[FLASH FICTION] Cinta Pasti Bisa
"Linda tau siapa namanya?" Tanya Alvin sambil mengemut permen kakinya. Linda diam seribu bahasa. Ia tak berani bergerak apalagi mengucapkan nama gadis itu. Linda terus mengemut permen kakinya sembari membisu dalam keheningan sore.
Alvin mendesah. Ia tampak kesal menunggu jawaban dari sahabatnya itu. Alvin mencubit pipi Linda sambil menggerutu, "kok mainnya rahasia rahasiaan sih, sek? Kasih tau aku dong.. Aku penasaran nih.. Apa kamu gak tahu namanya, ya?"
Linda tersenyum kecil. Ia sebenarnya tahu nama gadis cantik berkerudung itu. Namanya Afra Dzaki Imtiyaz. Siapa sih yang tidak mengetahui Afra? Gadis itu adalah bintang sekolah Linda semasa SMP. Walaupun beda dua tahun dari Linda, ia cukup mengenal pribadi Afra yang manis dan sopan itu.
Linda menoleh sambil memperhatikan cowok dengan jaket hitam di sampingnya. Dia Alvin Tino Arya, sahabat karib Linda selama SMA. Alvin punya perawakan gagah dengan jambul keren yaang membuat wajahnya terlihat menarik. Cewek manapun pasti langsung menyukai Alvin. Apalagi jika mereka sudah mendengar suara Alvin yang begitu dalam.
Linda menggerutu kesal. Jika ia pikir pikir, Alvin cocok sekali dengan Afra. Mereka sama sama punya kepribadian kalem yang mempesona. Terlebih Alvin yang menjabat sebagai ketua MPK punya pesona yang tak mungkin Afra lewati begitu saja.
Linda menerawang jauh, lalu mengangguk. "Linda tahu namanya..."
Seketika Alvin menoleh. Matanya berbinar binar penuh semangat. Linda tersentak kecil. Ia cukup kaget dengan respon Alvin yang begitu bersemangat. Tak biasanya Linda melihat Alvin sesemangat ini tentang cewek.
"Siapa namanya, Lin? Manis banget, deh. Jadi penasaran..."
Pipi Linda merona merah. Tiba-tiba rasa kesal sekaligus kecewa mengisi relung hatinya. Seakan akan tubuhnya dibuat lemas bercampur marah yang tak bisa ia lampiaskan kemana mana. Matanya berkaca kaca. Mungkin ia akan kehilangan Alvin..
Belakangan, Linda pernah mendengar bahwa Afra mulai mencari tahu tentang Alvin. Linda tak pernah merasa khawatir ataupun kesal seperti ini jika ada cewek yang mendekati Alvin. Ia tahu selera Alvin tak sembarangan. Alvin bisa meninggalkan seorang cewek begitu saja jika Linda bilang ia tak mau Alvin bersama gadis itu.
Tapi kali ini.. Linda merasakan hal yang berbeda. Seakan akan Afra akan menarik jauh Alvin dari lingkaran persahabatan mereka. Seakan akan takkan ada lagi Linda-Alvin yang akan mengisi hari hari Linda.
Linda menghela nafas. Ia menggerutu, kok aku cemburu sih?
"Liiin.. Kenapa sih ngelamun aja?" Tanya Alvin kesal.
Linda menunduk malu. Jelas ia cemburu, jelas perasaan ini begitu saja muncul tak terbendung. Hati takkan bisa menahan perasaan selamanya.
Linda selalu berusaha mengelak bahwa ia jatuh cinta pada Alvin. Bahkan ketika ia akhirnya kembali bersama Sanu, mantan terakhirnya, Linda tak pernah bisa meninggalkan Alvin begitu saja. Bagi Linda, Alvin lah yang nomer satu. Dan begitu juga sebaliknya.
Dinding persahabatan yang begitu kokoh kini cukup rapuh untuk Linda bangun pintu dengan mudahnya. Pintu menuju perasaan yang lebih daripada perasaan persahabatan ini..
Linda ingin memiliki Alvin, tapi ia sadar itu takkan pernah mungkin terjadi. Alvin tak akan pernah meresponnya. Alvin takkan jatuh cinta padanya. Alvin akan selamanya menganggap mereka bersahabat. Walau kenyataannya tidak bagi Linda.
"Hmm.. Namanya...."
Berat bagi Linda untuk melepaskan Alvin mencari cewek yang bisa mendampinginya. Tapi mungkin tak ada jalan lain untuk tetap di dekat Alvin tanpa perlu mengorbankan persahabatan mereka.
Linda menghela nafas lagi. Ia tahu, Alvin dan Afra akan berjalan lebih baik daripada cewek cewek sebelumnya. Dan ia tahu, mungkin ini adalah salah satu keputusan yang akan merubah hidupnya.
Linda tersenyum kecil. Ia memang cemburu, tapi hatinya menyayangi Alvin. Segenap perasaannya selalu tercurah untuk cowok itu walau dia tak pernah memberikan hal yang sama. Tujuan Linda hanya satu, ia hanya ingin membuat Alvin merasa bahagia di dekatnya.
Ia sadar, Alvin selalu bahagia dan takkan pernah berubah jika mereka bersama. Namun mungkin, tembok persahabatan mereka harus kembali diperkuat tanpa membuat pintu untuk melewati tembok tersebut.
"Lin... Malesin deh.." Ujar Alvin sambil cemberut.
Hatinya sedih dan gundah. Ia tak mau membuka jalan untuk melepaskan Alvin. Tapi Alvin butuh bahagia dan kebahagiaan nya itu adalah hal yang menjadi tujuan Linda untuk mencintainya...
"Afra Dzaki Imtiyaz."
