Regrets and Revenge chapter 26 [FINAL CHAPTER]
Alhamdulillah wasyukurillah akhirnya setelah 15 bulan, Regrets and Revenge kelar juga..
Terima kasih untuk semua pihak yang telah ikut serta membantu gue dalam menulis cerbung ini. Para pembaca setia RAR, keluarga gue dan terutama abang gue, Dimas Arif Firlando yang selalu menularkan hobi bapernya sampe gue lancar banget ploting...
Regrets and Revenge hanyalah cerita fiksi belaka. Bila ada kesamaan nama, karakter, tempat atau cerita mohon maklumi Tipluk. Sekali lagi terima kasih, terima kasih..
***
"When someone makes you the happiest person and the saddest person, at the same time, that's when it's real. That's when it's worth something." -Anonymous
Petikan gitar Raka belum juga berhenti meski Pevita sudah terlelap di tempat tidurnya padahal jam masih menunjukkan pukul 3 sore. Raka tersenyum kecil memandangi wajah mungil yang selalu membuatnya tersenyum. Wajah itu tampak begitu lelah hari ini setelah sibuk bolak balik Universitas Indonesia - SMA Bakti Wardhani beberapa kali.
Cinta. Sebuah kata yang asing bagi Raka sampai akhirnya ia bertemu dengan Pevita. Sudah lama ia memperhatikan Pevita dan tidak pernah ia sangka bahwa detik ini ia bisa duduk sambil bermain gitar untuk mengantar tidur gadis manis ini. Raka tidak pernah percaya akan keajaiban cinta sampai Tuhan menunjukkannya lewat Khansa Pevita Raisana.
Setelah bertemu dengan Pevita, ia akhirnya mengerti bahwa cinta adalah anugerah manis yang hadir di kehidupan manusia untuk dinikmati kedatangannya, bukan diusir pergi. Cinta butuh hal yang disebut perjuangan dan pengorbanan. Semua orang tahu hal itu bukanlah hal yang mudah untuk di dapatkan.
Selama ini Raka sudah berjuang untuk mendapatkan hati Pevita. Ia telah berkorban menunggu dan bersabar setiap detiknya demi bersama Pevita. Raka juga sudah berani melewati Biru -cowok yang begitu disayangi Pevita saat pertama kali Raka bertemu dengannya. Raka sudah melewati pahitnya jatuh cinta pada Pevita. Jadi sekarang sudah saatnya ia mendapatkan titik manisnya, bukan?
Raka menengok ke arah Pevita lalu mencium pipinya dengan lembut. Ia tersenyum lebar. Ini adalah kali pertama dirinya berani mencium pipi Pevita. Jemari Raka mengusap rambut Pevita lalu kembali bermain di senar senar gitarnya. Ia mulai bernyanyi.
Raindrops fall in my way back home
I can see you talk to that guy
You look happy, should I try
To be fine with your guy
Oh no, it’s start broken..
Can you see me that way too?
It’s funny I like you but you don’t care
I’ve tried to smile, I’ve tried to hide
I pretend I’m glad, when you've got your one
But my heart, is broken now..
Fall in love with you is easy
But don’t you think to see me?
I don’t regret
Falling in love with you
Even you don’t see me
Even you keep ignore me
Maybe that guy
Truly belong to you
It’s okay, I’m fine
It is privilege to be broken by you..
I can see you talk to that guy
You look happy, should I try
To be fine with your guy
Oh no, it’s start broken..
Can you see me that way too?
It’s funny I like you but you don’t care
I’ve tried to smile, I’ve tried to hide
I pretend I’m glad, when you've got your one
But my heart, is broken now..
Fall in love with you is easy
But don’t you think to see me?
I don’t regret
Falling in love with you
Even you don’t see me
Even you keep ignore me
Maybe that guy
Truly belong to you
It’s okay, I’m fine
It is privilege to be broken by you..
Lagu itu Raka tulis saat ia merasa dikhianati oleh Pevita. Sembari menulis naskah bukunya, Raka sempatkan waktunya untuk membuat sebuah syair yang akhirnya menjadi lagu. Ketika Raka menyanyikannya lagi, bukan pilu yang terasa di dada. Kali ini hatinya bermekaran bagai bunga sakura.
