SPEAK NOW chapter 25

Hai. Speak Now chapter 25! Ya ampun, tiba tiba udah chapter 25 aja. Ehm, punya tissu? :') Untuk menulis chapter ini benar benar penuh perjuangan, gue jadi ga bisa belajar matematika dan hampir seharian penuh gue duduk di depan laptop sampai dapat kata kata yang tepat untuk menggambarkan cerita Alice dan Cody yang jujur, bener bener rumit buat gue bikin jadi simpel. Awkward yah? Wkwkwk. Maaf yah, chapter 25nya panjang banget wehehe. Keep read, satu chapter lagi! ;)

This is it! Speak Now chapter 25 by Tipluk Pattinson!

___________________________________________________________


TAYLOR ALISON SWIFT’S POV

            Aku duduk tepat di depan Cody. Selama acara inti berlangsung, kami sempat beberapa kali bertatapan, tapi dia tidak berbicara padaku. Sama sekali tidak. Selena, Edward, Demi, Miley, Ashley, Joe dan Nick sudah menyuruhku untuk mendatangi Cody dan menyiramnya dengan air, seperti di film film. Tapi dengan tegas aku menolaknya. Aku sangat menyayangi Cody, aku tidak mungkin melakukan hal itu.

            Selena memintaku untuk menyanyi 2 kali. Sebentar lagi bagianku dan sangat berat untuk naik ke atas sana. Dari atas sana aku akan lebih jelas lagi melihat Cody sedang mengobrol dengan Alyssa tanpa dosa. Mungkin aku yang berdosa karena memilih Daniel. Mungkin…..

            Aku sudah menulis 1 lagu semenjak aku tau kalau Cody sekarang sedang dekat sekali dengan Alyssa. Dan Yana dengan hebatnya menulis lagu ‘The Story of Us’ untukku setelah aku bercerita tentang apa yang terjadi padaku dan Cody. Hari ini aku akan menyanyikannya kedua lagu itu. Dari belakang Demi memelukku dan Edward berbisik, “Good Luck” padaku saat aku mulai berdiri dan berjalan ke arah panggung.
           
            “Alice, The Story of Us kan? Lagu ini bagus sekali. Tatap mata Cody, Good Luck.” Kata Selena sambil tersenyum. Aku hanya membalas senyumannya dengan mengangguk lalu berbalik melihat Cody yang sedang tertawa dengan Alyssa. Aku menghapus air mataku lalu naik ke atas panggung, dan mulai bernyanyi, berusaha menatap Cody, tetapi tidak bisa…

I used to think one day we'd tell the story of us How we met and the sparks flew instantly
People would say, "they're the lucky ones"
I used to know my place was a spot next to you Now I'm searching the room for an empty seat
'Cause lately I don't even know what page you're on

Oh, a simple complication
Miscommunications lead to fall out
So many things that I wish you knew
So many walls up I can't break through

Now I'm standing alone in a crowded room and we're not speaking
And I'm dying to know is it killing you like it's killing me?
I don't know what to say, since a twist of fate, when it all broke down
And the story of us looks a lot like a tragedy now
Next chapter

How'd we end up this way? See me nervously pulling at my clothes. And trying to look busy
And you're doing your best to avoid me. I'm starting to think one day I'll tell the story of us
How I was losing my mind when I saw you here.
But you held your pride like you should have held me

Oh, we're scared to see the ending Why are we pretending this is nothing?
I'd tell you I miss you but I don't know how I've never heard silence quite this loud

Now I'm standing alone in a crowded room and we're not speaking
And I'm dying to know is it killing you like it's killing me?
I don't know what to say, since a twist of fate, when it all broke down
And the story of us looks a lot like a tragedy now

This is looking like a contest of who can act like they care less
But I liked it better when you were on my side
The battle's in your hands now but I would lay my armor down
If you'd say you'd rather love than fight
So many things that you wish I knew
But the story of us might be ending soon

            Aku turun dari panggung dan mendapati Cody sedang menggenggam tangan cewek itu. Ya Tuhan, lagu yang Yana buat benar benar seperti ceritaku dengan Cody! Aku terpaku melihat Cody dengan Alyssa bermesraan seperti itu, di depanku. Air mataku tumpah. Semua teman temanku menyuruhku untuk langsung mendatangi mereka, tapi aku tidak mau. Daniel akhirnya meraih tanganku lalu mengajakku berdansa. “Jangan menangis, kau jelek sekali kalau menangis.” Kata Daniel sambil tertawa.

