If This Was a Movie chapter 20

HAHAHA udah hampir selesai. Keep reading, ITWAM Readers!:>

***


Adam semakin kalut melihat Maddi menjadi lebih uring uringan. Gadis itu hari ini lupa membawa beberapa tugas dan untung saja Adam bisa membuatnya pergi ke UKS. Ia menemani gadis mungil itu berjalan melewati beberapa koridor menuju UKS. Tatapan Maddi kosong, mungkin itu karena tadi Greyson tidak bergerak sama sekali untuk membantunya ke UKS.

                Padahal Adam tahu, Greyson cemburu.

                Sesampainya di UKS, Maddi merebahkan diri di tempat tidur sembari Adam membuatkan teh hangat untuknya. Adam merasa cemas, tapi entah perasaan cemas karena apa. Beberapa saat kemudian Maddi tertidur. Wajahnya tampak lelah sekali.

                Kelopak matanya beberapa kali terbuka dan ia tampak berusaha untuk terjaga. Tapi Adam tak tega dan menyuruhnya tidur. Ia akan menemani Maddi disini. Adam tidak perduli Miss Jane akan marah karena ia tak kunjung kembali atau merobek tugasnya. Yang terpenting sekarang adalah Maddi, sahabatnya.

                Iya, sahabat.

                Adam jadi teringat pembicaraan mereka saat Study Tour. Saat Maddi memancingnya untuk mengatakan bahwa gadis yang ia sukai adalah dirinya. Sialnya dia berhasil membuka benteng pertahanan Adam dengan caranya bicara.

                Dia tampak menyukai Adam juga.

                Adam masih tidak bisa melupakan kalimat kalimatnya yang menjurus ke arah ‘aku suka kamu juga, Dam’ dan setiap hari ia terus memikirkannya. Adam penasaran dengan apa yang Megan katakan. Apakah Maddi benar benar pernah menyukainya seperti dia menyukain Maddi atau tidak.

                Tapi hal itu membuat Adam sedikit melupakan Mackenzie….

                Mungkin bukan sedikit, lebih dari itu tapi Adam masih memikirkannya. Adam seperti kehilangan perasaannya untuk Mackenzie. Tapi Adam juga tidak benar benar yakin harus berjuang untuk Maddi.

                Ingatan Adam teringat pada pembicaraannya dengan Cameron 2 hari yang lalu. Cameron bilang dari sorot matanya, Maddi merindukan Adam dan kecewa pada Greyson. Greyson memang berbeda dengan Adam. Dia super cuek dan seharusnya Maddi sudah bisa menerima itu. Tapi Cameron juga bilang mungkin Maddi terlalu membandingkan Adam dengan Greyson jadi dia kembali terobsesi pada Adam.

                Masalah Maddi bukan hanya Greyson. Nilainya yang turun, bertengkar dengan Vald dan juga Mackenzie. Adam selalu merasa tidak enak jika Maddi dibiarkan berdua dengan Mackenzie. Adam sadar betul Mackenzie marah pada Maddi jika dekat dengannya. Tapi Adam terus berpikir bahwa mereka berdua sahabat dan jikalau ada perasaan suka, itu masa lalu.

                Cameron sempat bertanya pada Adam apakah ia masih menyukai Maddi atau tidak. Adam sedikit gugup untuk menjawab tapi akhirnya ia jujur pada dirinya sendiri. Ia akan terus menyukai gadis itu sampai kapanpun. Maddi terlalu manis untuk dilupakan. Tapi mungkin jika nanti ia putus dengan Mackenzie, Adam pun tidak akan mengejar Maddi.

                Karena pada akhirnya ia mengerti kenapa ia terus memikirkan Maddi sekarang…

                Tidak sepenuhnya karena perasaan, tapi penasaran.