Ia akhirnya mengerti bahwa setiap perjuangan pasti membuahkan hasil yang manis bagi kita. Entah pada akhirnya apa yang kita dapatkan tercapai ataupun tidak, namun Tuhan pasti akan mengirimkan hal manis untuk kita setelah apa yang kita kerjakan.
Mencintai adalah salah satu hal terindah yang manusia bisa lakukan. Mencintai adalah saat dimana kamu bisa menghargai, menghormati, memperjuangkan dan rela berkorban untuk orang yang kamu anggap pantas mendapatkannya. Jangan pernah mencintai untuk dicintai. Mencintailah karena kamu mencintainya. Dengan begitu cintamu akan terbalas dengan manis seperti apa yang kamu lakukan padanya.
Jangan pernah kamu mencari cinta dengan terburu buru karena cinta membutuhkan waktu untuk menemukan jalannya. Percayalah disetiap jalanmu, setelah kamu mencari, kamu akan menemukan atau ditemukan oleh dirinya. Dipilih ataupun memilih, kamu harus bisa memperjuangkan apa yang kamu rasa pantas untuk diperjuangkan.
Jangan pernah kamu mencari cinta dengan terburu buru karena cinta membutuhkan waktu untuk menemukan jalannya. Percayalah disetiap jalanmu, setelah kamu mencari, kamu akan menemukan atau ditemukan oleh dirinya. Dipilih ataupun memilih, kamu harus bisa memperjuangkan apa yang kamu rasa pantas untuk diperjuangkan.
Dan kali ini, setelah sekian lama ia mencari, akhirnya Raka pun menemukannya. Menemukan cinta yang mencarinya juga. Khansa Pevita Raisana.
***
"Please dengerin aku dulu, Vi..." Ujar Biru sedari tadi semenjak Pevita menginjakkan kakinya di rumah. Sudah selama dua minggu ini setiap pulang sekolah Biru selalu datang ke rumah Pevita dan meminta Pevita untuk kembali.
Sampai saat ini Pevita masih tidak mengerti kenapa Biru masih tidak juga sadar bahwa semua rencana balas dendam yang ia lakukan seharusnya merubah Biru. Biru bahkan tidak menyadari kesalahannya. Biru terus menerus melontarkan janji janjinya sementara Pevita berusaha keras untuk tidak bicara.
Biru menghela nafas, "kalo kamu sayang sama aku, kamu harusnya kembali sama aku. Bukannya menelantarkanku seperti ini. Kamu bodoh kalau kamu meninggalkan aku! Kamu sama aja kayak cewek cewek lain."
Pevita menghentikan langkahnya. Entah mengapa hatinya terasa teriris. Rasanya sakit sekali mendengar Biru berkata seperti itu. Siapa yang sebenarnya bodoh? Siapa yang sebenarnya bersalah?
Pevita berbalik dan menggeram, "sampai kapan kamu gak bisa ngehargain perasaan orang?"
"Kamu yang gak bisa ngehargain aku! Kamu malah pergi sama Raka sekarang! Raka bisa ngasih apa sih sama kamu?" Geram Biru kesal. Pevita mendengus pelan.
"Raka bisa memegang setiap janjinya, gak kayak kamu, Bi!"
Biru tertawa, "basi, Vi.. Basi. Kamu pembohong."
"Kenapa kamu gak bisa ngeliat dari sisi aku? I do revenge because I love you, Bi! Aku mau kamu berubah!"
Biru meringis lalu menggeram, "makanya kembali padaku, Vi! This isnt what I want! I want my life to be happy with anyone I want!"
"Itu masalahmu, Bi. Kamu cuman mikirin apa yang kamu mau, bukan apa yang kamu butuh. Kamu gak lihat apa yang terjadi disekitar kamu dengan ambisi kamu. Cinta tuh gak cuman pake nafsu, Bi. Tapi pake hati. Seribu orang yang sayang sama kamu juga gak bakal betah kalo kamu begini!"
Biru menggenggam tangan Pevita, "kembalilah, Vi.. Rubah aku..."
