The Reason is You chapter 15
Hai Reasonators! Waktu kalian lagi baca ini, gue pasti sedang berguling bareng anak Rajawali-Rafflesia 26 sambil ngegangguin anak Garuda-Gardenia 27 di CT 2012. HAHAHA. Ya, selamat membaca:}
***
Cerita sebelumnya...
NABILA TAZKIA’S
POV
“Jadi
udah dapet nama angkatannya, Shell?” Tanyaku ketika Shelly sudah kembali dari
rapat KM. Ia menoleh lalu mengangguk, “udah, Nab.”
“Wah,
apa namanya?”
Shelly
membuka buku catatannya yang berwarna pink lalu menyodorkannya padaku.
“Vancouver’85. Van-infinite curiousity
fever 85. Dari demam keingintahuan yang tidak terbatas angkatan ke 85.”
“Bagus!
Good job, girl!” Pujiku sambil
tersenyum lebar. Shelly terkikik.
“Sadar
gak sih Nab itu sama aja angkatan 2013 itu orang orang kepo? Haha.”
“Emang
kita semua kepo gak sih? Hahaha.”
“Kepo
kan sayang ya hahaha.” Kata Shelly sambil tertawa.
Aku
benar benar menyukai sekolah baruku ini. Orang orang disini menghargaiku dan
menerimaku apa adanya, tidak seperti orang orang di Bandung. Aku sudah dapat
teman dan sahabat baru disini, salah satunya Shelly Ila Amalia.
Shelly
sangat baik sekali padaku, dia ramah dan selalu membantuku. Aku sering
bercerita padanya tentang pacarku yang sedang menjalani long distance
relationship denganku dan Shelly pun bercerita tentang Kak Rifqi.
Di
kelas 9G juga aku berteman cukup dekat dengan Afifah, Megan, Nabil, Mulan,
Audit, Valda, Yoga, Icha dan… Yara. Ah, Yara. Sebenarnya aku tidak dekat dengan
Yara, jarang ngobrol malah. Yara sepertinya tidak suka dengan aku.
“Nab,
udah buka instagram?” Tanya Shelly sambil memainkan iPhone 4s-ku. Aku
menggeleng, “belum… Kenapa gitu?”
“Toko
yang waktu itu ngepost barang lucu deh, beli yuk!”
“Wah!
Ayooo yang kembaran Shell.”
“Hahaha
iya, gue naksir yang ini nih!” Seru Shelly sambil menyodorkan iPhone-ku. Aku
melihat sekilas foto 2 gelang peace berwarna biru dan pink. Aku langsung
tersenyum lebar.
“Gue
mau yang pink!”
“Ah,
pas banget gue lagi pengen yang biru..”
“Hahaha
yaudah langsung pesen aja Shell.”
“Sippo!”
Seru Shelly. Kami berdua masih tertawa bersama ketika aku menoleh dan mendapati
Yara tengah menangis. Aku menyikut Shelly. “Shel, Yara nangis.”
Shelly
tersentak, ia langsung bangun dari duduknya dan berjalan menuju Yara. “Yar… Lo
kenapa?” Tanya Shelly perlahan.
Audit
yang entah kapan datangnya dari kelas 9G sedang mengusap usap punggung Yara
ketika tangis Yara makin menjadi jadi. Seisi ruangan kelasku langsung tertuju
pada meja Yara. Wajah Shelly panik bukan main.
“Yar..
Lo kenapa? Cerita dong sama gue…”
Yara
tiba tiba bangun dari duduknya dengan mata merah dan air mata yang terus
mengalir. Ia manatap Shelly dengan wajah kesal bercampur kecewa. Yara kenapa
sih?
“Lo
masih perduli sama gue ketika cewek ini ada di samping lo? Hah? Perduli lo? Lo
sekarang nanya sama gue, minta gue cerita, apa hak lo? Kemana lo selama ini?
Sahabat tuh gitu ninggalin sahabatnya pas nemu orang baru? Basi lo Shell, sana
sama tu cewek aja temenannya, gak usah perduliin gue!” Seru Yara berapi api
sambil beberapa kali menatapku.
Aku
tersentak. Astaga, aku yang membuat kekacauan ini berlangsung?
Beberapa
detik kemudian aku baru sadar, Shelly-Yara tak seperti mereka yang dahulu. Dulu
pertama kali aku datang ke sekolah ini, mereka itu seperti saudara kembar,
selalu bersama kemanapun mereka pergi. Mereka akur dan tak bisa dipisahkan.