***


                Mackenzie langsung berlari menjauh dari ruang UKS. Dia tidak menyangka kepergiannya malah dijadikan ajang untuk Adam lebih dekat dengan Maddi. Mackenzie memang seharusnya masuk sekolah besok, tapi dia merindukan teman temannya dan setelah sampai di Indonesia, dia langsung pergi ke sekolah saat mendekati jam pulang sekolah.

                Gadis itu menangis tanpa suara. Ia bingung, apa yang harus ia lakukan sekarang? Apa ia harus masuk dan menampar kekasihnya itu? Tapi ia tahu betul Maddi itu sahabat Adam. Tapi ia juga tidak bisa bohong kalau ia merasakan perasaan lebih diantara mereka.

                Walaupun itu masa lalu, perasaan tetaplah perasaan.

                Selalu ada perasaan yang tertinggal walaupun itu masa lalumu. Mackenzie tak habis pikir, kenapa harus Adam yang menemani Maddi padahal tadi ketika ia melewati kelas, Greyson ada disana. Apa yang sebenarnya terjadi selama ia pergi?

                Mackenzie berpikir keras. Apa sebaiknya ia melepaskan Adam saja? Daripada Adam pura pura bahagia bersamanya.. Tapi ia tidak rela. Apa Maddi juga akan melepaskan Greyson dan memilih Adam? Mackenzie langsung menggeleng, ia tahu perasaan Maddi pada Greyson sama kuatnya seperti perasaannya pada Adam.

                Kepala Mackenzie berputar putar, ia tak tahu apa yang harus ia lakukan. Beberapa langkah ke depan tiba tiba Mackenzie menabrak seseorang tinggi dengan jaket berwarna abu abu. Greyson Chance.

                “Ken.. What’s wrong with you?” Tanya Greyson heran. Ia bisa melihat kepanikan Mackenzie. Wajahnya lelah dan pucat, air mata terus mengalir. Mackenzie gemetaran.

                “I.. I don’t know how to start.” Kata Mackenzie sambil mengigit bibirnya. Greyson menatap sahabat barunya itu lalu merangkulnya.

                “Come on take a breath for a while…” Ajak Greyson. Mackenzie mengikuti perintah Greyson. Mereka berjalan menuju kantin sekolah. Greyson memesankan secangkir green tea kesukaan Mackenzie lalu kembali ke meja mereka. Mackenzie masih menangis dan Greyson tidak tahu cara menghentikannya.

                “Kenapa tidak bilang jika kamu sudah pulang?” Tanya Greyson membuka percakapan.

                “I thought.. Kalian masih ada kelas, jadi setelah sampai aku langsung buru buru kesini.”

                “Kamu tidak jet lag?”

                “Of course. But I miss this school.” Sahut Mackenzie sambil mengelap air matanya.

                “I think you’re not miss anybody here except Adam…” Kata Greyson sambil tertawa. Ibu kantin membawakan green tea pesanan Adam. Adam mendorong cangkir itu ke depan Mackenzie dan menyadari gadis itu menangis lagi.

                “What’s wrong with you?”

                “It’s not me, it’s Adam and Maddi.” Jawab Mackenzie sambil terisak. Greyson tersentak.

                “They’re.. Bestfriend. Don’t take any serious about their act. We can’t understand bestfriend world. We can’t touch their friendzone…” Kata Greyson mencoba menenangkan. Greyson tahu betul perasaan Mackenzie.

                Cemburu selalu menyambangi Greyson setiap kali melihat Maddi bersama Adam. Cara mereka bicara, tertawa dan bercanda bisa dibilang lebih dari sahabat. Tapi pada kenyataannya mereka adalah sahabat. Walau Greyson bisa merasa bahwa dulu Maddi tertarik pada Adam.

                Ketika masuk dunia Maddi, walaupun Greyson bisa berteman dengan Adam, Megan dan Cameron, tetap saja Greyson tidak bisa masuk dalam dunia mereka. Selalu saja ada private jokes persahabatan yang Greyson tidak mengerti.

                Greyson memaklumi itu karena ia percaya pada Maddi.