            Aku masih menangis, Cody melihatku menangis, tapi bukannya ia mendatangiku, ia malah mengajak Alyssa berdansa. Ia tersenyum kepada semua teman temanku seperti tidak ada sesuatu yang salah pada dirinya. Tiba-tiba Daniel memelukku.
            “Kembali ke atas panggung. Mainkan piano itu, menyanyilah. Tatap matanya.” Kata Daniel lalu melepas pelukannya dan membimbingku ke arah Selena. Selena meraih tanganku lalu tersentak. Ia pasti merasa betapa dinginnya tanganku malam ini.

            “Setelah kau menyanyi, Cody akan naik dan duduk di bangku ini. Kau berdiri di tangga panggung sebelah kanan, tunggu dia, lalu bicaralah.” Kata Selena pelan.
            “It’s crowded. We can’t talk.” Kataku sambil menghapus air mata.
            “Kalau gitu mau kapan kalian ngobrolnya? Dia kan sekarang menghindarimu.” Kata Demi tiba-tiba dari belakang. Iya, Demi benar. Aku harus bicara dengannya sekarang, atau tidak akan ada kesempatan lagi.
            “Good Luck honey.” Kata Demi sambil menarik dangan Selena dan meninggalkanku. Aku naik ke atas panggung perlahan lahan lalu duduk di bangku piano. DJ memberhentikan musiknya lalu seluruh taman begitu hening. Ya Tuhan, I need your miracle.

            “Selamat malam semuanya. Lagu ini, aku tulis untuk seseorang yang ada disini. Yang sedang berdiri dengan kemeja putihnya. You said forever and always, did you forget everything?” Tanyaku pelan lalu memulai memainkan piano. Aku menatap Cody dan berani bersumpah, ia langsung berhenti berdansa dengan Alyssa dan menatapku tanpa berkedip. Cody, aku mencintaimu. Kenapa semuanya jadi begini?

Once upon a time, I believe it was a Tuesday when I caught your eyes and we caught onto something
I hold onto the night, you looked me in the eye and told me you loved me

Were you just kidding? 'cause it seems to me, this thing is breaking down We almost never speak
I don't feel welcome anymore. Baby what happened, please tell me?
'cause one second it was perfect, now you're halfway out the door

And I stare at the phone, he still hasn't called
And then you feel so low you cant feel nothing at all
And you flashback to when he said forever and always

Oh, and it rains in your bedroom
Everything is wrong it rains when you're here and it rains when you're gone
Cause I was there when you said forever and always

Was I out of line? Did I say something way too honest, made you run and hide like a scared little boy
I looked into your eyes thought I knew you for a minute, now I'm not so sure

So here's everything coming down to nothing here's to silence that cuts me to the core
Where is this going? Thought I knew for a minute, but I don't anymore

And I stare at the phone, he still hasn't called
And then you feel so low you cant feel nothing at all
And you flashback to when he said forever and always

Oh, and it rains in your bedroom
Everything is wrong it rains when you're here and it rains when you're gone
'cause I was there when you said forever and always
You didn't mean it baby, I don't think so

Back up, baby, back up did you forget everything?
Back up, baby, back up did you forget everything?

'cause it rains in your bedroom
Everything is wrong it rains when you're here and it rains when you're gone
'cause I was there when you said forever and always

Oh, I stare at the phone, he still hasn't called
And then you feel so low you cant feel nothing at all
And you flashback to when we said forever and always

And it rains in your bedroom
Everything is wrong it rains when you're here and it rains when you're gone
'cause I was there when you said forever and always
You didn't mean it baby, you said forever and always... yeah

            Air mataku tumpah setiap kali mengucapkan kalimat ‘forever and always’. Cody berjanji akan selalu dan selamanya bersamaku, tetapi kenapa jadi begini? Aku menghapus air mataku, lalu turun dari panggung dan berselisih dengan Cody. “It’s not just you. It’s hurts me too..” Kata Cody pelan. Apa maksud dia? Aku harus bicara padanya setelah ia bernyanyi, harus!