"Aku gak bisa, Bi.."
"Vi.. Aku gak bisa hidup tanpa kamu."
Pevita tertawa kecil, "kamu udah ngomong itu ke Resha juga, kan?"
"Enggak, gak pernah! Cuman kamu, Vi! Aku cuman sayang sama kamu!" Seru Biru. Pevita melepaskan tangan Biru lalu menghela nafas panjang.
"Coba kamu pikirin baik baik, kenapa kamu meninggalkan aku untuk Resha, kenapa kamu meninggalkan Resha untuk aku, kenapa kamu berakhir seperti ini. Coba pikir, Bi."
Biru menatap Pevita dalam dalam. "aku tahu aku salah."
"So what's the point?" Tanya Pevita kesal.
"I need you back."
Pevita menggeleng, "you need to change. Goodbye, Mr. Nusantara."
------
Faldy memandang Biru dalam dalam. "Dan satu lagi, Resha punya alasan melakukan semua itu, Bi. Dan dia berhenti semenjak ketemu elo."
Sampai saat ini Pevita masih tidak mengerti kenapa Biru masih tidak juga sadar bahwa semua rencana balas dendam yang ia lakukan seharusnya merubah Biru. Biru bahkan tidak menyadari kesalahannya. Biru terus menerus melontarkan janji janjinya sementara Pevita berusaha keras untuk tidak bicara.
Biru menghela nafas, "kalo kamu sayang sama aku, kamu harusnya kembali sama aku. Bukannya menelantarkanku seperti ini. Kamu bodoh kalau kamu meninggalkan aku! Kamu sama aja kayak cewek cewek lain."
Pevita menghentikan langkahnya. Entah mengapa hatinya terasa teriris. Rasanya sakit sekali mendengar Biru berkata seperti itu. Siapa yang sebenarnya bodoh? Siapa yang sebenarnya bersalah?
Pevita berbalik dan menggeram, "sampai kapan kamu gak bisa ngehargain perasaan orang?"
"Kamu yang gak bisa ngehargain aku! Kamu malah pergi sama Raka sekarang! Raka bisa ngasih apa sih sama kamu?" Geram Biru kesal. Pevita mendengus pelan.
"Raka bisa memegang setiap janjinya, gak kayak kamu, Bi!"
Biru tertawa, "basi, Vi.. Basi. Kamu pembohong."
"Kenapa kamu gak bisa ngeliat dari sisi aku? I do revenge because I love you, Bi! Aku mau kamu berubah!"
Biru meringis lalu menggeram, "makanya kembali padaku, Vi! This isnt what I want! I want my life to be happy with anyone I want!"
"Itu masalahmu, Bi. Kamu cuman mikirin apa yang kamu mau, bukan apa yang kamu butuh. Kamu gak lihat apa yang terjadi disekitar kamu dengan ambisi kamu. Cinta tuh gak cuman pake nafsu, Bi. Tapi pake hati. Seribu orang yang sayang sama kamu juga gak bakal betah kalo kamu begini!"
Biru menggenggam tangan Pevita, "kembalilah, Vi.. Rubah aku..."
"Aku gak bisa, Bi.."
"Vi.. Aku gak bisa hidup tanpa kamu."
Pevita tertawa kecil, "kamu udah ngomong itu ke Resha juga, kan?"
"Enggak, gak pernah! Cuman kamu, Vi! Aku cuman sayang sama kamu!" Seru Biru. Pevita melepaskan tangan Biru lalu menghela nafas panjang.
"Coba kamu pikirin baik baik, kenapa kamu meninggalkan aku untuk Resha, kenapa kamu meninggalkan Resha untuk aku, kenapa kamu berakhir seperti ini. Coba pikir, Bi."
Biru menatap Pevita dalam dalam. "aku tahu aku salah."
"So what's the point?" Tanya Pevita kesal.
"I need you back."
Pevita menggeleng, "you need to change. Goodbye, Mr. Nusantara."
***
Resha mengangguk kecil setiap kali Biru meminta maaf padanya. Biru terus bercerita tentang apa yang terjadi selama setengah tahun terakhir, ia mengatakan semua hal yang berhasil membuatnya berpikir keras.