Lalu
tiba tiba aku datang dan entah kenapa aku lebih nyaman bersama Shelly dan… Aku
yang menyebabkan Shelly-Yara menjadi jauh seperti ini.
Beberapa
detik kemudian, aku menoleh dan mendapati Yara sudah pergi dari tempat duduknya
dan Shelly sedang berlutut. Ia menangis sambil berbisik,
“Kenapa
gue bisa nyakitin perasaan orang yang gue sayang tanpa gue sadari?”
Aku
tak ingin menjadi penghancur dari persahabatan orang lain. Aku tak ingin
melihat Shelly-Yara seperti ini. Aku harus melakukan sesuatu untuk orang yang
aku sayangi. Harus! Aku ingin mereka bersatu lagi! Tapi….
Bagaimana
cara menyatukan mereka ketika Yara membenciku dan Shelly seperti ini?
Aku
jamin, Shelly pasti akan murung dan Yara juga makin jauh dengan Shelly. Kok aku
begitu tidak peka ya dengan perubahan hubungan Shelly-Yara…. Aku terdiam sambil
terus berfikir. Apa yang harus aku lakukan?
“Nab,
lo ikut gue. We should fix it as soon as
possible.”
Aku
tersentak kaget. Beberapa detik kemudian nyawaku kembali dan aku mengikuti
langkahnya. Semoga… Aku bisa membuat Shelly-Yara kembali bersahabat seperti
dulu lagi.
***
TRI SESAR AHMAD
JULIANTO’S POV
Kami
para Rajawali 26 ingin sekali sudah bisa Banjar Tempur sebelum CT 2012
berlangsung. Tapi apa daya, kami hanya berenam. Berbeda dengan Rafflesia yang
sudah mendapatkan 4 anggota baru sehingga mereka kurang satu anggota lagi.
Tapi
mereka juga sebenarnya sudah hampir komplit kalau saja Mauren sudah aktif
Pramuka lagi. Sementara Rajawali? Cih. Aku bingung kenapa Vancouver’85 susah
sekali aku ajak masuk Pramuka.
Namun
pada akhirnya, hokiku kembali datang. Haekal dan Winu mau masuk Pramuka berkat
bujukan Naufal yang mengatakan mereka bisa main Dota sepuasnya saat mendampingi
Garuda-Gardenia latihan dengan wifi sekolah yang akan dibajak oleh Naufal. Agak
ekstrim juga sih temanku yang satu ini. Tak apalah, sedikit lagi menuju Banjar
Tempur!
Kibo-chan
melemparkan tongkat Pramukanya ke arahku sambil tertawa. Giginya yang berwarna
warni itu ia pamerkan dengan wajah bahagia. Aneh, kenapa sih orang mau menyiksa
dirinya dengan memberikan kawat pada giginya? Emangnya gak sakit apa?
“Huuu
Rajawali udah berapa Rajawali?!” Goda Kibo-chan sambil tertawa lebar.
“Anjir,
udah 8 ya!” Seruku tak terima. Kibo-chan memutarkan kedua bola matanya.
“Serius?
Cepet banget udah mau ngejer Raffles!”
“Wohoho
iya dong, jagoan!”
“Ah,
by one tadi malem aja kalah!” Seru
Kibo-chan.
“Yeee!
Lempar sandal nih!” Seruku sambil mengambil sandal yang ada di bawahku.
Kibo-chan tertawa lalu berlari menjauhiku dan menghampiri Dini.
“Din!
Pacar lo tuh rusuh!” Seru Kibo-chan. Dini hanya tersenyum kecil lalu
melanjutkan tugasnya mengawasi latihan Gardenia. Aku tersenyum kecut.
Hei
Aprillia Dini, kapan kamu peka?
Sudah
cukup lama aku menyukai Dini, sang penjuru
pioneer Rafflesia dengan pipi tembem dan tawanya yang khas. Entah mengapa
aku bisa menyukai Dini, tapi… Apa adanya orang yang kita sukai adalah hal
terbaik yang pernah mereka miliki. Betul?
Ah,
sudahlah. Bukan saatnya menggalaukan Dini.
Aku
sedang menunggu kedatangan dua calon Rajawali baru sambil memainkan gitar yang
Ghorby bawa dan tiba tiba… Dini menghampiriku.