            “Untuk seseorang yang ada disini. Aku sebenarnya tidak ingin melakukan ini. Sweetheart, It’s not just you. It’s hurts me too.. Trust me.” Kata Cody pelan lalu mulai bermain piano. Daniel tiba tiba datang dari arah belakang lalu menghapus air mataku. “Jangan menangis, Alice. Berhenti menangis…”

Baby It's not just you, You know it hurts me too.
Watching you leave, with tears on you sleeve.
Notice mine aren't exactly dry!

Baby it's not just you, That's hurting,
Its me too.

Im sorry, I wasn’t there to catch the fall.
I didnt hear you when you've called, all of those nights.

Please don’t forget the good days with me, I can the make back the heart aching beat.
When It gets dark and It’s hard to see, We'll turn on the lights.

Before you go away you need to realize,
Baby its not just you, You know it hurts me too,
Watching you leave with tears on your sleeve.
Notice that mine aren't exactly dry,

Baby its just you, Thats hurting,
It's me too.

            Cody turun perlahan dari atas panggung. Demi menepuk pundakku lalu naik ke atas panggung. Cody menatapku, aku juga menatapnya, dengan air mata yang menggenang. Keadaan ini persis lirik lagu The Story of Us -Now I’m standing alone in the crowded room and we’re not speaking. Cody meraih tanganku tapi aku menepisnya. Aku berbalik lalu berjalan keluar dari area Taman CafĂ© Hampavala. Cody mengikutiku dan berkali kali meraih tanganku, tapi aku selalu menepisnya.

            “Cody, kau kemana aja selama ini? Kenapa aku tidak bisa menemukanmu? Kenapa namaku kau hapus dari bio Twitter-mu? TIGA MINGGU KAU MENGHINDARIKU! DAN SEKARANG AKU MENEMUKANMU DENGAN ALYSSA BERNAL!” Seruku sambil mengepalkan tangan. Dulu aku bilang aku tidak akan marah pada Cody, sekarang harus aku meralatnya. Aku marah padanya. Benar benar marah.

            “Maafkan aku, tidak pernah menghubungimu. Aku hanya mencoba belajar untuk tidak bersamamu lagi.” Kata Cody pelan. Apa maksud dia?
            “Apa maksudmu? Kau ingin semua ini berakhir?”
            “Lagu The Story of Us sangat cocok untuk kita…” Kata Cody lirih. Oh, jadi.. Cody ingin mengakhiri hubungannya denganku? Air mataku lagi lagi menetes.
            “Tapi apa yang membuat semua ini berakhir?” Tanyaku dengan suara bergetar.
            “So many thing that I wish you knew, but the story of us might be ending soon…”
            “Cody… Apa salahku?”
            “Maafkan aku tidak menelfonmu dan tidak mengangkat telfonmu.”
            “Jangan jangan gara gara jawabanku di Dairy Queen waktu itu ya?”
            “Maafkan aku sudah menghilang sangat lama….”
            “Was I out of line? Did I say something way too honest?”
            “Maafkan aku harus bertemu denganmu dengan keadaan seperti ini, bersama Alyssa…”
            “I see, so the problem is about Daniel, huh?”
            “No. It’s me. Masalahnya adalah kenapa aku dulu memperbolehkanmu menyimpan rasa untuk Daniel. Kau menyediakan ruangan untukku dan Daniel. Ruangan Daniel kecil dan semakin lama ruangan itu terlalu sempit untuk menyimpan perasaanmu untuknya. Kau membangun ruangan yang lebih besar untuk Daniel dan tanpa kau sadari kau memotong ruanganku dan kau beri untuk Daniel.” Kata Cody sambil membelai rambutku. Aku sedikit menjerit mengetahui hatiku menyetujui apa yang Cody katakan. Aku sangat jahat pada Cody!