Resha percaya bahwa apa yang Pevita lakukan selama ini sebenarnya membuahkan hasil, tapi Biru masih belum bisa berubah sampai ia benar benar kehilangan harapannya. Sedari tadi Biru terus bertanya apa yang kurang dari dirinya sampai matanya berkaca kaca. Resha sendiri tidak tega melihat Biru seperti ini. Jauh dalam hati Resha, ia masih menyayangi Biru.
Biru bolak balik mengacak acak rambutnya sembari tertawa kecil dan menyelipkan kalimat yang sama, "aku bodoh, maafkan aku Resha.." tetapi Biru selalu melewatkan poin yang sebenarnya menjadi titik utama dari semua kekacauan yang ia buat.
Ia tidak pernah mau mengakui bahwa ia menyesal melakukan semuanya sehingga ia selalu mencari kesalahan ornag lain untuk menutupi perbuatannya.
Resha terkekeh, Biru always be Biru. Kapan kamu berubah, Bi?
***
Faldy tidak lagi tersenyum ketika Biru menghampirinya. Foto buku tahunan sesi para Ketua Ekskul hari ini rasanya membuat Faldy tidak nyaman berada di samping Biru. Sedari tadi cowok itu mengoceh bahwa Pevita tidak akan bahagia dengan Biru, begitupun Resha dengan Radit.
"Lo dari tadi gak dengerin gue?" Tanya Biru agak kesal.
Faldy tersenyum, "apa yang lo omongin dari tadi.... none of my bussiness."
"Hei, elo sendiri yang bilang dua duanya adalah hal yang penting dalam hidup lo."
"Sampai kapan lo gak mau mengakui kesalahan lo, Bi? Mereka meninggalkan elo karena elo sendiri. Elo yang meninggalkan mereka. Elo yang enggak ngehargain mereka."
Biru mendengus kesal, "kalo mereka sayang sama gue, mereka gak akan ninggalin gue. Terutama Resha."
Faldy menggeram lalu menghela nafas. Ia mencoba menenangkan dirinya, "itu salah elo."
"Bukan sepenuhnya salah gue. Lagian Resha sebenernya gak begitu membutuhkan gue. Toh dia juga udah biasa ganti ganti cowok kan?" Tanya Biru enteng. Faldy bangkit dari duduknya lalu menghajar Biru.
"Elo sahabat gue, Bi. Gue akan selalu dukung elo tapi gue gak suka sama tindakan elo kali ini. Apa yang pergi sebenarnya karena ulah lo sendiri. Dan satu lagi, Resha punya alasan melakukan semua itu, Bi. Dan dia berhenti semenjak ketemu elo."
Seisi aula langsung memperhatikan pojokan ruangan tempat Faldy dan Biru duduk. Faldy lalu berjalan keluar aula dan membanting pintu transparan tersebut. Biru menggeleng lemas saat orang orang berdatangan mencoba menolongnya.
Ia menghela nafas, mungkin apa yang mereka katakan benar. Semua kekacauan disekitarnya terjadi karena dirinya sendiri...
***
"Aku pengen kita balik lagi." Sahut Biru pelan pelan. Kalimat itu jelas jelas membuat Resha kaget bukan main. Berani beraninya Biru memintanya kembali setelah meninggalkan dirinya.
"Aku gak mau." Jawab Resha tegas. Biru mengerutkan dahinya.
"Bukannya kamu sayang sama aku?" Tanya Biru heran. Resha mengangguk.
"Justru karena aku sayang sama kamu, aku harus ngelepasin kamu. Cinta gak berarti memiliki. Dan cinta yang sebenarnya rela pergi jika itu membuat orang yang dicintai bahagia.."
Biru menggeleng tidak setuju, "tapi aku gak bahagia tanpa kamu, Resh! Aku baru sadar bahwa kamu yang lebih setia sama aku dibanding Pevita. Pevita pergi, Resh. Pevita bahkan balas dendam sama aku. Dia gak sesayang itu sama aku."
"Sampai kapan Bi kamu mau kayak gini...."
Biru menggenggam jemari Resha, "tinggalin Radit, Resh.. Demi aku..."
