SPEAK NOW chapter 15


EDWARD CULLEN’S POV

            “My-Aliceeeeeeeeeeeeeeeee!” Seruku sambil memeluk Alice lalu menatapnya bahagia. Alice menatapku aneh lalu mendekap bindernya. Aku merangkul Alice lalu bersenandung. Kami berjalan menuju jejeran loker angkatan kami lalu Alice membuka lokernya dan menaruh tas punggungnya. Aku tersenyum sendiri mengingat apa yang akan aku lakukan nanti siang.

            “Edw! Kenapa sih senyum senyum terus?” Tanya Alice sambil menutup lokernya.
            “Kasih tau Alice enggak ya…..”
            “Ih! Kalau itu berhubungan dengan kau dan Demi, aku tidak akan membantumu.”
            “Eh, Ali! Jangan marah dong.. Eh iya, kau dikirim bunga ya sama Nick?” Godaku sambil tertawa. Alice menghentikan langkahnya lalu menatapku curiga.
            “Hey, kau tau dari mana?” Tanya Alice panik.
            I can read your mind, honeeey! I’m Edward Cullen, remember that?” Tanyaku sambil tertawa kecil. Nick pernah cerita padaku saat liburan ia akan mengirimkan bunga kerumah Alice. Nick sepertinya benar benar menyukai Alice dan akan memperjuangkan cintanya.

            “Sepertinya Nick menyukaimu, Lice..” Kataku lirih. Aku tertawa kecil.
            “Tau dari mana lagi? Membaca pikiran?” Tanyanya dengan nada sinis.
            “Ya.. Coba deh. Dia yang paling pertama ada disampingmu setiap kali kau sedih. Kurasa dia menyukaimu, Lice…”
            “Tapi Miley menyukai Nick. Kau tau itukan, Dward?” Tanya Alice pelan. Oh iya aku baru ingat, Miley sudah lama menyukai Nick. Ya Tuhan, kalau Alice jadi dengan Nick. Bagaimana dengan Miley? Aku akhirnya memutuskan untuk berhenti memikirkan tentang Alice-Nick-Miley lalu tersenyum kecil mengingat rencanaku nanti siang.

            “Kau tau? Aku serem melihatmu senyum senyum sendiri kayak gini.” Kata Alice sambil berjalan lagi. Aku tertawa lalu berjalan mengikutinya.
            “Alice, kau tau apa yang akan terjadi nanti siang?” Tanyaku sambil cekikikan.
            “Manaku tau. Emangnya aku Edward Cullen apa.” Kata Alice sinis.
            “Hey, kau kan Alice Cullen. Alice Swift. Atau Alice apapunlah. Kau adikku jadi kau bisa lihat masa depan dong.” Godaku sambil tertawa lagi. Alice berbalik lalu menatapku.
            “Kalau kau tidak mau memberi tau apa rencanamu, baik. Tapi aku tidak akan membantumu jika kau tidak bisa menyelesaikan tugas Fisikamu.” Ancam Alice.
            “Jangan marah dong, Lice.” Pintaku sambil memasang muka memelas.
            “Kau begitu menakutkan, kau tau?” Tanya Alice dengan tatapan sinis.
            “Sudah bertemu Daniel?” Tanyaku mengalihkan topik.
            “Belum. Cody juga belum.”
            “Cody? Tau deh yang kemarin habis dating sama Cody dipantai…”
            “Sirik?” Tanya Alice sinis.
            “Ayo jadian dong sama Cody, susul kakakmu ini.” Kataku sambil cekikikan.
            “Menyusul siapa? Menyusul kau? Emang siapa pacarmu?”
            “Demi Lovato. Hari ini aku akan memintanya menjadi pacarku. Siang ini. Di panggung Aula sekolah kita saat pentas seni. Kan tidak ada guru, mereka semua rapat.” Kataku sambil cengengesan. Alice menatapku tak percaya.
            “Edward! Kau memang gila!”

