[FLASH FICTION] 1989 Series: This Love
Skies grew darker, currents swept you out again..
And you were just gone and gone…
And you were just gone and gone…
Satria duduk di teras rumah Nikita sambil memainkan handphonenya. Dia membuka pesan demi pesan yang ia terima di aplikasi LINE. Kemarin malam Satria, Dimas dan Natasha menginap di rumah Nikita karena tadi pagi mereka berempat ada acara OSIS yang mengharuskan datang pagi pagi sekali. Satria kembali ke rumah Nikita untuk mengambil beberapa barang yang tertinggal.
Nikita kembali dari dalam rumah sambil membawa es krim cornetto mini rasa coklat dan membawa baju yang kemarin Satria pakai. Ia menyodorkan es krim itu lalu meraih tas Satria.
Satria menoleh memperhatikan gadis di sampingnya yang sedang menggerutu sembari melipat baju baju Satria.
“Kamu tuh ya, jangan asal dimasukin gini dong.. Rapih dikit kek…” Gerutu Nikita lalu diselingi tawa Satria.
Cewek itu menoleh, “kenapa sih? Mending dimakan deh es krimnya!” Serunya dengan nada badmood. Satria menuruti Nikita lalu memakan es krim itu.
Satria memandangi Nikita. Gadis itu pasti hari ini lelah sekali. Acara baru kelar pukul 6 dan Nikita segera pulang ke rumah sementara Satria baru bisa kembali ke rumah Nikita sekitar jam setengah 8 malam karena ia harus mengantar Dimas pulang.
Satria mengigit eskrimnya lalu tertegun melihat Nikita yang membereskan pakaiannya. Ini bukan kali pertama gadis ini melakukan segala hal untuk Satria. Satria tahu gadis itu memiliki perasaan lebih untuknya. Ia memang tidak perduli tentang cinta, tapi hati kecilnya masih bisa menafsirkan setiap perhatian yang Nikita beri.
Nikita menyeka rambutnya yang masih basah ke telinga mungilnya sambil membuka buka tas Satria. Ia menemukan data data OSIS yang langsung ia baca baca. Satria melirik handphonenya lalu menatap Nikita. “Nik….”
“Sat.. Aku tuh kesel hari ini kayak gini banget acaranya. Aku capek, tapi temen temen kayak gitu.”
Satria merasa sudah saatnya ia bicara pada Nikita. Satria memang senang jika Nikita berlaku baik kepadanya. Tapi semakin lama perhatian Nikita terasa berlebihan untuk Satria dan cowok itu tidak bisa membalasnya begitu saja.
Satria masih tidak percaya dengan cinta. Ia tidak mau Nikita menunggunya lebih lama lagi. Satria tidak ingin waktu Nikita terbuang untuk menunggunya karena dia sendiri tidak tahu kapan ia bisa mulai percaya pada cinta lagi.
Satria tahu betapa seringnya Nikita menangis untuk dirinya. Ia tahu Nikita sering galau karena seorang Satria Yudha Restu yang tidak percaya cinta. Walaupun Nikita bisa membuat Satria sedikit luluh, tapi tetap saja untuk memulai suatu hubungan bukanlah hal yang mudah untuk Satria..
Satria pernah gagal dan ia merasa cinta tidak lagi penting. Ia menyukai dunianya yang sekarang. Sibuk berorganisasi, mencari banyak teman dan menikmati masa SMA. Faktor faktor itu yang membuat dia tidak mau berurusan lebih lanjut dengan hati karena ia tahu cepat atau lambat jika ia mulai bermain dengan cinta, ia harus terima resiko patah hati..
Satria tahu jika ia bicara, ia akan mematahkan hati seorang gadis yang begitu tulus menyayanginya. Tapi ia tidak bisa memaksakan diri memulai sesuatu atau membiarkan gadis itu terus menunggu. Satria sendiri bingung kenapa harus dia? Nikita pantas mendapatkan orang yang lebih baik daripada dirinya..
Sementara Satria berlari lari dipikirannya, Nikita mulai menyadari bahwa Satria tidak mendengarkan apa yang ia bicarakan. Nikita mulai merasa hampa, ia ingin menangis. Bahkan disaat seharusnya mereka berdua punya waktu untuk bicara lagi, Satria malah diam tanpa kata.
Nikita telah memberikan segala hal yang bisa ia lakukan untuk Satria. Dia ingin melihat Satria bahagia. Tapi ia sendiri tidak siap jika ternyata bukan dialah yang menjadi sumber kebahagiaan Satria.
Satria berdehem, “ehm.. Nik…”
“Kamu gak dengerin aku ya, Sat?” Tanya Nikita sambil menatap mata Satria dalam dalam. Cowok itu menghela nafas lalu menggeleng kecil.
“Maaf ya…”
“Enggakpapa kok, pasti kamu capek…”
“Enggakpapa kok, pasti kamu capek…”
“Aku bingung…” Ujar Satria. Ia menimang nimang, haruskah ia bicara? Siapkah ia mematahkan hati seorang gadis yang benar benar menyayanginya?
Nikita mengerutkan dahinya. “Bingung kenapa?”
Hening beberapa saat. Satria menerawang jauh, “kita beda ya sekarang…”
“Hah? Beda?“ Tanya Nikita panik. Raut wajah gadis itu seakan ingin menangis.
“Hah? Beda?“ Tanya Nikita panik. Raut wajah gadis itu seakan ingin menangis.
Tidak. Satria tidak tega. “Ya.. Beda aja.. Nanti juga kamu tahu. Aku pulang ya..”
Satria beranjak bangun dari duduknya, berjalan menuju motornya dan bergegas pergi meninggalkan halaman rumah Nikita. Sementara Nikita tertegun di tempat duduknya tak bisa bergerak kemana mana. Satria tahu hal seperti itu saja sudah mematahkan hati Nikita. Mana tega ia meneruskan itu semua?
Ia tidak pernah berpikir gadis super beda dari yang lain itu bisa jatuh cinta pada dirinya yang biasa saja. Ia tidak pernah punya mimpi mematahkan hatinya. Ia tidak mau hati Nikita lebih patah lagi. Satria pun memilih pergi…
In silent screams,
In wildest dreams,
I never dreamed of this…
In wildest dreams,
I never dreamed of this…
Cirebon, March 11st 2015
Taylor Swift's 1989 Deluxe - Track 11
21 September 2014. Teras rumahku.
21 September 2014. Teras rumahku.
Tidak ada komentar:
Leave me some comment! Thank you, guys:}