“Sar….”
Panggilnya dengan nada merayu. Ah, pasti ada maunya!
Aku
melirik sok sinis, “ape?”
“Eum…
Haekal sama Winu masuk Pramuka ya?”
“Iya,
kenapa? Dininya naksir?”
Dini
memundurkan langkahnya. “Ih seenak jidat!”
“Hahaha
terus kenapa?”
“Enggak..
Suruh mereka ajak Bhimo dong. Hehehe.” Kata Dini malu malu. Aku terdiam tak
bisa merespon apapun. Kamu tuh bodoh, bego, tolol atau gimana sih Din?
“CIYEEEEEEEE DINI AH KRATAK TUH ESARNYA! LOL!” Seru Kibo-chan blak blakan dari
kios Mang Jack. Aku kali ini benar benar melempar Kibo dengan sandal.
“Kampret
lo diem! By one ah ntar malem!”
“Sial
lempar lempar! Ayoo!” Seru Kibo-chan. Dini tertawa kecil, “bilangin ye, makasih
Sar!” Seru Dini sambil mencubitku. Ia lalu berbalik dan meninggalkanku
sendirian.
Ah,
sudah sudah. Aku sudah tahu, Dini sudah lama menyukai Bhimo.
Setahuku
mereka sudah dekat cukup lama. Mereka sering ngobrol juga. Tapi bukan berarti
aku harus mundur dong? Menurutku, selama janur kuning belum ada, Dini bebas di
dekati oleh siapa saja. Betul?
Ketika
kamu tahu orang yang kamu sukai sedang menyukai orang lain, jangan berhenti
berusaha dan membuktikan perasaanmu padanya. Perjuangkan cintamu padanya walaupun
kemungkinan untuk dibalas hanya 0,1%. Karena di tengah ke-hopeless-an tersebut, ada
jalan dan akhir yang manis yang sudah Tuhan tuliskan untuk kalian.
Dan
aku percaya, jika aku berjuang, aku bisa mendapatkan Dini.
Yola
tiba tiba datang dan duduk di depanku. “Sar, move on gih.” katanya dengan
wajah datar. Aku menggeleng. “Parah lo, stuck
gue.”
Dia
tertawa kecil. Yola adalah mantan pacar pertamaku dan Aca. Ugh, maksudku.. Ya
Aca juga pernah berpacaran dengan Yola dan bagi kami berdua, Yola adalah pacar
pertama kami. Aku sering bercerita tentang Dini kepada Yola.
“Stuck? Lo cowok. Yakali bisa deketin
yang lain.”
“Emang
apa salahnya kalo cowok stuck?”
“Gak
ada sih, cuman kan kalian bangsa pemulai, jadi bisa move on dengan gampang.”
“Bangsa
pemulai? Lalu cewek? Penunggu?”
“Yap!
Sementara kami para cewek harus menunggu sang pangeran datang. Sementara
kalian, sang pemulai bisa nyari sendiri putri kalian.”
“Lalu?
Pemulai gak boleh stuck di orang yang
dia rasa adalah putrinya?”
Yola
terkekeh, “ya gak gitu juga.. Daripada Dini nya gak peka peka?”
Aku
ikut terkekeh, “Yol.. Lu cewek kan? Dini tuh peka, tapi pura pura gak peka.”
“Hahaha
ya sama aja kali gak jadi juga.”
“Huft,
siapa yang tahu? Barangkali aja ujung ujungnya Dini milih gue. Di setiap cerita
cinta, endingnya bisa jadi beda dari yang dipikirin pembaca tergantung dari
perjuangan orang yang jatuh cintanya itu.”
“Nah?
Elo? Ngeprove mulu tapi Dini nya gak respon respon kan?”
Aku
terdiam. Yola selalu saja bisa membuat kata kata seperti ini. “Ya…”
“Jadi
mau nunggu sampe kapan? Udah mau setahun.”
Aku
terdiam, “enggak tahu. Gue sayang sama Dini.”
“Nah
terus kenapa gak lo tembak kalo lo sayang?”
“Karena
belum saatnya.”
Yola
tertawa mengejek, “satu tahun tuh 12 bulan, Sar. 335 hari. Masa gak ada saat
yang tepat?” Tanyanya heran. Aku mengangkat bahuku. “Ya belum ada.”