            “Tapi Cody, kau belum dengar apa alasanku. Aku memilih Daniel karena Daniel sahabatku! Sahabat berarti selamanya! Bukan seperti pacar, kau mengerti kan?”
            “Tapi, aku tau kau sangat menyayangi Daniel. Kau mungkin sempat melupakannya, tapi rasa sayang itu tetap ada. Jika kau tetap bersamaku, itu sama saja kau membohongi dirimu sendiri. Alice, aku juga sakit hati. Aku tidak mau berpisah denganmu. Tapi jika hubungan ini tetap di pertahankan, aku akan semakin sakit dan kau juga. Alice, semua ini terlalu rumit untuk aku jelaskan. Aku yakin kau mengerti apa yang aku maksud…”

            “Tapi aku sangat menyayangimu, Cody! Aku tidak ingin berpisah denganmu!”
            “Sweetheart, aku juga enggak mau. Aku ingin sekali tetap menahanmu bersamaku. Tapi hatimu lebih memilih orang lain daripada aku. Jika aku tetap menahhanmu, itu sama saja dengan aku egois. Dan cinta itu tidak egois.”
            “Tapi, coba kau fikirkan! Jika aku tidak bersamamu, aku juga tidak akan bersama Daniel!” Seruku. Cody memelukku erat lalu menciumi rambutku.
            “Sweetheart, kenapa kau berkata bergitu? Kau belum tau kan perasaan Daniel sebenarnya? Kenapa kau tidak mencoba untuk mengatakannya lagi kepadanya?”
            “Kalau aku bilang suka pada Daniel, sama saja aku menjadi orang terbodoh! Kenapa aku harus memperjuangkan sesuatu yang sia sia jika ada sesuatu yang pasti di depanku?” Tanyaku sambil terisak. Cody memelukku lebih erat.
            “Alice, aku tidak ingin melepaskanmu. Tapi hatimu lebih memilih memperjuangkan cintamu dengan Daniel daripada bersamaku. Aku tidak pernah menyukai Alyssa, aku hanya bersahabat dekat dengannya. Aku hanya sayang padamu seorang….”
            “Lalu kenapa kau meninggalkanku?! Besok adalah hari jadi kita ke dua tahun, dan kau tega meninggalkanku?! Kenapa Cody, kenapa?!”
            “Jangan pernah tanya kenapa, sweetheart. Ketika kamu mulai bertanya 'kenapa', kamu tidak akan pernah berhenti bertanya, bahkan ketika kamu sudah tau jawabannya. Karena disetiap jawaban, kamu akan menemukan celah kecil untuk dipertanyakan. Karena disetiap kejadian, manusia takkan pernah merasa puas dan berhenti bertanya.”

            “Aku menyayangimu, Cody. Jangan tinggalkan aku…”
            “Tidak bisa, Alice. Aku harus meninggalkanmu. Dengan itu kau akan bisa memperjuangkan cintamu untuk Daniel.”
            “Aku akan berubah, Dy! Please, beri aku kesempatan!”
            “Tidak.” Kata Cody tegas.
            “Aku akan melakukan apapun supaya kau bahagia!” Seruku.
            “Kau mau melakukan apa saja? Tinggalkan aku dan perjuangkan cintamu untuk Daniel. Hapus namaku di Bio Twitter-mu dan ganti dengan nama Taylor Daniel Lautner. Aku akan sangat bahagia. Percayalah.”

            “Jangan menyakiti dirimu sendiri. Aku tidak mau berpisah denganmu…”
            “Aku tidak menyakiti diriku sendiri. Aku akan sakit jika tetap bersamamu. Makasih untuk semuanya, Alice. Aku sangat sangat menyayangimu. Percaya padaku, aku akan bahagia jika kau bisa bersama Daniel. Kita berhenti sampai disini ya?” Tanya Cody pelan. Aku memeluknya semakin erat, tetapi Cody melepaskan pelukannya dan menghapus air mataku.

            “You said forever and always. Did you forget everything?” Tanyaku sambil terisak. Cody memelukku lagi lalu menciumku tepat di bibir. Ciuman itu sangat menyakitkan, padahal itu ciuman pertamaku dan Cody. Setelah mencium keningku, ia memelukku lagi.

