Regrets and Revenge chapter 23
It's been a year since I released this story..
Hei, I want to say thank you for all of you, Biru's Team or Raka's Team, this story wouldnt be the same without you guys. I do love you.
And thank you for keep waiting:)
Hei, I want to say thank you for all of you, Biru's Team or Raka's Team, this story wouldnt be the same without you guys. I do love you.
And thank you for keep waiting:)
***
Orang bilang cinta itu tentang perjuangan dan pengorbanan. Bagi Raka, that's a bullshit.
Raka sudah merelakan segala hal yang dia punya untuk sebuah pengkhianatan janji dari orang yang ia perjuangkan, Khansa Pevita Raisana. Ia tidak habis pikir. Ia tidak mengerti apa dosanya sehingga hal ini terjadi padanya.
Sudah ia berikan segala hal yang terbaik untuk Pevita. Segala hal yang ia miliki sampai apa yang tidak pernah ia miliki sudah ia usahakan untuk seorang Pevita. Ia hanya ingin gadis yang ia cintai bahagia.
Raka tidak pernah jatuh cinta sedalam ini. Ia tidak pernah berpikir bahwa akhir dari cerita manis bersama seorang mantan ketua umum Jurnalistik yang selalu ia kagumi diam diam akan jadi begini. Cinta karena terbawa suasana. Cinta penuh cobaan. Cinta bertepuk sebelah tangan.
Ingatan Raka berlari ke hari hari dimana ia prtama kali memperhatikan Pevita di sekolah, berani menyapanya, pertama kali mengantarnya pulang, menggandeng tangannya di sekolah dan mendengar Pevita mengucapkan kata cinta padanya.
Raka tahu seharusnya ia tidak begitu membawa perasaannya dalam hubungan ini karena sejak awal Pevita memang masih belum bisa melupakan Biru. Tapi setelah mereka berjanji untuk berkomitmen, kenapa gadis itu masih bisa mengecewakan Raka?
Kebahagiaan Pevita adalah hal terpenting bagi Raka. Ia telah mengerahkan semesta alam untuk mencari kebahagiaan bagi gadis itu. Ia sangat bersyukur bisa diberi kesempatan untuk berusaha membahagiakan Pevita. Tapi bagaimana jika ternyata bukan Raka lah yang menjadi kebahagiaan untuk Pevita?
Pikiran Raka mendadak semakin kacau ketika pembantu rumahnya memberi tahu bahwa ada Pevita di ruang tamunya. Ia menelan ludahnya sendiri. Apa yang harus ia lakukan sekarang? Apa yang gadis itu mau setelah menghancurkan hatinya? Kenapa ia kemari jika Biru yang ia pilih?
Raka menatap Pevita dalam dalam. Gadis itu bergumam, "Rak.. Aku sayang kamu..."
Hati Raka langsung patah seketika. Rasanya ia ingin memeluk gadis itu dan memintanya kembali pada Raka. Tapi ia menolak mentah mentah keinginan hatinya. Untuk apa Raka masih berjuang jika Pevita tidak menginginkannya?
Pevita mengigit bibirnya menanggapi Raka yang tidak memberi respon apa apa. "Raka.. Please jangan gini, jangan diemin aku.. Aku gak bisa kayak gini sama kamu, Raka.."
"I deserve an explanation, Pevita." Ujar Raka dingin.
"Iya.. Aku akan menjelaskan semuanya, Rak.. Maafin aku.. I know I was wrong... Tapi kamu harus percaya, aku menyayangi kamu."
Raka tertawa renyah, namun perih. "Don't throw me a bullshit, Vi. You've hurted me."
"Raka, aku gak mau kamu membenci aku." Pevita mulai terisak.
"Then I've already, Vi. Aku gak tahu apa yang ada dipikiran kamu, but could you please think about someone else before doing something? Kamu memang berhak memilih di antara kami, tapi bukan berarti kamu punya hak untuk melanggar janji kamu."
"Raka... Maafin aku.."
"Aku tahu dari awal aku cuman bahan pelarian kamu aja, kan? Aku tahu kamu cuman pengen melupakan Biru, kan? I've tried my best to make you happy, but it seems never enough for you. Cuman Biru, and it's always been him."
Air mata Pevita jatuh bercucuran. "Raka..."
"Aku tahu kamu cuman anggep kita temen kan? Temen yang ada di saat kamu butuh pelarian. I thought we meant to be together but I was wrong, I'm sorry. Maaf sudah mengganggu hubungan kamu dengan Biru Samudra Nusantara." Ujar Raka tegas dan ketus.
Hati Pevita teriris. Ia sudah melakukan kesalahan besar. Ia sudah menyakiti hati orang yang benar benar menyayanginya.
"Bukan gitu Raka.. Kamu gak tahu yang sebenarnya..."
