[SHORT STORY] Namaku Kartini

Old fiction. Let's read!^^

***

Aku baru saja pulang setelah berkerja menjadi kenek angkutan umum ketika aku teringat besok tanggal 21 April. Besok aku harus mengumpulkan tugas Bahasa Indonesia tentang tokoh idolaku dan menjadi panitia acara peringatan Hari Kartini.

Ibuku meninggal sekitar 2 tahun yang lalu dan Ayahku pergi entah kemana. Aku hidup sebatang kara dan menafkahi diriku sendiri. Aku bersyukur masih bisa tinggal dirumah kecilku ini dan tetap belajar disekolah. Alhamdulilah sejak kelas 1 SD aku selalu mendapat ranking 1 di kelas bahkan sampai menjadi juara umum di sekolah dan mendapat beasiswa.

Aku keluarkan bingkai usang yang kutemukan di pinggir jalan tadi dari tasku. Lalu aku bergegas mencari-cari foto R.A Kartini yang dulu Ibu belikan untukku saat aku masih SD. Setelah lama mencari, akhirnya foto itu kutemukan dengan sobekan kecil dibawahnya. “Ah, untunglah masih ada.” Desahku sambil terseyum.

Kupasang foto idolaku itu di bingkai cokelat usang yang kutemukan tadi pagi lalu aku pajang dikamarku. Dulu Ibu selalu bercerita padaku tentang R.A Kartini. Ibu bilang, dia adalah pahlawan emansipasi wanita ketika masa penjajahan dulu.

Ia begitu membela wanita yang pada zaman itu tidak diperbolehkan untuk sekolah tinggi, tidak diperbolehkan bergaul. Wanita harus berada didapur dan mengurus keluarganya, bukan belajar diluar dan menjadi seseorang berhasil seperti laki laki. R.A Kartini hanya bersekolah sampai umur 12 tahun di ELS (Europese Lagere School). Tetapi setelah usianya ke 12 tahun, Ia harus meninggalkan sekolahnya dan berada rumah karena sudah bisa dipingit.

Walau Ia dipingit, Ia tidak mau menjadi wanita bodoh. Ia sering sekali membaca buku. Aku selalu merasa iri kepadanya, mengapa Ia begitu bisa memperjuangkan hak wanita? Mengapa wanita zaman sekarang kadang tidak menghargai jasanya? Mungkin tanpanya aku tidak akan bisa sekolah, bahkan mungkin aku tidak akan ada!

Kegigihan dan semangat R.A Kartini dalam memperjuangkan hak wanita membuatku sadar bahwa segala usaha pasti ada hasilnya. Jika aku terus belajar, mungkin suatu hari nanti aku tidak akan tinggal disini dan menjadi kenek lagi. Mungkin aku sudah menjadi dokter atau arsitek.

Kadang aku suka menangis ketika kuingat-ingat lagi cerita soal R.A Kartini. Aku jadi teringat pada Ibuku, selama hidupnya mungkin aku bisa menghitung tawanya, aku bisa menghitung berapa kali dalam setahun Ia bisa beristirahat. Aku selalu membayangkan jika aku ada diposisi Ibu yang tidak pernah dinafkahi oleh Ayah dan harus berada di zaman R.A Kartini! Zaman dimana para wanita harus membungkam mulutnya dan tetap berada didapur. Zaman dimana para wanita harus tetap bodoh meski mereka harus mendidik anak anaknya dengan ilmu ilmu berguna.

Aku tidak mau menyianyiakan kerja keras R.A Kartini. Aku akan belajar, berprestasi dan bekerja untuk hidupku kelak. Aku harus membantu orang-orang dari kebutaan mereka akan pendidikan. Aku ingin melanjutkan penegakan hak wanita dengan caraku sendiri. Dan aku bersyukur, Ibuku memberiku nama seperti nama Idolaku. Namaku Kartini.


Cirebon, 23 April 2011
Peserta lomba menulis cerita pendek bertema Kartini
Atas nama 7D Abnormal, Vancouver'85, SPENSA'13

Tidak ada komentar:

Leave me some comment! Thank you, guys:}

Diberdayakan oleh Blogger.