"Gak bisa, Bi.. Gak akan pernah bisa..." Air mata Resha mulai jatuh perlahan lahan.
"Ayo mulai dari awal lagi, Resh! Kita berdua sama sama pernah jatuh. Aku jatuh dan terpuruk karena aku tidak bisa memilih antara kamu dan Pevita. Aku gak bisa ngendaliin nafsu aku. Sementara kamu.. Kamu kan sering ganti ganti cowok.. Ayolah, kamu pasti sebenarnya gak secinta itu kan sama Radit?" Cecar Biru sembari berusaha meyakinkan Resha.
Air mata Resha pun tumpah tidak tertahankan. Pertanyaan Biru yang terakhir jelas jelas membuat dirinya merasa bagaikan sampah yang hanya dipermainkan oleh Biru. Ia menampar wajah Biru lalu berkata, "aku punya alasannya! Aku ganti ganti cowok biar Radit lihat ke arah aku, sementara dia gak pernah mau lihat aku lebih dari sekedar adik. Aku terus menerus jadi cewek gampangan sampai akhirnya aku ketemu kamu, Bi! Aku sayang banget sama kamu. Kamu yang merubah aku.."
Otak Biru berpikir keras. Ia mencoba mengingat ingat pembicaraannya dengan Faldy tentang Resha. Belum sempat Biru membuka suara, Resha sudah mulai bicara lagi. "Kamu gak tahu kan sebahagia apa aku saat ketemu kamu? Kamu juga gak tahu gimana aku perjuangin kamu? Gimana aku sabar ngehadepin kamu? Aku berharap kamulah yang terbaik! Tapi sayangnya enggak, Bi! Kamu gak ngehargain cinta sama sekali!"
"Kalo kamu gak pernah mau ngehargain apa yang ada digenggaman kamu, sampai kapanpun akan selalu begini, Bi. Kamu meninggalkan seseorang untuk ditinggalkan orang lain. Cinta itu gak kayak gitu, Bi. Butuh pengorbanan dan perjuangan. Menahan nafsu, bersabar.."
Biru tidak bisa merespon apa apa. Kalimat demi kalimat yang Resha lontarkan jelas jelas menghancurkan hatinya. Seakan akan di dunia ini sudah tidak ada lagi yang menerimanya. Apa yang Biru lakukan selama ini ternyata memang kesalahan besar.
Ia tidak terlalu menggubris perkataan Pevita karena berpikir disampingnya pasti masih ada Faldy sahabatnya. Namun saat Faldy pergi, ia kehilangan arah dan berusaha kembali pada rumahnya yang lama. Ia berharap Resha akan tetap di tempatnya, menunggunya kembali, tetapi saat ia berbalik, tidak ada satupun yang tertinggal. Baik Pevita maupun Resha, semuanya sudah pergi.
Resha bangkit dari duduknya. Sambil menangis ia berkata, "cintailah orang seperti kamu ingin dicintai. Jangan jadikan seseorang sebagai pilihan jika kamu mau diprioritaskan. Be wise to act, Bi.... Aku sayang sama kamu, but I have to leave."
Resha pun berjalan meninggalkan Biru. Putaran memori demi memori bersama Resha berdatangan di kepala Biru membuat sakit kepalanya kembali kambuh.
"Haha enggak kok,
Bi. Dari dulu Faldy emang ketus semenjak Resha ganti ganti pacar."
Biru menyipitkan matanya, ia penasaran. "Emang
dulunya Resha gak gitu, Syen?"
"Enggak.. Dia susah banget yang namanya nerima
cowok, banyak yang dia tolak. Tapi ada hal yang bikin Resha berubah jadi
gampang ganti cowok gitu."
Biru mengangguk angguk.
Oh jadi Resha yang dulu begitu....
"Kenapa dia
nolakin cowok cowok? Gak sesuai sama yang dia mau?"
Syena menggeleng.
"Suatu saat juga elo tahu kok. Tapi gue rasa sekarang bukan saat yang
tepat untuk lo kepoin masalah ini. Yang jelas Resha gak ngelirik siapa siapa
lagi semenjak ketemu elo, Bi.. Matanya tuh selalu bercahaya setiap ngomongin
elo, beda sama pas ngomongin cowok cowoknya yang lain."