"Aku gak tahu karena kamu gak pernah ngasih tahu!" Seru Raka kesal.
Pevita tersentak, tangisnya semakin menjadi jadi. "Aku takut.. Aku takut kamu benci aku dan mikir aku cewek yang gak baik.."
"Semakin kamu gak bilang, semakin aku mikir yang aneh aneh, Vi. Semuanya udah terlambat, gak ada yang perlu kamu jelasin sebenarnya. Toh semuanya juga udah selesai kan?"
"Kita belum selesai, Raka..." Ujar Pevita sambil terisak.
"Aku kira gak pernah ada kata kita di antara aku dan kamu, Vi. Semuanya cuman omongan kosong, sampah, a bullshit. Kalo yang kamu mau bilang cuman kamu temenan sama Biru, kamu sayang sama aku, kamu gak maksud nyakitin aku.. That's a bullshit dan aku tahu bukan itu yang sebenarnya terjadi."
Raka bangkit dari duduknya lalu berjalan menaiki anak tangga. Ia menghela nafas lalu berbalik, "sebaiknya kamu pulang sebelum hujan, Iraz pasti nyariin kamu. Terima kasih Vi, but we're done." Ujar Raka lalu kembali berjalan ke atas.
Pevita terisak, nafasnya satu dua, dadanya mulai sesak.
"Raka, aku sangat sayang sama kamu dan Biru -dia adalah masa lalu aku yang harus aku selamatkan, aku gak mungkin meninggalkan dia dalam keadaan seperti itu, aku sayang dia, Raka. Dia bisa jauh lebih baik daripada Biru yang sekarang. Dan kamu, kamu adalah masa depanku Raka. Aku gak pernah bilang sama kamu karena.. Karena aku..."
Pevita menarik nafas panjang, "aku takut kamu membenci seorang gadis yang berniat melakukan balas dendam pada mantan kekasihnya. It's a revenge, Raka. Everything I do isnt for coming back to him..."
Raka menggeram sambil meremas tangannya sendiri. Semua yang Iraz, Salma dan Faldy katakan benar. Semua tentang Pevita benar. Raka berbalik dan berlari menghambur ke arah Pevita yang kini sedang berdiri sambil menangis kencang. Ia memeluk gadis itu erat erat.
"Seharusnya kamu bicara, aku hanya butuh kejujuran kamu. Aku gak bakal pernah ngebenci kamu. Aku sayang kamu, Pevita. Kebahagiaan kamu adalah kebahagiaanku..."
***
Sebulan kemudian....
Syena mengetik laporan kerja terakhirnya sambil sesekali menyeruput Starbucks-nya. Besok siang akan ada sidang pleno Serah Terima Jabatan antar pengurus ekskul, OSIS dan MPK di aula sekolah. Ia sedang mempersiapkan berkas terakhir sebelum masa jabatannya benar benar usai.
Ruang OSIS sore ini cukup sepi. Hanya ada Syena dan beberapa anggota OSIS - MPK yang sedang membereskan ruangan. Tiba-tiba Raka menghampirinya sembari memberikan sebuah map coklat yang cukup tebal.
"Ini berkas serah terima jabatan dari OSIS dan seluruh ekskul yang udah diberesin sama anak sekbid. Mungkin ada beberapa ekskul yang data informasinya belum lengkap, tapi udah gue suruh dikirim ke e-mail elo kok. Paling lambat ntar malem dikirim. It's that okay?" Tanya Raka sambil menatap Syena dalam dalam.
Syena membuka buka map tersebut lalu mengangguk mengiyakan. "Makasih ya, Rak! Gue tahu lo lagi sibuk ngurusin launching buku perdana elo.. Padahal elo kan bisa ngasih ke para wakil."
"Yaelah, Syen... Besok udah gak ngejabat lagi nih, jadi sibuk sedikit boleh dong.. Lagian elo juga ngapain sih ngeberesin berkas sendirian? Kenapa gak ngasih ke wakil atau ketua komisi?" Tanya Raka heran sambil duduk di samping Syena.
Syena tertawa renyah, "last check before the show, brother. It's a must!"
Syena mengecek berkas demi berkas dari setiap ekskul lalu berhenti pada berkas milik ekskul Jurnalistik. Ia tersenyum kecil, "apa kabarnya Ibu Ketum yang mengambil hati Bapak Ketua OSIS?"
Raka tertawa renyah, "I can live with the fact, you know." Katanya sambil mengambil berkas itu. Syena menggeleng, "I'm not sure... Tapi dia kelihatan bahagia dengan Biru sekarang."
"Oh iya? Gue harus respon apa nih?" Tanya Raka sambil menaikkan kedua alisnya. "By the way, apa kabarnya Resha? Gue gak pernah ketemu dia lagi.."