“Emang
lo nungguin Dini.. Lo tau pasti dia bakal ke elo bukannya ke Bhimo?”
“Gak
tahu.”
“Terus?
Masih mau nunggu aja? Sampe kapan?”
“Gak
tahu.”
“Terus?
Sar.. Masih banyak cewek lain di luar sana.”
“Gue
tahu, Yol. Tapi Aprillia Dini tuh cuman satu.”
“Hah,
Sar. Please, realistis. Don’t waste your time. Gak ada
kepastian dan nunggu aja tuh means
nothing.”
“I know, tapi kalo udah sayang di suruh
nunggu sampe kapan pun juga pasti nunggu.”
“Klasik,
sayanglah ini lah itu lah.. Mangkanya orang susah move on.”
Aku
tertawa kecil, “termasuk elo kan?”
Yola
terdiam, wajahnya memerah. “Gak, biasa aja.”
“Ah,
iya kan! Lo lagi suka sama siapa sih, Yol?” Tanyaku penasaran. Selama curhat
dengan Yola, Yola tidak pernah menceritakan kisah cintanya. Dia hanya bilang
kalau dia menyukai seseorang dan stuck
di orang itu. Bahasa gaulnya, gak bisa move
on. Hahahaha.
Yola
menggeleng, “gak ada.”
“Elah,
kalo Aca?” Tanyaku menggoda.
“Mantan.”
Jawabnya singkat.
“Kalo
Gestu?”
Tawa
Yola meledak, “hahaha Gestu sahabat gue. Gak usah kemakan gossip
Rajawali-Rafflesia. Gak ada yang bener anak 26.”
“Lol,
gue tau kali canda doang hahaha.”
“Hahahaha
ntar juga lo tahu.”
“Ah
apa sih udah lama gini gak dikasih tau.”
“Ya
rahasia… Nih ya Sar, lo tuh kalo suka sama orang sama yang pasti pasti aja.”
“Duh
ya Yol, jatuh cinta tuh mainnya hoki hokian. Jadi kalo hoki bagus, ya cerita
cintanya juga bagus. Dibales, gak dibales. Seneng, sedih. Bangga, kecewa. Tapi
dari setiap cinta dan perjuangan yang udah kita kasih ke orang yang kita
sayang, apsti ujung ujungnya kita dapet balasan yang setimpal…”
“Hahahaha
duh, bisa juga sih.. Cuman….”
“Cuman?”
“Apa
lo gak capek hidup dengan keadaan tanpa kepastian?”
“Huh?”
“Ya..
Lo cowok kan Sar? Lo bisa kali minta kepastian.”
“Kepastian
apa yang bisa gue dapet kalo gue sendiri gak yakin Dini suka sama gue juga apa
enggak.”
“Ya
terus kenapa tetep bertahan di sesuatu yang gak pasti?”
Aku
terdiam.
“Kenapa
sih Sar orang orang tuh suka nyari yang gak pasti pasti padahal kepastian tuh
ada jelas di depan dia?” Tanya Yola sambil menerawang. Aku terdiam. Ups.
Sepertinya aku mulai mengerti kenapa Yola tak pernah menceritakan gebetannya
padaku…
“Ya
mbuh ya….”
“Ihhhhh
Esar! Ngeselin!”
“Hahahaha
ya habis…”
“Kenapa
coba lo nungguin yang gak pasti kayak Dini kalo…”
“Kalo?”
“Yang
pastinya ada di deket elo.”
Gue
menatap Yola aneh. “Siapa?”
Yola
menarik nafas dalam dalam. “Lo tau, gak usah pura pura gak tahu.”
Duh,
dugaanku benar. “Ya.. Gue emang gak tahu.”
“Lo
peka kali, Sar.”
“Ya….
Ya…..”
“Kepastiannya.
Gue.” Kata Yola pelan lalu berlari meninggalkanku.
Oh
tidak, jadi yang selama ini Yola suka itu… Aku? Jadi… Oh tidak… Yola jangan
suka padaku lagi tolong.. Kenapa ketika aku suka dengan seseorang malah orang
lain yang menyukaiku? Oh ya Tuhan.. Aku baru tersadar!
Apa
yang akan terjadi pada Aca jika dia tahu orang yang ia sayangi masih menyayangi
mantannya yang merupakan sahabat dekatnya?
Bunuh
aku sekarang atau jadikan aku pacar Dini! Ah, hidup rumit sekali.
