We Are Liars chapter 2

Orang yang selalu membuat gue berpikir keras tentang pacaran adalah Kesatria. Dari pembicaraan selama 7 bulan terakhir, pertanyaan disela sela kalimatnya masih sama..

"Apa yang dicari dari sebuah hubungan yang melibatkan hati?"

***


AURORA ADHIWINATA'S POV

Obrolanku dengan Ilham beberapa hari yang lalu jelas membuatku sedikit berpikir keras ketika ia melontarkan pertanyaan itu. Entah badai apa yang datang menghampiri pikiran Ilham -yang belakangan aku sadari memang tidak pernah waras.

Ilham menggenggam tanganku lalu tersenyum kecil, "jadi gimana menurutmu, Ra?" Tanyanya dengan suara halus. Aku berusaha menelan ludahku sendiri. Cowok itu menatapku dalam lewat kaca matanya. Ia tersenyum kecil namun terasa canggung.

Aku bergidik ngeri. Apa manusia bodoh ini berusaha mempermainkanku?

"Ham.. Kita kan temenan?" Ucapanku lebih terdengar seperti pertanyaan dibanding pernyataan. Tapi aku sendiri tidak mengerti harus menjawab apa. Mataku berputar putar ke segala arah berusaha menghindari tatapan mata Ilham. Tiba tiba aku teringat pembicaraanku dengannya..

"Jadi Alvin udah punya cewek lagi, Ra?" Tanya Ilham sambil menutup komik yang sedari tadi ia baca saat aku bercerita dengannya. Aku terisak kecil lalu mengangguk. Rahadian Dwi Alvin adalah orang yang selama ini aku sukai. Ilham sebagai teman dekatku, tahu betul bahwa  aku sudah lama mengincar cowok itu.

Sayangnya Alvin selalu berganti ganti pacar tapi tak pernah berhenti kembali kepadaku. Alvin selalu ada untukku tapi tidak pernah memberikan kejelasan status. Hal itu yang membuatku resah dan mulai jenuh menunggu Alvin.

Terlebih perhatian yang Alvin beri belakangan ini lebih intense dari biasanya. Namun apa yang harus kuharapkan jika pada akhirnya Alvin melakukan kebiasaannya? Menjadikan orang lain sebagai pacar padahal akulah yang selalu ada bersama dia.

"Yaudah Neng Ra cari yang lain aja." Ujar Ilham enteng. Neng Ra adalah panggilan kesayangan dari Ilham. Aku menggeleng.
"Kamu tuh gampang banget sih ngomongnya, Ham!"
"Ya abis.. Ilham sendiri bingung, sebenernya apa sih yang kamu cari dari Alvin? Dia gak ngasih status lho buat kamu."
Aku memutarkan bola mataku, "aku sendiri gak butuh status."
"Lho kalo begitu kamu gak berhak marah kalo Alvin pacaran sama yang lain."

Aku menggerutu, "Ilham gak ngerti perasaan aku!"
"Neng.. Bukan gitu..." Ilham tertawa. "Sampai sekarang aku masih gak ngerti kenapa orang orang perduli banget sama status."
"Dengan adanya status.. Mungkin rasanya lebih pasti?"
Ilham menggeleng, "belum tentu. Aku gak percaya."
"Karena kamu putus sama Saras dengan alasan klasik dari dia, pengen sendiri. Sekarang dia malah sama yang lain. Bullshit."

"Jadi apa yang kamu cari dari status pacaran?" Tanya Ilham dengan suara dalam dan tenang. Aku menggeleng, "aku juga gak tahu."

"Ra? Neng Aurora?" Panggil Ilham membuyarkan lamunanku. Aku menggeleng, "hah? Apa, Ham?"
Ilham tertawa, "aku pengen pacaran."
"Yaudah gak sih kamu cari pacar sana..." Jawabku sambil melepaskan genggaman tanganku.
Ilham segera merebut tanganku. "Tapi aku maunya kamu yang jadi pacarku."

"Ham... Please...."
"Ayolah, aku suka sama kamu. Kita udah sering bareng. Kamu juga suka kan sama aku?" Tanya Ilham sambil tersenyum kecil. Aku mencubit perutnya lalu tertawa, "kamu ini sok tahu."

"Aku menawarkan kepastian sama kamu, Ra. Kepastian yang tidak diberikan oleh Alvin.."

Aku tersenyum kecil, "kamu selalu penuh kejutan, Ham."

***

RAMADHANA ILHAM SATRIA'S POV

Sudah dua minggu aku berpacaran dengan teman dekatku, Aurora. Aku sendiri selalu tertawa ketika sadar bahwa aku berpacaran dengan Aurora. Aurora adalah gadis terbaik yang aku kenal semenjak Saras mengkhianatiku. Dia memilih pergi mencari cinta yang lain.

Aurora gadis yang unik, dia sulit ditebak. Moodnya selalu berubah-ubah. Aku bisa dekat dengan dia karena sering bercerita tentang Saras kepadanya. Sementara Aurora bercerita tentang Alvin, cowok kelas sebelah yang sudah lama ia sukai.