"Yaelah, Rak malesin amat sih! Dia baik baik aja, dia bahagia kok.. " Ujar Syena sambil membuka kembali berkas dari ekskul lain. Ketika tumpukan berkas itu berakhir pada ekskul Basket, Syena melirik Raka.
"What?" Tanya Raka sambil membalas lirikannya.
"Lucu aja. Pevita disakitin Biru lalu Biru pacaran sama Resha. Tiba-tiba elo berada dalam zona hubungan tanpa status sama Pevita dan Biru balik lagi. Biru ninggalin Resha demi Pevita dan Pevita juga ninggalin elo demi Biru. Hubungan tanpa status pun berakhir." Syena berceloteh sembari diwarnai oleh tawa kecil Raka.
"Hubungan tanpa status? Never heard about that." Ujar Raka sambil mencibir.
Syena meledeknya, "yee dulu juga ngejalanin."
"What's past is past, Syen. Get a life...."
Syena menghela nafas, "are you happy?"
"Now? Perfectly."
"I mean, after she left you for him?"
Raka melirik ke arah jendela lalu melihat Pevita yang sedang berjalan berdua sambil tertawa renyah bersama Biru. Ia mengigit bibirnya lalu tersenyum lebar, "gak perduli dengan siapapun dia bahagia, selama dia bahagia, gue juga pasti bahagia. Bukannya itu yang dinamakan kebahagiaan saat jatuh cinta?"
***
Kembalinya pasangan Pevita dan Biru menjadi bahan pembicaraan hangat di SMA Bakti Wardhani. Bahkan setelah hampir satu bulan mereka kembali ke publik, orang orang masih saja membicarakan mereka.
Ada beberapa yang mendukung kembalinya kedua pasangan ini dan ada juga yang tidak. Sebagian orang memilih Biru untuk kembali bersama Resha dan Pevita kembali dengan Raka.
Hal itu terkadang membuat Pevita risih berjalan di koridor sekolah bersama Biru tapi bagaimana pun juga sekarang Biru adalah pacarnya. Ia harus bisa menerima bahwa ia dan Biru adalah orang orang penting di sekolahnya jadi wajar jika ada orang yang suka atau tidak menyukai kembalinya mereka.
Semenjak sore terakhir di rumah Raka, gadis itu tidak pernah lagi berhubungan dengan Raka. Mereka bagaikan orang yang tidak mengenal satu sama lain. Sementara Salma dan Faldy sempat kaget karena Pevita memutuskan untuk berpacaran dengan Biru lagi.
Lain halnya dengan Iraz. Kakaknya malah mendukung Pevita kembali pada Biru. Ia tahu ketulusan hati Pevita ingin membuat Biru sadar akan segala perbuatannya.
Walaupun dirinya sudah bersama Biru, Pevita tetaplah Pevita. Ia masih menjalankan aksinya. Ia tidak akan memakai perasaannya lagi ketika bersama dengan Biru. Ia tidak mau Biru semakin berpikir bahwa ia bisa menadapatkan semua hal yang ia mau.
Because a revenge will always be a revenge.
***
"Bi, elo sekarang gimana sama Pevita?" Tanya Faldy sambil tertawa lebar. Mereka berdua sedang duduk di depan aula sambil menunggu sidang pleno STJ dilaksanakan.
Biru yang sedang makan roti isinya pun tersedak lalu tertawa, "hah? Kenapa emangnya, Fal?"
"Ya.. Lo udah dengerkan gosip di sekolah ini lagi gencar banget tentang kalian berdua. Emang elo gak risih apa?" Tanya Faldy penasaran.
"Enggaklah.. Kenapa harus risih? Toh gue sama Pevita bahagia.."
"Elo sama Resha masih ngobrol gak?"
"Enggak, kita udah lost contact." Ujar Faldy pelan.
Faldy merengut keheranan, "segampang itu ya lo lupain Resha?"
"What's your problem sih, Fal?" Tanya Biru agak kesal. "Gue gak pernah mempermasalahkan hubungan elo dengan Salma. So I do hope you do the same with mine."
"Sorry, Bi.. Tapi gue berhak tahu. Lo berurusan sama dua orang penting di hidup gue."
"Resha pasti gampang lupain gue, Fal. Dia udah biasa ganti ganti cowok, kan?"
Faldy menggeram pelan, ia tidak pernah suka pembicaraan seperti ini dengan Biru. "Dia punya alasan melakukan itu, Bi.."
"Gue tahu dia sayang sama gue, gue juga sayang sama Resha..Tapi... I love her more." Kata Biru sambil tersenyum ketika Pevita tersenyum padanya.
"Gue cuman enggak mau lo nyesel aja, bro..."
"Kenapa gue harus nyesel? Gue udah bahagia sama Pevita. Gue gak akan nyia nyiain dia sama kayak yang dulu."