***
ABIZAR BAGAS
PATRIATAMA’S POV
Sudah
satu bulan semenjak aku jadian dengan Ninis dan ia masih belum bisa move on.
Hah,
aku tahu pancaran matanya yang sendu di hari Ghorby dan Risma resmi menjadi
sepasang kekasih. Aku tahu. Sepertinya semua yang sudah aku perjuangkan untuk
Ninis jadi sia sia ketika aku sadar Ninis memang tak bisa memberikan hatinya
seutuhnya padaku.
Tujuh
puluh dua persen hatinya masih milik Ghorby.
Aku
heran, kenapa sih orang tidak bisa move on dengan cepat?
Maksudku,
hei masa lalu biarlah berlalu. Masa depanmu masih panjang, kenapa stuck terus
melihat kebelakang? Ninis sudah sangat beruntung ketika putus ada yang
mencintainya lebih dari Ghorby pernah mencintainya, yaitu aku. Tapi kenapa dia
masih melihat ke belakang?
Aku
memang membiarkan Ninis move on perlahan berjalan seiring dengan waktu. Tapi
tidak seperti ini juga. Satu bulan sudah semuanya berjalan, bukannya Ninis bisa
move on, dia malah masih stuck di Ghorby.
Aku
tulus menyayanginya. Tapi kenapa dia tak bisa membalasnya dengan tulus juga?
I just want to she love me the way I love
her.
Mungkin
aku egois, tapi aku tidak bisa bohong, aku mau perasaanku dibalas oleh Ninis.
Hah, siapa yang bilang cinta yang tulus tidak mengharapkan balasan? Itu bohong!
Hati kamu pasti juga berharap dibalas cintanya walaupun hanya 1 % kan?
Karena
ketika manusia sedang mencintai seseorang, naluri ngarep mereka bekerja semakin
sering, semakin cepat, tak ada habis habisnya.
Aku
tak ingin meninggalkan Ninis, tidak dan tak kan pernah. Tapi masa iya sih aku
harus pacaran dengan keadaan pacarku yang masih stuck dimantannya? Astaga…
Sebenarnya
untukku move on itu mudah sekali. Kau hanya perlu tutup mata dan telingamu dan
berjalan lurus tanpa menoleh kebelakang sampai kau mulai terbiasa dengan semua
itu. Aku tahu itu sulit, tapi jika mencoba dan berusaha pasti bisa.
Move
on juga hanya tergantung niat. Kalau niatmu kuat, kamu bisa berjalan. Jika niatmu hanya sekedar kata
kata, jangan harap kamu bisa berjalan, berpindah satu dua langkah saja tidak
bisa. Pasti tertahan di orang tersebut.
Padahal,
ketika kita lihat keadaan sudah hopeless, harusnya kita sadar kalau orang itu
bukan untuk kita. Ya.. Walaupun pada beberapa orang di keadaan hopeless juga
mereka masih berjuang. Tidak apa apa sih, aku malah suka orang yang berjuang
terus menerus sampai titik akhir. Tapi…
Jangan
kamu berjuang lalu menunggu sambil berharap. Karena itu akan lebih sakit
daripada orang yang merupakan korban harapan palsu.
Dan
kujamin, kamu akan susah move on seperti pacarku ini.
***
ALVAN ANANSYAH
VIWANTAMA’S POV
“Sayang?
Kamu dimana?” Tanya Silvy ketika aku baru saja mengangkat telponnya. Ugh,
Silvy.. Tolong jangan buatku seperti ini…
Aku
menarik nafas. “Rumah.” Jawabku jutek.
“Eum…
Apan baik baik aja kan? Sipi kangen hehe.”
Silvy
astaga… Aku harus melepaskan kamu, tapi bagaimana bisa aku melepaskanmu jika
kamu seperti ini terus? Mana aku tega?
“Ya.
Kangen Lega maksudnya?” Tanyaku to the point.
Silvy
terdiam, “ugh.. Kamu masih baca chat facebook aku ya?”
“Gak.”
“Alvan..
Kamu kenapa sih? Udah ngediemin aku dikelas, gak telpon, gak ngirim SMS…”
“Punya
otak gak?” Tanyaku dengan sedikit membentak. Duh, maafkan aku Sil…
Dari
sebrang sana terdengar Silvy terisak, “Van.. Kalo aku ada salah sama kamu…”
“Bukan
kalo, tapi kamu emang punya.”
