Kaca Mata Renang Merah chapter 5

SIERRA PATTINSON

Robert mengetuk pintu kamarku tidak henti-hentinya. Huh, padahal tadi aku sedang asyik mengobrol dengan Deniz, yaah walaupun dalam mimpi. Kulirik jam wekerku, baru jam 6 sore. Ini malam minggu, malam libur sedunia, lalu kenapa harus aku bangun saat aku mengantuk seperti ini? Aku sedang halangan, kau tahu itu Rob?!

Suara Rob semakin terdengar keras, ku lihat langit langit kamar sambil berharap Robert akan menyerah dan menghentikan ketukannya. Yeah, aku salah besar. Bunyi ketukannya makin lama seperti orang sedang menjerit jerit sehabis dilempari batu. Aku mendesah.

"Hei, iya iya aku banguuun.." kataku lirih sambil membuka kunci kamarku.
"Cepat mandi cepat mandi, kita jalan jalan!" serunya sambil tersenyum berseri seri.
"Eh? Ah tidak, aku tidak mau. Aku malas, Rob..." kataku pelan. Robert menghela nafas panjang sambil tersenyum lebar ketika sebuah suara datang dari lantai bawah rumahku...

"Robert? Kau diatas? Aku sudah datang, kita jadi pergi kan? Cepatlah ke bawah!" seru seorang cowok dari sekitar ruang tamu. Aku menelan ludah dan berusaha bernafas. Aku seperti mengenali suara cowok itu. Sesaat aku tersentak lalu menggeleng tak percaya. Eh, suara itu.... Deniz?!

***

Deniz Gilman

Dalam perjalanan pulang setelah pergi ke Plaza Semanggi bersama Rob dan Sierra, aku semakin canggung saja. Di Plaza Semanggi, aku sempat membelikan Sierra ice cream, dia hanya tersenyum dan bilang thanks. Tapi sepanjang acara jalan jalan hari ini, dia tidak henti hentinya menatapku.

Mobil Yaris hitam milik Rob ini terasa sangat sempit sampai sekarang ketika aku duduk disebelah Sierra di jok belakang. Kami berada sedekat ini tapi dia enggak sekalipun nyapa? Oh shit, ini mustahil. Kenapa aku jadi mikirin Sierra sih?

Robert mendampingi supir di jok belakang sambil mengobrol dengannya. Sierra sibuk sendiri dengan BlackBerry-nya. Sementara aku? Aku bersenandung sendirian lagu Jason Mraz - Lucky. Sierra sesekali mengikutiku bernyanyi. Aku melirik dan dia hanya tersenyum...

"Deniz!" seru Sierra tiba tiba. Eh? She's call my name? Aku tersenyum datar, bete karena di cuekin dan bete menunggu setelah sekian lama baru dia menyapaku lagi.
"Eum.... Besok lo renang?" tanya Sierra gugup. 
"Enggak tau, Sier. Lo renang?" tanyaku gugup, aku jadi ikut ikutan gugup gara gara dia. 
"Eh, eum enggak tau, Niz..." 
"Gue renang kok. Ada apa sih?" tanyaku pelan.
"Enggak, pengen ngobrol aja..." kata Sierra lirih. Mobil Rob berhenti tepat didepan rumahku. Robert tersenyum lebar.
"Thanks ya, Niz.." katanya sambil menjabat tanganku.
"Iya, thanks udah nganterin gue pulang. Sampe ketemu besok ya Niz, Sier.." kataku sambil membuka pintu mobil Rob. 
"Deniz...." panggil Sierra lirih.
"Iya?" tanyaku heran.
"Nomer elo masih yang dulu kan?" tanya Sierra sedikit kaku. Aku mengangguk lalu Sierra tersenyum lebar.
"Makasih ya buat ice cream nya tadi. Selamat malam..." kata Sierra sambil tersenyum lagi.
"Ya, selamat malam, Sierra..." kataku lirih sambil tersenyum lebar.

Ini hari pertama aku jalan dengan Sierra, dan ini pula hari pertama kami mengobrol lagi -mengobrol secara wajar. Kenapa aku jadi senyum senyum begini ya? Ah, mana mungkin aku menyukai Sierra!


bersambung ke chapter 6

Tidak ada komentar:

Leave me some comment! Thank you, guys:}

Diberdayakan oleh Blogger.