            "Baby, it's not just you. You know it hurts me too. I'm sorry.” Katanya pelan. Ia mencium keningku sekali lagi lalu berbalik dan berjalan pergi meninggalkanku sendirian.


DEMI LOVATO’S POV
Monday, June 24th 2011

            Persiapan Prom Night SMP Pelita Harapan hampir selesai. Setelah acara kelulusan beberapa hari yang lalu, biasanya murid murid kelas 9 mulai terlihat sepi di sekolah. Tetapi beda dengan Pekerti Luhur angkatan 26. Kami bergotong royong memperindah ruangan Aula untuk Prom Night kami.

            Alice akhirnya sudah putus dengan Cody. Ketika Daniel tau, aku bersumpah melihat wajahnya gembira! Cody ternyata mendengarkan apa yang aku, Edward dan Selena katakan. Cody meminta Alice untuk bicara pada Daniel, untuk mengatakan perasaannya. Semoga Alice bisa bersama Daniel dan Cody mendapatkan cewek yang lebih baik daripada Alice. Ah, terkadang aku selalu bingung dengan cerita cinta Alice dan Cody. Terlalu rumit untuk memutuskan siapa yang benar dan siapa yang salah. Cody benar benar baik! Betapa beruntungnya seorang cewek yang mendapatkan Cody.

            Tapi aku juga tidak kalah beruntung. Aku memiliki Edward Cullen, si cowok sweater hitam kebanggan sekolah. Juga Miley yang setelah 2 tahun akhirnya jadian juga dengan Nick. Mungkin cerita Miley sama dengan Alice, sama sama menunggu seseorang yang tidak pernah menoleh kepadanya. Tetapi yang berbeda hanya Miley tidak pernah berpacaran dengan siapapun semenjak ia menyukai Nick.

            Sementara Ashley, tidak lama setelah acara ulang tahun Daniel, Joe yang selama ini terkenal ‘dingin’ pada cewek tiba tiba menyatakan cintanya pada Ashley! Sementara Selena sekarang kembali dengan Justin lagi.

            Aku sudah bersama Edward. Miley sudah bersama Nick. Ashley sudah bersama Joe. Selena sudah bersama Justin. Lalu kapan ya, Alice akan bersama Daniel?

            Jujur, aku ingin sekali Alice bisa bersama Daniel. Aku ingin melihat sahabatku bahagia. Aku yakin, jika Alice berani bilang kepada Daniel, Daniel pasti akan langsung bilang kalau dia juga menyukai Alice. Daniel, Alice, Edward dan yang lain berjalan ke arahku sambil tertawa.

            “Wah, tidak terasa ya sudah mau Prom Night!” Seru Joe.
            “Iya, padahal baru kemarin kita semua membereskan Aula…”
            “Oh iya, di Prom Night nanti.. Aku akan memberi kalian semua kejutan!” Seru Daniel. Kami semua saling bertatap tatapan lalu menatap Daniel heran.
            “Kejutaan apa, Dan?” Tanyaku heran.
            “Di Prom Night nanti aku berfikir untuk menyatakan cinta pada seseorang. Tapi aku belum yakin. Let see who is her!” Seru Daniel sambil tertawa dan berjalan menjauhi kami. Kami semua menatap Alice dan aku sangat bisa melihat Alice berusaha menutupi rona merah dipipinya dengan rambut ikalnya.

            “Mungkin menyatakan cinta padamu, Al!” Seru Selena. Alice hanya tersipu malu. Sampai saat ini Alice tidak tau bahwa Daniel menyukainya, dan Daniel juga masih tidak berani untuk bilang suka pada Alice. Lalu kapan cerita cinta ini akan berakhir bahagia?


TAYLOR DANIEL LAUTNER’S POV

            Hari ini aku menghabiskan waktuku seharian untuk pergi bersama Alice. Kami berdua pergi ke Grand Indonesia untuk membeli baju yang akan kami pakai ke Prom Night besok. Aku dan Alice menjadi lebih dekat dari biasanya semenjak ia putus dengan Cody.