“Van..
Dengerin aku…”
“Kamu
kalo sayangnya sama Lega, ngapain pacaran sama aku sih Sil? Aku capek tau aku
sayang sama kamu tapi kamunya kayak gitu. Udah 2 bulanan kamu kayak gini sama
Lega.”
Tangis
Silvy pun pecah. “Van.. Ya Allah aku cuman temenan…”
“Sil,
kamu sekarang pilih deh. Aku apa Lega?”
“Van…”
“Hah,
aku udah duga. Kamu suka sama aku cuman pelarian doang kan gara gara dulu kamu
suka sama Ridho dan Ridhonya suka sama Alda? Iya kan? Kamu yang katanya nunggu
aku, itu semua cuman sandiwara kan supaya aku luluh dan nembak kamu? Supaya
kamu gak terus terusan sakit dan punya aku sebagai pelarian? Aku fikir ini
semua yang udah kamu kasih ke aku itu perasaan, tapi ternyata cuman kepura
puraan.”
“Van!
Aku sayang sama kamu, kenapa sih kamu jadi kayak gini? Am I too invisible for you? Kenapa sih? Aku udah susah payah
nunjukin ke kamu kalo aku lebih baik! Aku udah selalu buktiin ke kamu kalo aku
sayang sama kamu! Aku selalu buktiin ke kamu kalo rasa sayang aku lebih besar
daripada Novi!”
Ugh..
Novi.. Iya, dulu aku pernah menyukai Novi ketika aku masih bersahabat dengan
Silvy dan Silvy tahu aku menyukai Novi. Tapi.. Astaga, mendengar Silvy menangis
rasanya aku ingin memeluknya. Dia sahabatku dan aku menyayanginya..
Tapi
aku memang harus menyakitinya supaya dia bisa pergi dan mendapatkan orang yang
terbaik untuknya. Aku bukanlah orang yang tepat untuk gadis baik dan mempunyai
cinta tulus seperti Silvy… Aku tak mau menyakitinya terus…
“Van!
Kamu yang malah pacaran sama aku kayak pura pura! Kamu bohong kan bilang sayang
sama aku? Bohong kan?! Yang kamu sayang tuh Novi kan?!” Tanya Silvy sambil
menangis. Bismilah, ini klimaksnya. Semoga setelah ini jalan untuk memutuskan
hubungan konyol ini lebih mudah. Aku ingin Silvy menjadi sahabatku lagi…
“Kamu harusnya sadar kalo aku masih ngeraguin kamu sampe
detik ini. Kamu kayak jadiin aku pelarian dari Ridho. Sekarang kamu emang udah
bisa move on dari Ridho karena udah jadian sama aku, tapi sekarang move on ke
Lega kan? Aku tahu kamu Sil, kamu sahabat aku. Aku tahu semua tentang kamu…”
Silvy masih menangis. Silvy, maafkan Alvan…
“Kalo Silvy udah gak bisa buktiin ke Alvan perasaan
Silvy, selamanya cuman kepura puraan diantara kita. Maaf Sil, tapi Alvan gak
bisa pacaran kalo perasaannya kayak gini. Alvan udah percaya sama kamu. 2 bulan
pertama emang kamu masih prove, tapi ketika Alvan mundur dan coba ngejauh untuk
ngetes kamu, kamu malah sama Lega kan?”
Tangis Silvy pecah. “Bukan gitu Van..”
“Maaf Sil. Mending kita temenan aja. Itu yang terbaik
buat kita.” Kataku pelan lalu menutup percakapan kami. Aku membanting iPhone-ku
lalu merebahkan diri di tempat tidurku.
Aku fikir, Silvy akan membuat pemikiranku berubah tentang
sahabat jadi cinta. Sahabat jadi cinta bisa bertahan, bisa bersatu dan akur
selamanya. Tapi ternyata.. Tidak.
Sahabat adalah sahabat. Cinta adalah cinta. Kedua hal itu
terlalu saru untuk dipersatukan.
Nah lho, makin complicated aja ceritanya. Jangan ketinggalan baca perchapternya ya, karena setiap chapternya saling berhubungan, jadi kalian gak bingung pas bacanya. Kira kira gimana ya kelanjutan The Reason Is You? To be continued Reasonators:p
Tidak ada komentar:
Leave me some comment! Thank you, guys:}