Since You've Been Gone chapter 11
Super late and this is my last part of the story.
I do hope you guys like me and Stefani's latest project and we'll see you again next time^^
***
Maudy tak bisa berpikir jernih setiap kali ia teringat apa yang Refal lakukan padanya sekarang benar benar seperti apa yang dia harapkan dulu. Ambisinya untuk merebut tempat Jessi di sisi Refal akhirnya tersampaikan juga. Tapi kenapa Maudy merasa menyesal?
Ia tidak meragukan perasaan Refal padanya. Siapa yang tahu mungkin saja Refal benar benar jatuh hati padanya? Tapi Maudy sedih setiap ia menyadari kenyataan yang mengatakan bahwa Refal membenci Jessi tanpa tahu kenapa Jessi menjauhinya.
Bagi Maudy, ini benar benar tidak adil untuk Jessi karena ia tahu gadis itu begitu menyayangi Refal. Walau ia tidak mau mengembalikan Refal pada Jessi, setidaknya dia ingin Refal tidak membenci Jessi. Lagi pula Jessi tidak punya hak untuk meminta Refal dari dirinya karena Maudy tidak merebut Refal saat mereka masih pacaran.
Maudy percaya, jika ia melakukan hal itu, ia bisa melihat ketulusan Refal yang memilih dirinya. Kalau dia benar benar sayang pada Maudy, dia pasti tidak akan meninggalkan Maudy walaupun dia tahu apa maksud Jessi sebenarnya.
Terkadang ketika kita berpisah dengan seseorang, hal manis yang seharusnya di dapatkan tidak selalu datang dengan mudahnya. Butuh proses dan kesabaran tinggi sehingga yang terbaik akan menghampiri kita.
Karena jika berjodoh ia takkan pergi kemana mana, kan?
***
"Aku udah gak mau ngomongin Jessi, Dy." Ujar Refal kesal. Maudy mengigit bibirnya. "Kenapa, Refal? Apa salah Jessi?"
Refal mendengus pelan, "dia meninggalkan aku begitu saja. Tanpa alasan jelas. Dia pergi. Lalu untuk apa selama bertahun tahun ini kami bersama?"
"Fal....."
"Aku benci sama dia, Dy. Aku berharap kamu akan jauh lebih baik daripada dia."
Maudy menghela nafas, "aku akan berusaha. Demi kamu.."
***
"Kamu bicara sama aku, Fal?" Tanya Jessi kaget.
Refal menyipitkan matanya. "Apa yang salah, ya?"
Jessi tertegun. Sejak kapan Refal mau bicara dengan dia? Jessi ingat sekali betapa Jason menggambarkan kebencian Refal padanya. Refal benar benar marah karena Jessi meninggalkannya begitu saja dan juga menghindar.
Sejak lama Refal telah merubah segala kebiasaannya dan menjadi seorang Refal Aryasatyo yang tidak dikenal oleh Jessica Alesia. Hal itu membuat Jessi yang tadinya ingin memperbaiki hubungan malah melangkah mundur karena bingung harus berbuat apa.
Apalagi setelah Refal tiba tiba bersama Maudy. Hati Jessi rasanya patah lalu hancur seketika. Tak ada yang bisa diselamatkan bahkan sebuah kenangan. Karena kenangan pada akhirnya hanya menambah luka bagi hati yang mencoba untuk pergi...
***
"Refal benci banget sama Jessi, gara gara elo!" Seru Reva kesal. Maudy menggeleng sambil gemetaran. Wajahnya panik sekaligus takut melihat Reva tiba tiba marah padanya.
"Bu.. Bukan salah aku! Refal emang udah kesel aja sama Jessi."
Reva tertawa, "hahaha berisik lo! Kalo lo gak dateng dan gak berusaha merebut Refal, mereka gak akan saling membenci begini -or technically, Refal benci banget sama Jessi."
"Kenapa semua orang ngeblame aku sih?"
"Karena elo salah! Elo pacaran sama mantan pacar sahabat lo disaat mereka lagi panas panasnya karena habis putus. Apa sih motif lo?"
Maudy mulai naik darah, lama lama ia kesal juga dengan Reva. "Tapi kan aku gak mendekati Refal saat dia masih pacaran!"
"Coba deh lo pikir ya, Dy. Gimana rasanya saat lo dibenci sama orang yang lo sayang dan sahabat lo merebut dia dari elo? Padahal maksud lo baik ninggalin dia.."
"Kalo dia baik sama Refal, dia gak akan ninggalin Refal!" Sergah Maudy.