                “Aku curiga Adam menyukai Maddi.” Kata Mackenzie terang terangan. “I mean the way he talk with her is… I can’t describe it.”

                “Kamu tidak akan bisa, akupun tidak bisa.”

                “Kamu juga cemburu?”

                Greyson tertawa. “Siapa sih yang tidak cemburu melihat pacarnya dekat dengan seorang cowok? But I trust her.”

                “Jadi kamu anggap aku tidak mempercayai Adam?”

                “Menurutmu begitu, Zie?” Tanya Greyson heran.

                “Tapi Grey, hari ini Maddi sakit dan kenapa tidak minta kamu saja menemaninya ke UKS?”

                “Eum.. Mungkin karena Adam yang dekat dengannya. Kamu tahu kan dia duduk ditempatmu karena dia sedang kesal denganku?”

                “Tapi setelah satu minggu dia tidak kunjung kembali kan?”

                Greyson terdiam, ia tak bisa menjawab.

                “Dan kamu harus lihat apa yang aku lihat tadi. Adam membelai rambut Maddi begitu halus. Aku.. Aku… Grey kumohon pekalah. Kamu harus mencegah ini terjadi. Kamu sadar tidak Maddi jadi lebih dekat dengan Adam? Dia menjauhimu kan? Adam juga menjauhiku. Kalau sampai mereka….”

                Entah kenapa otak Greyson menolak pernyataan Mackenzie tapi hatinya terlanjur panas dan marah. Ia langsung bangkit dari duduknya. Ia juga lelah melihat Maddi menjauhinya tanpa sebab dan kini malah semakin dekat dengan Adam.

                Adam Young! Apa sih bagusnya laki laki itu sampai banyak gadis yang menyukainya? Maddi, Megan, Mackenzie… Astaga. Kalau sampai Maddi meninggalkannya demi Adam?  Greyson langsung meninggalkan Mackenzie tanpa bicara sepatah katapun. Sementara gadis itu tetap duduk di posisinya sambil terus berfikir bagaimana caranya menyelamatkan hubungannya dengan Adam.

                Karena ketika bicara soal hati, selalu banyak orang yang bisa tersakiti.


***


                Bel pulang sekolah selesai berbunyi setelah Adam mengantarkan Maddi ke mobilnya. Maddi di jemput oleh Taylor, sepupunya yang sudah kuliah. Adam lalu berjalan masuk ke dalam sekolah dan menuju lapangan basket indoor. Ia butuh waktu untuk berfikir.

                Berfikir apa yang harus ia lakukan setelah ia menyadari kenapa ia tetap memikirkan Maddi. Perasaan Adam mulai kacau. Hatinya hanya minta Adam untuk tanya pada Maddi apa ia pernah menyukai Adam atau tidak. Tapi otaknya mengatakan tidak karena Adam punya pacar dan Maddi sahabatnya.

                Apa sebaiknya Adam melepaskan Mackenzie dan berusaha mendapatkan Maddi? Tapi tidak mungkin.. Maddi sudah bersama Greyson. Adam tidak bisa memutuskan. Hatinya semakin kacau. Tepat di tembakan ketiganya, pintu terbuka dengan kasar. Seseorang dengan wajah merah karena marah berjalan menghampiri Adam.

                Ia melepaskan tasnya dan menaruhnya sembarangan. Sembari berjalan ia melepaskan jaketnya dan melempar ke arah tas. Ia memandang Adam dengan  penuh rasa marah. Adam mundur satu langkah. Bukan karena takut atau ingin kabur tapi…

                “KALO KAMU SUKA SAMA MADDI, KENAPA KAMU MENJODOHKANKU DENGAN DIA? KENAPA KAMU MALAH BERSAMA MACKENZIE? KAMU MEMBUAT MADDI MENJAUHIKU, DAM!”

                Ia tidak mau bertengkar dengan sahabatnya apalagi karena cinta.

To be continued...

Tidak ada komentar:

Leave me some comment! Thank you, guys:}

Diberdayakan oleh Blogger.