Regrets and Revenge chapter 3

When you've tried to move, but he's not even better than the old one...

***


Salma dan Faldy terlihat begitu fokus menonton film sementara Pevita yang semenjak tadi menatap ke layar sebenarnya tidak benar benar menonton film tersebut. Pikiran Pevita kacau, jiwanya seperti melayang pergi meninggalkan raganya.

Pevita masih merasa kaget setelah mendengar cerita Faldy tentang Biru. Matanya langsung berkaca kaca ketika Faldy mengungkapkan betapa Biru begitu membenci dirinya yang bodoh meninggalkan Pevita.

Beberapa saat setelah Pevita putus dari Biru, cowok itu tiba-tiba berpacaran dengan saudara sepupu Faldy. Gadis itu cukup cantik dan baik. Dia merupakan anggota eskul paduan suara SMA Bakti Wardhani. Gadis dengan bulu mata lentik itu bernama lengkap Ghinaa Varesha Girsang.

Awal semester 2 kelas XI, Resha pindah ke sekolah Pevita. Ia begitu cantik dan manis. Selain menjadi anggota padus, ia juga bergabung di eskul Cheerleader milik sekolah mereka. Pevita tak merasa aneh ketika Biru tiba-tiba jadian dengan Resha.

Pevita berpikir mungkin Biru benar benar jenuh dengan mereka berdua. Mereka jarang bertemu, sementara dengan Resha, Biru akan bertemu setiap kali latihan. Namun tetap saja Pevita tak habis pikir, mengapa gadis yang sudah lama mendampingi tergeser oleh gadis baru yang tak tahu apa apa?

Apa Biru benar benar bosan? Keluh Pevita dalam hati. Walaupun ia cukup senang mengetahui ternyata Biru masih memikirkan perasaannya, tapi ia masih bertanya tanya kenapa Biru harus bilang bosan untuk meninggalkan Pevita.

Seorang cowok yang meminta seorang gadis untuk menjadi pacarnya, lalu memutuskan gadis itu dengan alasan bosan adalah cowok paling jahat menurut Pevita. Kenapa ia harus memulai jika pada akhirnya ia memutuskan untuk berhenti?

Pevita tersenyum kecil ketika ia teringat Faldy berkata bahwa Biru ingin memutuskan Resha dan kembali pada Pevita. Entah senyuman kebahagiaan karena Biru masih mengingatnya atau karena Pevita bahagia, cowok yang menghancurkan hatinya mulai merasakan batunya.

Karena setiap penyesalan selalu tersisip secercah rasa balas dendam dari hati yang dihancurkan...

***

"Rak? Boleh masuk?" Tanya Biru sambil mengetuk pintu Sekret OSIS. Raka yang sedang sibuk dengan beberapa arsip eskul pun berdehem mengiyakan.

"Sorry nih Bi gue gak bisa ngecek Sekret Basket, gue lagi beresin proposal KIR.."
Biru duduk lalu tertawa. "Santai aja Mas Ketos... Ini semua proposal pada minta tambahan dana?" Tanya Biru keheranan. Raka menghela nafas.
"Gue sendiri bingung harus mulai dari mana. MPK sih udah ngebantuin nyimpulin aspirasi dari masing masing eskul. Kebanyakan minta sarana yang lebih memadai lagi. Tapi gak sedikit juga yang minta dana oprasional bertiga bulannya di tambah.." Jelas Raka. Biru tertawa.

"Ini nih yang bikin gue mundur pas pemilihan.."
"Gue udah gak bisa kabur nih, Bi. Tinggal berdoa aja pas sidang pleno nanti, anak MPK gak nge-blame anak anak gue gara gara gak bisa ngatur eskul."
"Emangnya kenapa sih? Kayak ribet banget." Tanya Biru sambil membuka buka beberapa proposal.
"Gue sama anak anak udah ngingetin para ketua eskul, anggaran sekolah tahun ini lagi tipis. Syena juga lagi pusing ngehadepin aspirasi murid. Yah, ribetlah Bi jadi pemimpin. Gak semudah yang dibayangkan."

Biru mengangguk angguk. "Padahal Basket mau minta anggaran tambahan lho, Rak.." Ujar Biru dengan wajah kecewa. Raka menatap Biru tak percaya. "No kidding?"
"Hahaha enggaklah, kita cuman mau ngajuin dispen buat lomba di Jakarta. Cuman butuh tanda tangan elo aja, ntar tinggal ke Wakasek deh.."

Raka tersenyum kecil lalu membuka buka proposal yang dibawa oleh Biru. Ia lalu menanda tanganinya dan mengembalikannya kembali pada Biru. "Thanks ya, Rak!"

"Sama-sama.. By the way, mumpung ada elo, gue mau nanya dong."
Biru tertawa, "mau nanya apa lo?"
"Pevita single, kan?" Tanya Raka enteng.

Biru tercekat, ia tersenyum masam. "Yes she is.."

***

Faldy tampak tak setuju namun Salma berusaha meyakinkan kekasihnya itu untuk mendukung rencana Pevita. Pevita tersenyum puas ketika menyadari semua hal sudah terencana dengan rapi. Pevita yakin ini akan berhasil.

"Tapi, Vit.. Kejahatan gak perlu dibalas dengan kejahatan." Ujar Faldy.
"Gak bisa gitu dong, Fal. Pevita harus melakukan semua ini. Dia gak mungkin dong terus menerus terlihat lemah gitu."
"Buat Biru, Pevita lebih dari apapun. Jahat gak sih kalo elo ngelakuin ini, Vit?"
Pevita menggeram. "Apa sahabat lo itu pernah mikir apa yang dia lakuin nyakitin gue atau enggak?"

Faldy terdiam sementara Salma memeluk Pevita. Pevita yakin apa yang sudah ia rencanakan adalah satu satunya jalan untuk memperbaiki hatinya yang hancur berantakan..

***

"Proposal kamu tembus gak?" Tanya Pevita ketika melihat Biru duduk sendirian di salah satu meja perpustakaan. Biru tersentak, suara itu tak asing baginya. Namun ia tak menoleh sedikitpun karena ia berpikir apa yang ia dengar hanya khayalan semata.

Pevita merasa sedikit kesal melihat Biru yang tak bereaksi. Ia lalu duduk di samping cowok itu dan mulai berceloteh, "kalo mau ngajuin proposal tuh baca dulu yang bener. Latihan di depan kaca apa yang mau kamu omongin, jangan setengah setengah gini dong, Bi. Malu ih sama orang. Ketua eskul Basket bukan?"

Biru menoleh lalu menatap Pevita keheranan. Ia menarik nafas beberapa kali lalu menatap kesekeliling lalu melihat Pevita lagi. Ia tak pernah menyangka gadis itu akan kembali bicara padanya, dengan suara lembut namun tetap tegas.

"Vi... Kamu mau ngomong sama aku lagi?" 


To be continued...


Tidak ada komentar:

Leave me some comment! Thank you, guys:}

Diberdayakan oleh Blogger.