[FLASH FICTION] 1989 Series: Wildest Dreams

"Suka makanan apaa?"
"Gak tahu, apa aja.. Kenapa sih?"
"Mau masakin hehehe."
"Gak tahu, asal gak pedes."

---

"Besok gak usah sarapan yaa.."
"Kenapa?"
"Aku masakin sesuatu."

---

"Heh, udah sarapan belum?"
"Belum.. Laper..."
"Yaudah aku beliin sesuatu ya?"
"Gak usah gakpapa kok, kuat!"

---

"Nih udah, makasih ya..."
"Enak gak?"
"Hmm.. Lumayan..."

---

"Makasih ya, pienya enak."
"... Kamu gak puasa?"

---

"Cek tas bagian depannya."
"Ada apaan sih?"
"Buat buka puasa.."
"Hahahaha oke."

---

"Mau yang manis atau asin?"

---

"Ini pedes gak?"
"Oh iya kamu gak suka pedes.."
"Tuh tahu."

---

"Udah makan belum?"
"Udah ay."


It feels like a shit, you know?

***

I thought heaven can't help me now..
Nothing lasts forever..


Dimas menutup pintu ruang kelasnya lalu menoleh ke arah Nikita. Ia mengurungkan niatnya untuk bicara pada Nikita apa yang ia lihat tadi di balkon sekolah. Ia melihat Satria sedang asyik berbincang dengan Gema, mantannya.

Sudah lama Dimas dan Natasha berpikir bahwa Nikita dan Satria tidak benar benar berlari bersama. Satu sama lain hanya terbawa dalam kenyamanan sesaat yang membuat sang perempuan berharap terlalu jauh.

Nikita tersesat. Ia sudah lupa jalan pulang.

Dimas duduk di samping  gadis itu lalu tersenyum kecil. "Mau sampai kapan Nik nungguin Satria? Gak bakal ada habisnya..."

"Eh Dimas..." Nikita menghapus air matanya yang jatuh setetes demi setetes. "Siapa yang nungguin Satria sih? Enggak kali, get a life bung! I've moved on."
"You lied." Sahut Dimas ketus. "Kamu bisa bohongi semua orang, but it wont work on me."
Nikita menundukkan kepalanya, "aku kira setelah semua hal yang aku lakukan, Satria akan mulai percaya cinta...."

He's so tall, and handsome as hell
He's so bad but he does it so well
 I can see the end as it begins, my one condition is...

"Kamu benar, Nik." Dimas mengangguk, "tapi mungkin dia tidak jatuh cinta sama kamu.."
"Lalu apa yang sebenarnya selama ini aku lakukan bersama Satria? Aku menghabiskan seluruh waktu, tenaga dan perasaanku untuk mendampingi dia. Tidakkah itu cukup -malah terlalu berlebih?" Tanya Nikita sambil terisak. Dimas menggeleng.

I said "No one has to know what we do,"
His hands are in my hair, his clothes are in my room
And his voice is a familiar sound, nothing lasts forever..

"Apa kamu pernah berpikir sebelum jatuh cinta -bahwa pada akhirnya semua yang kamu berikan pada dia mungkin saja berakhir tak terbalas dan menjadi sia sia?"

Nikita menggeleng, ia mengerang. "Aku kira kami sudah menjadi kita, Dim..."

"Dia mungkin jatuh cinta padamu, tapi takdir kalian bukan untuk bersatu...."

"Lalu untuk apa kami dipertemukan, Dim? Aku selalu berharap dirinyalah yang nyata. Karena dia begitu lekat pada setiap angan yang kuharapkan. Lelaki penuh ketidaksempurnaan yang dapat menutupi segala kekurangannya menjadi hal teristimewa yang dia punya. Dia bagaikan kesatria, Dim..."

"Kalau kamu memang benar benar jatuh cinta, biarkan dia memilih."

Nikita merengutkan dahinya, "bukannya pepatah mengatakan jika kamu benar benar cinta, kamu harus berlari untuk mendapatkannya?"

"Lalu apa yang kamu kejar dari hal yang tidak mau kamu kejar? Kebahagiaan apa yang kamu dapat jika dia memilihmu hanya untuk sesaat? Biarkan dia pergi, Nik.. Dan kamu akan mendapatkan balasannya."

Some day when you leave me
I bet these memories follow you around
...

"Aku sayang sama Satria, Dim...." Ujar Nikita sambil terisak.

Dimas tersenyum kecil sambil merangkul sahabatnya. "Maka tinggalkanlah dia, Nik."

Say you'll remember me
Standing in a nice dress, staring at the sunset babe
Red lips and rosy cheeks
Say you'll see me again even if it's just in your wildest dreams....



Cirebon, February 4th 2015
Taylor Swift's 1989 - Track 8
You've gone so long...

Tidak ada komentar:

Leave me some comment! Thank you, guys:}

Diberdayakan oleh Blogger.