Biru meninjukan tangannya ke udara. Ia mulai menangis.
Kenapa baru sekarang ia sadar kebodohan yang selama ini ia lakukan?
Ia meninggalkan Pevita karena perasaan bosannya. Ia akhirnya bersama Resha. Namun bersama gadis itu pun ia hanya setengah hati, lalu ia kembali pada Pevita dan meninggalkan Resha ketika menyadari mantannya sudah berubah menjadi lebih cantik. Tapi Resha terus bersabar menunggu Biru sedangkan cowok itu tidak menggubrisnya lagi.
Biru tidak menyangka ia membuat dua orang gadis dan orang orang disekitarnya yang menyayanginya kecewa pada sikapnya. Ia jelas jelas membuat Pevita lebih kokoh semenjak ditinggalkannya sementara ia merubah Resha dari sifat buruknya.
Everything happens for a reason.
Ia pun sadar, semua yang terjadi padanya disebabkan oleh dirinya yang tidak bisa menahan nafsunya sendiri. Biru terlalu gegabah. Ia tidak pernah merasa cukup. Ia tidak menghargai apa yang ia miliki. Ia tidak pernah bersyukur.
Biru terus menangis. Ia menangisi semua hal yang akhirnya pergi meninggalkannya.
Begitu besar rasa penyesalan di hatinya sampai ia tidak bisa lagi memaafkan dirinya sendiri. Setelah ini apa ia bisa mengenal cinta? Apa ia bisa merasakan lagi apa itu cinta?
Karena rasa sakit terbesar baru akan terasa setelah kamu kehilangan segalanya...
***
Pevita mengangguk mengiyakan ketika Raka memintanya untuk duduk di sampingnya. Taman belakang rumah Pevita sudah menjadi basecamp tempatnya berkumpul dengan orang orang tersayangnya. Sebentar lagi tahun baru akan tiba. Pevita sudah tidak sabar bertemu dengan Ayah dan Ibunya sehingga ia sudah membereskan rumah dari beberapa hari belakangan. Raka lah yang terus menemani Pevita selama ini.
"Udah beres semua?" Tanya Raka sembari menaruh cangkir kopinya. Pevita mengangguk.
"Udah.. Kamar Iraz aja udah rapih banget. Makasih ya, Rak..."
Raka tersenyum kecil, "sama sama..."
Sudah sebulan dari hari ulang tahun Pevita tetapi Raka masih belum meminta Pevita menjadi pacarnya. Sudah berkali kali Salma dan Faldy mengirimkan kode pada Raka. Bahkan Syena pun ikut membantu membujuk Raka supaya cepat cepat meminta Pevita menjadi pacarnya. Tapi Raka hanya tersenyum setiap disinggung masalah itu.
"Vi..." Raka mencoba memecahkan keheningan. Pevita mengangguk.
"Yes, sir?"
Raka tidak berani melihat ke arah Pevita, ia menerawang jauh ke arah rumah bunga di taman Pevita. "Kamu pengen kita pacaran?" Tanya Raka.
Pevita berusaha menahan tawa namun ia tidak mampu membuat mulutnya diam. Raka mengacak acak rambut Pevita sambil ikut tertawa, "aku serius..."
"Aku sebenernya gak mau pacaran, Rak.." Kata Pevita pelan. Raka menghela nafas, seakan siap dengan segala penolakan dari Pevita.
"Kenapa kamu gak mau? Masih trauma? Atau masih sayang sama Biru?"
Pevita tertawa, "kayaknya gak perlu bahas Biru lagi deh.. He's gone."
"Apa kamu yakin apa yang kamu lakukan sudah berguna bagi dia?"
"Saat kamu mencintai seseorang, kamu akan melakukan semua hal terbaik bagi orang itu. Aku berusaha memberikan seluruh kebaikan untuk Biru. Aku mau Biru berubah. Meskipun gak detik ini, aku tahu pasti suatu saat nanti dia akan lebih bahagia daripada Biru yang sekarang. Aku sayang dia, aku pengen Biru bahagia, makanya aku pergi dan melepaskan dia...."