Walaupun hatinya teriris, ia terus tersenyum. Karena jika sudah cinta, hati pasti bisa rela...
Alvin mendesah. Ia tampak kesal menunggu jawaban dari sahabatnya itu. Alvin mencubit pipi Linda sambil menggerutu, "kok mainnya rahasia rahasiaan sih, sek? Kasih tau aku dong.. Aku penasaran nih.. Apa kamu gak tahu namanya, ya?"
Linda tersenyum kecil. Ia sebenarnya tahu nama gadis cantik berkerudung itu. Namanya Afra Dzaki Imtiyaz. Siapa sih yang tidak mengetahui Afra? Gadis itu adalah bintang sekolah Linda semasa SMP. Walaupun beda dua tahun dari Linda, ia cukup mengenal pribadi Afra yang manis dan sopan itu.
Linda menoleh sambil memperhatikan cowok dengan jaket hitam di sampingnya. Dia Alvin Tino Arya, sahabat karib Linda selama SMA. Alvin punya perawakan gagah dengan jambul keren yaang membuat wajahnya terlihat menarik. Cewek manapun pasti langsung menyukai Alvin. Apalagi jika mereka sudah mendengar suara Alvin yang begitu dalam.
Linda menggerutu kesal. Jika ia pikir pikir, Alvin cocok sekali dengan Afra. Mereka sama sama punya kepribadian kalem yang mempesona. Terlebih Alvin yang menjabat sebagai ketua MPK punya pesona yang tak mungkin Afra lewati begitu saja.
Linda menerawang jauh, lalu mengangguk. "Linda tahu namanya..."
Seketika Alvin menoleh. Matanya berbinar binar penuh semangat. Linda tersentak kecil. Ia cukup kaget dengan respon Alvin yang begitu bersemangat. Tak biasanya Linda melihat Alvin sesemangat ini tentang cewek.
"Siapa namanya, Lin? Manis banget, deh. Jadi penasaran..."
Pipi Linda merona merah. Tiba-tiba rasa kesal sekaligus kecewa mengisi relung hatinya. Seakan akan tubuhnya dibuat lemas bercampur marah yang tak bisa ia lampiaskan kemana mana. Matanya berkaca kaca. Mungkin ia akan kehilangan Alvin..
Belakangan, Linda pernah mendengar bahwa Afra mulai mencari tahu tentang Alvin. Linda tak pernah merasa khawatir ataupun kesal seperti ini jika ada cewek yang mendekati Alvin. Ia tahu selera Alvin tak sembarangan. Alvin bisa meninggalkan seorang cewek begitu saja jika Linda bilang ia tak mau Alvin bersama gadis itu.
Tapi kali ini.. Linda merasakan hal yang berbeda. Seakan akan Afra akan menarik jauh Alvin dari lingkaran persahabatan mereka. Seakan akan takkan ada lagi Linda-Alvin yang akan mengisi hari hari Linda.
Linda menghela nafas. Ia menggerutu, kok aku cemburu sih?
"Liiin.. Kenapa sih ngelamun aja?" Tanya Alvin kesal.
Linda menunduk malu. Jelas ia cemburu, jelas perasaan ini begitu saja muncul tak terbendung. Hati takkan bisa menahan perasaan selamanya.
Linda selalu berusaha mengelak bahwa ia jatuh cinta pada Alvin. Bahkan ketika ia akhirnya kembali bersama Sanu, mantan terakhirnya, Linda tak pernah bisa meninggalkan Alvin begitu saja. Bagi Linda, Alvin lah yang nomer satu. Dan begitu juga sebaliknya.
Dinding persahabatan yang begitu kokoh kini cukup rapuh untuk Linda bangun pintu dengan mudahnya. Pintu menuju perasaan yang lebih daripada perasaan persahabatan ini..
Linda ingin memiliki Alvin, tapi ia sadar itu takkan pernah mungkin terjadi. Alvin tak akan pernah meresponnya. Alvin takkan jatuh cinta padanya. Alvin akan selamanya menganggap mereka bersahabat. Walau kenyataannya tidak bagi Linda.
"Hmm.. Namanya...."
Berat bagi Linda untuk melepaskan Alvin mencari cewek yang bisa mendampinginya. Tapi mungkin tak ada jalan lain untuk tetap di dekat Alvin tanpa perlu mengorbankan persahabatan mereka.
Linda menghela nafas lagi. Ia tahu, Alvin dan Afra akan berjalan lebih baik daripada cewek cewek sebelumnya. Dan ia tahu, mungkin ini adalah salah satu keputusan yang akan merubah hidupnya.
Linda tersenyum kecil. Ia memang cemburu, tapi hatinya menyayangi Alvin. Segenap perasaannya selalu tercurah untuk cowok itu walau dia tak pernah memberikan hal yang sama. Tujuan Linda hanya satu, ia hanya ingin membuat Alvin merasa bahagia di dekatnya.
Ia sadar, Alvin selalu bahagia dan takkan pernah berubah jika mereka bersama. Namun mungkin, tembok persahabatan mereka harus kembali diperkuat tanpa membuat pintu untuk melewati tembok tersebut.
"Lin... Malesin deh.." Ujar Alvin sambil cemberut.
Hatinya sedih dan gundah. Ia tak mau membuka jalan untuk melepaskan Alvin. Tapi Alvin butuh bahagia dan kebahagiaan nya itu adalah hal yang menjadi tujuan Linda untuk mencintainya...
"Afra Dzaki Imtiyaz."
Walaupun hatinya teriris, ia terus tersenyum. Karena jika sudah cinta, hati pasti bisa rela...
Cirebon, 18 Agustus 2014
Good night, Ra-Ling-Yesh-Nu-Pin-Ham...
Miss you already:"}
Tidak ada komentar:
Leave me some comment! Thank you, guys:}