Tentang Gadis, Kesatria dan Dilema


Pada suatu zaman, entah siang atau petang, ada seorang gadis menemukan kesatrianya. Tapi bagi sang kesatria, tak ada cerita bagi mahakarya nan agung bernama cinta.

Sang gadis berusaha, sang kesatria juga. Tapi tak menemukan titik. Mereka hanya saling mampir. Terbawa kehangatan dunia dan suasana yang menciptakan angin semilir kesejukan bernama momen. Momen yang tidak bisa diulang.

Lalu kesatria memilih meninggalkan, menjauhi, meniadakan gadis tersebut dari kehidupannya. Dia tidak benci. Dia hanya tidak mau menyakiti gadis itu.

Kesatria tak mau gadis itu menunggunya tapi dirinya sendiri tak tahu kapan akan membuka hatinya.

Gadis itu kebingungan. Ia tidak punya arah. Ia berlari lari padahal tak tahu harus kemana. Ia mencari cari tetapi tak paham apa yang harus ditemukan.

Ia telah melalui fase ditinggalkan semuanya karena kebingungan oleh perginya kesatria.
Disinilah peran bintang jatuh yang tiba tiba datang menjadi sangat besar.

Bintang jatuh dapat mengalihkan seluruh perhatiannya walau sebenarnya gadis itu tak pernah berhenti berpikir tentang sang kesatria.

Bintang jatuh menguatkan diri sang gadis. Bintang jatuh membuat sang gadis punya kehidupan lagi.

Kerja keras bintang jatuh berhasil meruntuhkan tembok pertahanan gadis itu. Gadis itu mulai berhenti. Gadis itu tak lagi terpaku pada sang kesatria.

Tapi tak ada yang pernah bisa menghilangkan kepingan kepingan momen yang tersisa dari tembok yang runtuh itu. Sesekali sang gadis masih melihat kesatrianya.

Tapi dengan pandangan berbeda.

Dia jauh lebih kuat sekarang.

Dia bahkan mulai berpikir jernih bahwa mungkin ia dan kesatria akan selamanya berada dalam jurang perasaan yang tak tahu kemana arah perginya.

Sang gadis tak punya hak untuk bicara. Ia bukan siapa siapa. Tapi sang kesatria terlalu lama diam. Sang kesatria terlalu lama sendiri.

Hal itu membuat sang gadis nyaman berada dalam zona mengagumi dari jauh.

Beberapa saat kemudian, es mencair, momen demi momen terbentuk lagi sehingga membangkitkan tembok yang runtuh.

Tapi kali ini rasanya tidak sekuat dulu, karena sang gadis merasakan perbedaan kesatrianya.
Kesatria mulai mencari arti cinta.

Gadis itu mengurung diri. Ia tak tahu harus apa. Tak ada kemungkinan sang kesatria melihatnya. Tapi ia ingin kesatria itu mengerti cinta.

Lalu suatu pagi dari balkon istana, sang gadis melihat kesatrianya bersama seseorang. Mereka tertawa lepas. Entah apa yang dibicarakan.

Kesal. Gadis itu berlari pergi.

Lalu ia melihat kesatrianya bersama seseorang yang lain. Asik bercanda sambil bersenandung.

Kesal. Gadis itu memilih pergi.

Ia mengambil penanya. Ia menarikannya. Dan kembali ia sadari, ia merindukan kesatrianya...

Entah pada batasan atau arti apa.

Ia tahu ini kesalahan besar. Ia sudah berusaha keras. Ia mengerahkan seluruh semesta ini untuk membuatnya melupakan kesatria. Ia mempergunakan bintang jatuh sebagai penopang dirinya untuk kembali bangkit.

Tapi hatinya tak kuasa melihat kesatria bersama yang lain..

Sampai pada suatu ketika bintang jatuh berkata, "cinta yang terbaik adalah ketika keikhlasan berada di atas segala-galanya."

Ia termenung menyadari memiliki kesatria bukanlah satu satunya hal yang membuat cintanya menjadi yang terbaik.

Kebahagiaan kesatria adalah bagian dari kebahagiaan sang gadis.

Gadis itu berharap bahwa ia pun bisa jadi kebahagiaan kesatrianya.

Bilamana ternyata Tuhan tak merestui jalannya, ia sangat bersyukur mempunyai kebahagiaan sedahsyat kesatria.

Sesekali ia menatap bintang jatuh dan berharap bahwa ialah yang akan menjadi pengganti kesatria. Tapi takkan ada yang bisa menggantikan kesatrianya.

Bahkan seorang pendekar bertongkat emas pun tak cukup untuk menggantikan kesatria.

Karena kesatria adalah mahakarya Sang Agung yang tercipta begitu dahsyatnya dengan segala ketidaksempurnaan yang dimiliki oleh kesatria.

Sang gadis ingin melihat kesatrianya bahagia. Ia ingin membahagiakannya.

Tapi bilamana puteri yang dicari oleh kesatria-nya bukan dirinya, apalah arti dari segala momen yang terbentuk selama ini?

Kenapa semesta menumbuhkan cinta jika tak ada kata bersatu?

Tapi jika bintang jatuh benar, apa yang harus gadis itu lakukan supaya dapat merelakannya?

Kutukan apa yang telah ditancapkan sang kesatria untuk si gadis?

Bagaimana sang gadis bisa pergi jika setelah berkali kali mencoba lari, hatinya selalu kembali pada kesatria?


Inilah dilema hatinya.

Tidak ada komentar:

Leave me some comment! Thank you, guys:}

Diberdayakan oleh Blogger.