Faldy meliriknya sinis, "I've ever heard that before."
***
"Sa..." Ujar Iraz sambil mengetuk pintu kamar Pevita. Pevita melirik pintunya lalu tersenyum, "masuk, Raz. Aku lagi gak ngapa ngapain..."
Iraz membuka pintu kamar Pevita sambil membawa sebuah amplop berwarna biru muda lalu duduk di depan Pevita. Iraz menyodorkan amplop tersebut lalu tersenyum kecil. Pevita menyerengitkan dahinya.
"Ini apa ya, Raz?" Tanya Pevita heran.
Iraz mengangguk. "Buka aja, Sa..."
Pevita membuka amplop itu dan membaca kertas yang berada di dalamnya. Ia menggigit bibirnya. Air matanya jatuh setetes demi setetes. Ia tersenyum bahagia.
"Raz...." Pevita memeluk Iraz erat. Lalu ia tertawa kecil. "Di hari ulang tahunku? Ya Tuhan..."
"You know what, dear? It's the time."
***
Radit membuka pintu mobilnya lalu menggenggam jemari Resha. Ia menuntun gadis itu berjalan keluar mobil sambil menahan rasa degdegannya. Ia tidak mungkin menunggu lebih lama lagi.
Radit sudah pernah menyianyiakan kesempatannya untuk bersatu dengan Resha dan ia tidak mau kehilangan kesempatannya lagi. Ia tidak mau ia menyesal di kemudian hari. Ia ingin Resha bahagia. Ia tidak mau melihat gadis itu disakiti lagi oleh siapapun.
Sementara Resha sendiri mulai tersenyum kecil. Ia tahu akan ada hari di mana orang yang selama ini ia tunggu, orang yang selama ini ia cari, orang yang selama ini menjadi alasannya untuk berjuang akan datang untuknya.
Resha begitu mencintai Radit dan ia tahu Radit pun merasakan hal yang sama.
Hal ini pernah Resha rasakan pada Biru beberapa bulan lalu saat ia mampu menggeser keberadaan Radit dalam hatinya. Tapi ternyata Biru tidak pernah benar benar membuatnya melupakan Radit. Biru tidak membuatnya merasa sehidup ini.
Walaupun mereka berdua sama sama membuat Resha bahagia, tapi gadis ini akhirnya mengerti kenapa setelah segala hal yang Biru lakukan dengannya, cowok itu tetap kembali kepada Pevita.
Perasaan dan hati tidak pernah bisa berbohong. Walaupun sudah tersakiti, disakiti, meninggalkan atau ditinggalkan, jika dia memang benar benar orang yang kamu cintai, cinta akan membawamu kembali kepadanya apapun keadaannya.
Seperti apa yang terjadi padanya dan Radit. Walau Radit telah mengecewakannya dan Biru sudah bersamanya, tapi ketika Radit kembali muncul, tetap Radit lah yang menjadi nomer satunya. Hanya Radit yang bisa mencuri hati Resha sebegininya.
Hati kecil Resha merengek, ada sedikit rasa rindu pada Biru Samudra Nusantara. Tapi bagian lainnya terus berusaha mengobati rasa rindu itu supaya hilang dan tak lagi ada. Resha memang menyayangi Biru. Segala hal akan ia lakukan demi Biru.
Tapi apa dia harus terus bertahan ketika ia terus berjuang untuk kebahagiaan Biru namun bukan dirinyalah yang menjadi kebahagiaan cowok itu?
Radit berhenti melangkah lalu tertawa kecil. "Aku buka ya matanya..." Ujar Radit sambil membuka kain penutup mata Resha. Gadis itu menghela nafas lalu tersenyum kecil.
Biru... Semoga kamu bahagia.. Karena aku juga sudah bahagia.
***
Pevita masih terjaga ketika handphonenya berdering tanda pesan singkat masuk. Ia menghela nafas berat ketika membacanya.
Biru Samudra Nusantara (Mobile)
Times flies. People changes. But my feeling wont change.
Aku sayang kamu, Pevita. Jangan tinggalin aku...
Pevita mematikan iPhone-nya lalu menarik selimutnya. Ia menenggelamkan diri sambil berusaha memberhentikan air matanya yang jatuh. Akhir akhir ini ia semakin cenggeng. Ia tidak tega menyakiti hati Biru ketika ia melihat Biru semakin baik kepadanya. Tapi ia tidak mungkin bersama Biru.
Maafkan aku, Bi.. Aku juga sayang kamu...
Lalu ia tertidur sambil berharap ia bisa segera menuntaskan balas dendamnya dan hidup bahagia bersama orang yang rela menunggunya, Raka Dimastrya Adithama.
3 chapters left. To be continued...
Tidak ada komentar:
Leave me some comment! Thank you, guys:}