TAYLOR ALISON SWIFT’S POV

            Demi Lovato-ku diminta naik ke atas panggung ketika sedang jeda pertunjukan Pentas Seni Awal Semester. Aku, Miley, Nick, Ashley, Joe dan Daniel yang sudah tau rencana Edward berdiri dibarisan depan. Selena ada diatas panggung, ia pura-pura membereskan CD padahal nanti ia yang akan membantu Edward memberikan apapun yang ada direncananya.

            Edward meminta Demi duduk disampingnya, tepat didepan piano. Ia menyanyikan lagu Love Me yang merupakan lagu milik Justin Bieber, calon pacar Selena yang ke… Tiga belas mungkin. Demi wajahnya memerah ketika hampir seluruh anak PELHA bertepuk tangan dan meneriakan nama Edward Cullen dan Demi Lovato.

            Edward berdiri lalu Demi pun berdiri. Mereka berhadapan dan Selena datang membawa seikat mawar putih dan microphone. Semua cewek yang merupakan fans Edward –well, Edward itu bisa dibilang cowok yang sangat digemari siswi PELHA walaupun masih kelas 7- terlihat harap harap cemas. Ada juga yang meneriakan nama Edward ada juga yang… Menangis. Ya Tuhan, menangis? Menangis?!

            Okey Dem, please hear me. I’m so in love with you and you know that, right? so.. Eum.. Demi Lovato… I promise I love you everymoment forever until God say we can’t together again. Can you be my Isabella Swan?” Tanya Edward sambil berlulut dihadapan Demi dengan bunga mawar putih ditangannya. Kulihat wajah Demi, memerah, berkaca kaca, senyum tak lepas dari wajahnya.

            Semua orang berteriak histeris. Banyak yang ingin menjadi Demi –aku juga, tentu  itu pasti. Edward adalah anggota OSIS dan salah satu siswa berbakat, jadi dia bisa minta tolong segerombol manusia untuk membantunya dalam rencana ini. Dan untungnya.. Edward mudah disukai oleh semua orang sehingga tidak ada yang membencinya.

            Aku berdecak kagum dengan keberanian Edward. Demi beruntung sekali, bisa disukai dan memiliki orang yang ia suka. Aku melirik kearah Daniel yang sedang tersenyum melihat apa yang terjadi diatas panggung. Andai Daniel itu Cody yang menyukaiku.. Andai Daniel memintaku menjadi pacarnya seperti apa yang Edward lakukan pada Demi…

            “DEMIIIIIIII! AYO JAWAAAAAAAAAAAB!” Teriak Ashley antusias. Demi melirikku lalu matanya berisyarat, seperti menanyakan apakah aku setuju ia bersama Edward atau tidak. Aku mengangguk yakin lalu tersenyum, tentu, aku setuju jika Demi bersama Edward, Edward pasti bisa buat Demi berhenti menggalau setiap saat.

            Yes, I can.” Kata Demi sambil mengangguk, menerima bunganya lalu ia dipeluk oleh Edward. Edward lalu mengecup kening Demi lalu turun dari panggung. Semua orang bertepuk tangan, dan kurasa akulah yang paling semangat. Tiba-tiba air mataku tumpah, sama seperti Demi yang sudah tumpah dari tadi.

            Nick berada disampingku. Ia menghapus air mataku lalu tertawa kecil. Aku berharap yang menghapusnya Daniel, bukan Nick…

            “Andai aku bisa melakukan apa yang Edward lakukan pada gadis yang aku suka.” Kata Nick sambil tertawa. “Tapi sepertinya tidak mungkin, ya…” Sambungnya.
            “Memang siapa sih gadis yang kau suka, Nick?” Tanyaku sambil tersenyum.
            “Gadis yang menerima bunga mawar dariku Hari Kamis minggu lalu.” Kata Nick sambil menatapku lekat lekat. Aku mendesah. Jadi apa yang Edward bilang tadi bukan bercanda? Jadi… Nick benar benar menyukaiku?


To Be Continued...

2 komentar:

Leave me some comment! Thank you, guys:}

Diberdayakan oleh Blogger.