering melihat Deniz.
"The sound like me hehe." kataku nyengir lagi.
"Yah.. Jangan gitu Sier, deketin, paling enggak nyapa deh. Aku cuman pengen kamu enggak terlalu banyak berharap lagi dari Deniz kayak waktu SD. Inget?"

Ehem, aku menelan ludah amat banyak. Aku menyukai Deniz dari kelas 4, aku menyatakan perasaanku kelas 6 dan Deniz sedang tidak suka dengan siapa siapa. Lalu 2 bulan kemudian Deniz bercerita padaku kalau dia menyukai Kak Tiana. Sial, emang banyak dosa kau, Sier !

"Aku tidak mendukungmu pacaran, aku hanya ingin kamu dekat lagi dengan Deniz. Aku tau kamu tidak menyukai sekolah ini dan karena Deniz lah kamu menyukai sekolah ini, iya kan? Sana ke kelas, fikirin tentang nyapa Deniz. Kamu cukup berani kok untuk menyapanya. Anggap aja dia teman kamu, okey?" kata Taylor sambil meyakinkanku.

"Ya, akan aku coba. Doakan aku, Tay." kataku pendek sambil menunduk lesu. Sierra, bisakah kau menyapa Deniz? Eum.... Aku tidak yakin.

***

Aku berlari terburu buru menuju pintu utama Shinathrya JHS. Aku terlambat bangun karena aku kecapekan selepas latihan berenang kemarin. Belum lagi aku harus mengerjakan tugas yang ternyata...... aku lupa mencatatnya. Untung Selena menelfonku dan mengingatkanku tentang tugas Sejarah itu. Aku benci Sejarah.

Tanpa aku sadari, aku menabrak seseorang. Bukunya dan bukuku berjatuhan semua. Sepertinya cowok. Aku mencoba membereskan bukuku tanpa melihat nama dibuku buku itu, bukunya bersampul putih semua, bagaimana aku bisa memilih milih dulu? Aku sudah telat 10 menit!

Aku berdiri dan bersiap siap meminta maaf, orang yang ku tabrak tidak mengomel sejak tadi, aneh. Ia berdiri dan..... Ya Tuhan, itu Deniz!

"Sierra Pattinson?" tanyanya lembut. Suaranya ramah, gayanya mirip Edward Cullen di film Twilight dan wajahnya dilihat lihat mirip seperti Christian Sugiono. Aku menelan ludah, ya ampun Sierra! Kamu menabrak cowo yang kamu suka? Aku gelagapan. Kuseka rambutku dan mengangguk pelan.
"Ya, aku Sierra." kataku pelan. Ia tersenyum, dan akupun berbunga bunga. Dia menyodorkan buku berwarna putih yang tertulis besar "SIERRA SHANANDRA PATTINSON, 7-4, SHINATHRYA JUNIOR HIGH SCHOOL". Ku ambil buku itu pelan pelan dari tangannya.
"Aku Deniz, kamu masih inget aku kan, Sier?" tanyanya pelan, akupun mengangguk lalu kami berjalan bersama sambil mengobrol menuju kelas pertamaku hari ini, Biologi.



bersambung ke chapter 5

Tidak ada komentar:

Leave me some comment! Thank you, guys:}

Diberdayakan oleh Blogger.