Reva menghela nafas, "justru karena dia sayang sama Refal, dia ninggalin Refal. Karena gak ada masa depan bagi mereka."
"Terus apa lagi yang Jessi mau?"
"Sebuah penjelasan atas kepastian. Hati gak mungkin bisa benar benar pergi dalam keadaan menggantung atau membenci tanpa sempat menjelaskan kebenaran. Apa lo tega setelah merebut orang yang Jessi sayang, lo juga membuat dia tidak menyelesaikan kewajibannya untuk menjelaskan semuanya sama Refal?"
***
"A... Aku mau ngomong." Ujar Jessi sembari menulis catatan Fisikanya. Refal berdehem.
"Silahkan ngomong, aku akan dengarkan.."
"Aku bingung mulai dari mana."
Refal terkekeh, "bicaralah selagi aku mau mendengarkan."
"A.. Aku mau minta maaf."
Refal menghela nafas lalu menaruh pulpennya, "kamu gak perlu minta maaf. Kamu memilih pergi dan sekarang aku sama Maudy. Kita impas."
"Fal..." Air mata Jessi mulai bercucuran. Ia harus bisa menyampaikan semuanya. "Fal.. Aku sedih liat kamu berubah..."
"Semenjak kamu pergi, aku harus menyesuaikan selaganya, Jess. Aku gak mungkin hidup dalam rutinitas yang sama padahal kamu sudah gak ada di sampingku -pergi tanpa alasan."
"Fal.. Bukan gitu..."
"Aku berusaha bangkit, Jess. Jadi kalo kamu cuman pengen balik, kayaknya sia sia."
Jessi mengigit bibirnya dan meremas jemarinya sendiri, "aku hanya ingin meluruskan semuanya..."
"Aku udah gak mau tahu kenapa kamu pergi, Jess. Aku sudah bahagia sama Maudy."
***
"Lo mau gue ngomong sama Refal? Berani beraninya lo!" Seru Jessi begitu kesal pada Maudy. Maudy tidak melawan, ia hanya tersenyum kecil.
"Aku cuman gak mau kalian berdua meninggalkan hati satu sama lain."
"Lo gak usah sok baik deh, Dy. Lo udah ambil Refal dari gue!"
"Jess.. Please..."
"Lo.. Lo buat Refal benci sama gue, Dy. Lo jahat banget!"
"Jess... Apapun akhirnya setelah lo bicara, yang penting gue sudah memberikan jalan buat lo. Kalo Refal sayang sama gue, dia gak akan ninggalin gue."
"Tapi.. Refal gak mau bicara sama gue, Dy..."
***
Jessi menangis, ia terus menangis. "Kamu sudah melupakan aku?"
"Since you've been gone."
***
"Kamu gila? Kamu pengen aku ninggalin kamu? Aku gak mau ngomongin masa lalu sama Jessi!" Elak Refal kesal. Maudy menggeleng, "aku gak mau kamu ninggalin aku. Tapi please... Aku rasa ada hal yang masing masing di antara kalian harus dibicarakan.."
"Tapi aku benci Jessi, Maudy. Aku sudah tidak ingin bicara dengannya."
"Bagaimana pun juga dia kan bagian dari hidupmu..."
"Dulu, Maudy. Sekarang kamu yang jadi nomor satunya."
"Jangan berbohong, Fal.. Aku tahu, kamu sebenarnya masih penasaran kan?"
Refal terdiam, matanya menerawang jauh sementara Maudy menghampirinya dan langsung memeluk cowok itu. "Bukalah percakapan dengan dia, selesaikanlah rasa penasaranmu. Tidak apa, Refal. Kembalilah saat kamu menyadari kamu adalah jodohku..."
***
Jessi terdiam sementara Refal terus menulis. Ia tidak berani melihat wajah Jessi. Rasa bencinya sedikit demi sedikit buyar. Ia teringat masa lalunya. Ia begitu bingung kenapa Jessi meninggalkannya. Apa karena masalah perbedaan Agama? Atau Jason? Atau siapa?
"Jess.. Apa kamu sadar?"
Jessi menggeleng sambil mencoba menghapus air matanya. Sementara Refal sembari menerawang kosong pada papan tulis, ia tersenyum kecil.
"We ignore each other and try to pretend other person doesn't exist. But deep down we know, it wasn't supposed to end like this..."
***
GOOD LUCK TEPANI!
May 17th, 2015
By: Rizki Rahmadania Putri
Tidak ada komentar:
Leave me some comment! Thank you, guys:}