            Setelah Alice putus dengan Cody, aku hanya beberapa kali memergokinya menangis. Ia tidak pernah menangis lagi satu minggu setelah kejadian itu. Cody tidak langsung menghilang begitu saja dari hidup Alice. Ia menuntun Alice untuk kuat menghadapi perpisahan mereka.

            Dress code Prom Night untuk cewek adalah merah, dan untuk cowok berwarna hitam. Alice sudah membeli dress merah yang sangat cantik ketika ia pakai. Ia sudah membayarnya tetapi aku menyuruhnya untuk masuk ke dalam kamar ganti dan mengenakannya sekali lagi.

            Alice keluar dari kamar ganti dengan dress merah dan high heels hitam. Aku berdecak kagum. Rambut ikalnya terurai cantik. Ia menatapku heran.

            “Hei, sudah puas? Aku mau ganti lagi. Tidak nyaman di pakai sekarang.” Kata Alice sambil berbalik. Aku menahan tangannya lalu memegang kedua pundaknya.
            “Aku jamin, kau adalah wanita tercantik yang ada di Prom Night besok.” Kataku sambil tersenyum. Wajah Alice tersipu malu lalu ia berbalik. Aku cepat cepat mengeluarkan SLR-ku.
            “Alice, lihat kemari. Satu foto saja.” Pintaku. Alice menarik nafas lalu berbalik sambil menahan tawa. Ya Tuhan, betapa cantiknya cewek ini…


            “Puas? Aku ganti baju dulu ya.” Kata Alice sambil tertawa. Aku hanya mengangguk. Aku memandang wajah cantik Alice di foto. Aku ingin sekali dia menjadi pacarku. Tapi bagaimana caraku bilang padanya?
            “Hei, Dan! Ayo kita pergi lagi…” Kata Alice sambil menggenggam tanganku. Aku memasukan SLR-ku ke dalam tas lalu berjalan bersamanya.

            Alice memilihkan kemeja hitam untukku. Alice benar benar tau seleraku! Setelah kami membeli semua kebutuhan kami, kami bergegas pergi ke CafĂ© Hampavala. Seharian ini, aku benar benar merasa seperti menjadi ‘pacar’ Alice. Kami selalu bergandengan tangan, tertawa bersamaan, dan beberapa kali aku merangkulnya.

            “Hei, mau nonton film enggak?” Tanya Alice setelah menghabiskan Teh Sosro Less Sugar-nya. Aku melirik jam tangan di tangan kananku lalu menatapnya heran.
            “Nonton? Udah jam 2 nih, enggak kemaleman?” Tanyaku. Alice menggeleng.
            “Paling nyampe rumah jam 7 kan? Mom enggak akan marah kalau Daniel yang mengantarku pulang….” Kata Alice pelan. Aku mengangguk menyetujui ajakan Alice.
            “Kau mau nonton apa?” Tanyaku.
            “Entahlah. Film romantis mungkin? Sudah lama aku tidak menangis..”
            “Ah, Alice.. Aku tidak suka kau menangis.”
            “Dan, film pertama yang kita tonton itu… Transformers kan?” Tanya Alice sambil menatapku. Aku mengangguk. “Iya…”
            “Sudah lama sekali ya? Itu waktu kita kelas 7 kan..” Kata Alice sambil menerawang jauh keluar. Aku mengangguk. Aku meraih tangan Alice lalu menghela nafas.