"Sekarang kamu udah lupa sama Biru?"
"Bahkan setelah patah hati terhebat pun, kamu gak mungkin melupakan orang yang kamu sayang, Rak. Memorinya akan terus tersimpan bercampur dengan sekelebat perasaan. Tapi kehidupan harus tetap berjalan. Aku gak boleh diem disini aja. Aku harus melanjutkan kehidupanku. Aku tahu, Biru pasti akan bahagia."
Raka tersenyum kecil, "segitu sayangnya kamu sama Biru?"
"You dont know how it feels."
"Dan kamu pun gak tahu seberapa sayangnya aku sama kamu."
"Terima kasih sudah memperjuangkanku, Rak." Ujar Pevita lalu mengecup pipi Raka. Seketika pipi Raka pun memerah. Ia terkekeh lalu berujar, "mau pacaran sekarang?"
Pevita mengangguk kecil, "aku takut patah hati lagi."
"Kamu gak akan patah hati sama aku." Kata Raka sambil menggenggam jemari Pevita. Gadis itu tersenyum kecil, "aku tahu."
"Kamu juga gak akan kecewa sama aku."
Pevita tertawa, "iya bawel.. Aku udah tahu semuanya."
"Kok kamu tahu, sih?" Tanya Raka heran.
"Karena tanpa status pun, aku sudah memilih kamu."
***
Perasaan hati bukanlah hal yang bisa dipaksakan. Ketika kita jatuh cinta, kita harus tahu kemana arah yang ingin kita tuju. Jangan pernah mencoba mencari cinta yang baru ketika kita sudah memiliki cinta sebagai rumah kita.
Sebuah penyesalan takkan pernah berguna meski ditambah oleh beribu kali balas dendam. Penyesalan akan merubah kita ketika kita menyadari titik kesalahan yang pernah kita lakukan. Jadikanlah masa lalu sebagai cermin manis untuk menjalani masa depan yang lebih baik.
Dan cintailah seseorang seperti kamu ingin dicintai. Dengan begitu, tidak akan pernah ada kata penyesalan ataupun balas dendam yang harus kamu lakukan. Karena kamu telah mencintainya dengan tepat....
The End
***
Selanjutnya di Regrets and Revenge novel version (extra chapter)...
"Bunda, ada surat undangan!" Seru seorang anak kecil sembari berlari ke dalam rumah. Ia langsung memberikan undangan berwarna emas itu ke tangan Bundanya lalu menjatuhkan dirinya pada pelukan ayahnya.
Pria dengan kaca mata berbingkai hitam itu menatap isterinya yang tampak kaget dengan saksama, "undangan dari siapa Bun?" Tanyanya pelan. Jemari isterinya bergetar. Setelah bertahun tahun semenjak hari kelulusan, ia tidak lagi mendengar kabar dari lelaki itu lagi. Wanita berusia 27 tahun itu pun membelai rambut anaknya lalu tersenyum, "Carissa masuk ke kamar ya..."
Seiring dengan anaknya yang meninggalkan ruang keluarga, suaminya tersenyum kecil menyadari tetesan air mata masih jatuh di pipi isteri yang telah dinikahinya selama 5 tahun ini. Bahkan setelah bertahun tahun tanpa kabar, lelaki itu masih saja mempunyai tempat di hati isterinya.
Entah harus kecewa atau marah namun apa yang isterinya bilang 10 tahun yang lalu memanglah benar. Bahkan setelah patah hati terhebat pun, tidak mungkin kita melupakan orang yang tersayang. Memorinya akan terus tersimpan bercampur dengan sekelebat perasaan.....
***
I'VE TRIED MY BEST FOR YOU GUYS AND THANK YOU FOR READING THIS SERIES!
INSYA ALLAH THIS MONTH NOVEL "REGRETS AND REVENGE" WILL AVAILABLE AT NULISBUKU.COM SOOOOOO!!!! STAY TUNE!
You know what? I do love you. Everyone of you.
Terima kasih telah membaca Regrets and Revenge. Sampai ketemu di cerita berikutnya:}
Tidak ada komentar:
Leave me some comment! Thank you, guys:}