Sejujurnya aku meminta Aurora menjadi pacarku karena aku cemburu pada Saras. Hatiku tidak rela melihat Saras sudah punya pacar baru. Aku tidak suka melihat Saras memamerkannya di hadapanku. Sementara aku tidak punya siapapun untuk menggantikannya.

Tapi saat aku melihat Aurora, kurasa dia bisa menjadi pendampingku. Toh selama ini dia dekat denganku, dia cukup bisa mengerti aku. Bukannya orang bilang bahwa sebuah hubungan dimulai dari kedekatan tanpa jarak dan saling mengerti satu sama lain? Jika begitu, aku sudah pantas untuk berpacaran dengan Aurora, kan?

Selain itu aku ingin Aurora bisa membuatku melupakan Saras. Orang bilang kita harus punya seseorang untuk melupakan masa lalu kita. Aku yakin dengan hadirnya Aurora, aku pasti lupa pada Saras.

Walau aku sendiri merasa ada keanehan dari hubungan ini. Aku dan Aurora berbeda dengan aku dan Saras. Aku tidak cemburu melihat Aurora sesekali memandangi Alvin dari balkon kelas. Aku tidak merasa risih mengetahui Aurora masih menyimpan foto foto Alvin. Aku tidak begitu bahagia menghabiskan waktu bersama Aurora.

Aku hanya butuh Aurora menjadi pacarku. Sudah. Cukup.

Tapi... Kenapa rasanya hambar?

***

Sanu dan Ayesha berjalan menghampiriku sambil membawa jajanan masing masing. Mereka adalah dua sahabatku sejak SD. Mereka yang paling curiga bahwa aku tidak benar benar menyukai Aurora.

"Lo  mau kemana hari ini, Ham?" Tanya Sanu sambil membuka bungkus rotinya.
Sambil memainkan handphone aku pun menjawab, "main sama Neng Ra."
"Oh.. Jadi sekarang udah serius?" Tanya Ayesha agak sinis.
"Kenapa sih, Yesh?" Tanyaku agak ketus. Ayesha dan Sanu tertawa.
"Ya engga.. Abis minggu minggu pertama lo sama Aurora kayak datar aja gitu. Lagian aneh aja elo dan Aurora bisa jadian. Seantero SMAN 2 Cirebon juga tahu, Ramadhana Ilham Satria sama Aurora Adhiwinata tuh sahabatan. Dan jelas sekali, Aurora masih suka sama Alvin sejak dulu..." Cecar Ayesha sambil sesekali terkekeh.

Aku menggerutu pelan, "gue serius kok pacaran sama Aurora."
"Ya.. Gue sama Ayesha sih cuman ngingetin aja, kalo lo pacaran cuman buat status, gak bakal berkah, Ham!" Seru Sanu sambil memulai mengunyah rotinya.

Aku menerawang jauh. Tidak. Tidak, Ilham. Tidak. Kamu suka sama Aurora. Kamu mencoba untuk pacaran sama dia. Kamu mau berusaha untuk dia.

Kamu tidak main main kan, Ilham?

***

AURORA ADHIWINATA'S POV

Ilham hadir di depan pagar rumahku sembari membawa buket mawar kuning yang aku yakin pasti ia dapatkan dari toko bunga milik teman sekelas kami, Afra Imtiyaz. Ilham lalu duduk di teras rumahku. Kami pun mengobrol sepanjang sore ini.

"Kamu sok romantis ya Ham..." Ujarku sambil tertawa. Ilham ikut tertawa.
"Aku berusaha selalu ngasih kejutan buat Neng Ra..."
Aku menggenggam jemarinya, "makasih ya, Ilham..."
"Iya, Aurora.. My pleasure."

Aku menggigit bibirku, "Ham.. Ra mau nanya..."
"Hm?" Ilham memainkan jemarinya di atas handphone. Aku menghela nafas.
"Kenapa kamu ngajak aku pacaran sih? Kamu gak bener bener suka sama aku kan?"

Ilham terdiam, ia tidak bereaksi sama sekali. Ia terus memainkan handphonenya. Aku melepaskan jemariku lalu berusaha memalingkan wajahnya ke arahku.

"Ham.. Ilham.. Aku butuh alasannya... Kamu serius atau engga sih?"

Ilham akhirnya menyerah. Ia menghela nafas lalu menatap mataku. "Serius ataupun enggak, kita jalanin aja apa yang di depan kita ya sayang...." Ujarnya sambil tersenyum canggung. 

Aku tersentak kecil lalu ikut tersenyum canggung. Kubiarkan Ilham kembali bermain handphone sementara otakku bekerja cukup keras. Aku terus bertanya tanya... Apa hubungan ini hanya status belaka?

Karena aku sendiri belum merasakan rasa yang seharusnya ada untuk Ilham....

***

By: Rizki Rahmadania Putri
March 17th, 2015

Tidak ada komentar:

Leave me some comment! Thank you, guys:}

Diberdayakan oleh Blogger.