            “Alice, apa kau masih mempunyai perasaan pada Cody?” Tanya Daniel. Alice menoleh.
            “Pertanyaan bodoh. Baru 3 minggu aku putus dengannya.” Kata Alice sambil tertawa.
            “Hahahaha, iya juga. Betapa bodohnya aku.” Kataku pelan.
            “Kau tidak bodoh, hanya saja kau kurang pintar.” Kata Alice dengan nada meledek. Aku hanya tertawa. Alice tampaknya tidak keberatan aku menggenggam tangannya seperti ini.
            “Kalau kau, apa kau menyukai seseorang?” Tanya Alice pelan.
            “Sepertinya iya… Atau tidak…” Kataku bimbang. Alice tertawa.
            “Bodoh, jangan suka menebak nebak perasaan seperti itu. Kau laki-laki. Yang tegas dong.” Kata Alice sambil sesekali tertawa.
            “Kalau ada cewek yang bilang suka padamu bagaimana?” Tanya Alice.
            “Cewek itu berarti hebat, berani dan menerimaku apa adanya…”
            “Oh, I see…” Kata Alice sambil mengangguk.         
            “Alice, apa kau ingin mengatakan perasaanmu pada seseorang?” Tanyaku pelan. Alice yang sedang tertawa tiba-tiba terdiam lalu menatap Taman CafĂ© Hampavala yang berada di belakang CafĂ©. Ia tersenyum, lalu mendesah.
            “Iya. Sejak lama aku ingin mengatakannya tapi aku tidak pernah berani.” Katanya pelan.
            “Cinta itu berani. Just keep calm and speak now, Al!” Seruku sambil tersenyum. Alice hanya membalas senyumanku. Aku berharap orang yang Alice sukai saat ini adalah aku. Tapi, mana mungkin dia masih menyimpan perasaannya untukku?

            Aku harus bilang pada Alice besok. Aku harus bilang bahwa aku menyukainya. Aku juga tidak berani bilang suka pada Alice, aku takut ternyata ia sudah melupakanku. Oh, Daniel kau harus bilang padanya tentang perasaanmu. Keep calm and speak now, Dan!


TAYLOR ALISON SWIFT’S POV

            Aku menari nari memasuki rumah. Mencium Mom, Dad, Austin dan Yana lalu berlari ke dalam kamar. Ku taruh beberapa tas belanjaanku di meja belajar lalu aku rebahkan diriku di kasur. Yana mengetuk pintu kamarku lalu masuk dengan senyuman licik.

            “Cieeee Taylor! Kau pergi seharian dengan Daniel! Apakah ini termasuk kencan?” Tanya Yana dengan mimik muka menggoda. Aku hanya terkekeh lalu terdiam.
            “Kak, mungkin saja Daniel hanya membuatku bahagia karena aku sahabatnya.. Mungkin saja dia tidak menyukaiku…”
            “Lho, kenapa kau bicara seperti itu?”
            “Habisnya, seminggu setelah aku putus dengan Cody, aku sering jalan dengan dia, kami bertingkah sangat akrab layaknya pasangan kekasih. Tapi Daniel tidak pernah bilang suka padaku. Sudahlah, aku lupakan dia saja. Apa gunanya aku menyukai orang yang sama sekali tidak menyukaiku?” Kataku pelan.
            “Tay, dalam urusan percintaan, jangan pernah mencintai orang untuk memilikinya, tapi untuk membahagiakannya. Kalau kau bisa mengatakan suka padanya, mungkin saja dia akan menyukaimu juga atau akan ada orang lain yang datang dan jauh lebih baik daripada dia. Kau harus berani mengatakannya, Taylor. Jangan pernah berkata seperti itu lagi..”

            Yana benar. Aku hanya perlu mengatakan pada Daniel. Tapi aku malu, benar benar malu dan takut. Aku takut Daniel tidak akan menyukaiku juga. Aku takut patah hati lagi seperti dulu. Tapi aku juga tidak bisa tetap diam seperti ini. Paling tidak Daniel sudah tau aku menyukainya. Urusan dia akan menyukaiku lagi atau tidak, biarkan itu berjalan sesuai jalannya..

            Aku menghela nafas berkali kali. Rasanya benar benar kacau. Antara harus bilang, atau tidak. Ini benar benar sangat membingungkan.

            “Keep calm and speak now, Alice!” Seru Yana. Aku tersentak lalu menatap Yana dalam dalam. Yana membalas tatapanku dengan tatapan heran.
            “Itu kata kata Daniel, Kakak!” Seruku sambil memeluk Yana. Yana tertawa lalu mengusap rambutku. Keep calm and speak now, Alice…..



To be continued....

2 komentar:

Leave me some comment! Thank you, guys:}

Diberdayakan oleh Blogger.