Cerita Sebelum Fajar; Ekspektasi
Sebenarnya gue punya banyak pertanyaan. Apa gue sudah tepat memilih? Apa gue sudah yakin dengan apa yang gue putuskan? Apa jalan yang gue lalui sudah benar?
Terkadang, gue lebih suka kabur dari kenyataan, berlari sejauh mungkin supaya rasa sakit gak datang lagi. Bahkan di keramaian pun, gue bisa merasa amat kesepian. Tapi rasanya jauh lebih baik daripada terasing di rumah sendiri.
Beranjak dewasa ada beberapa hal yang baru gue sadari; bahwa gak semua hal harus dipikirkan dan diperjuangkan. Beberapa di antaranya harus kita kesampingkan karena masih banyak hal lain yang jadi tanggung jawab kita.
Rasanya senang ada seseorang yang jadi teman bicara. Terlebih bisa tertawa setiap saat; dia tampak begitu nyata dan sederhana dengan segala kekurangan serta kelebihannya. Gue gak perlu meminta berlebihan untuk membuat dia ada; dia selalu di sana. Tapi apa yang gue lakukan sudah benar? Bahwa tidak ada gunanya gue menaruh harapan di antara kami dan jalani saja hari-hari yang ada?
Lalu ketika tiba saatnya pemilihan sekolah, ketika yang lain pontang panting cari Universitas, gue sudah bernafas lega. Walau jalan gue berbeda dengan mayoritas teman teman gue, apakah gue salah? Apakah gue mengambil keputusan yang tepat?
Atau saat semua orang menganggap gue terlalu cuek dan angkuh pada suatu permasalahan, gue hanya berusaha membuatnya lebih simpel dan tidak kekanak kanakan. Iya atau tidak -gak perlu ada kata tapi yang diisi seribu kenangan untuk membuat kita mengelak pada kenyataan bahwa kita harus pergi. Membenarkan sebuah hubungan bukan perkara gampang. Gue mungkin bisa memulai, tapi kalo berjuta juta tahun gue yang mulai, gak akan pernah selesai semua ini. Hanya gue yang mempertahankan dan pihak lain berusaha ingin pergi. Percuma bukan?
Gue bertanya tanya pada diri gue sendiri... Apa gue sudah benar? Apa gue berdiri di jalan yang tepat? Apa pilihan gue gak salah lagi?
Pelajaran tujuh belas tahun kemarin sangatlah keren; jangan berekspektasi. Ah, Mas Kunto Aji ternyata benar. Ekspektasimu membunuhmu.
Meskipun kadang berekspetasi bikin kecewa. Di sisi lain justru bagus, misalnya gue berekspektasi di bulan depan udah harus selesain project, itu memompa gue biar terus ngerjain project itu. Cuma di sisi itu ya menurut gue.
BalasHapusEh ngomong apa sih gue. :P
Bahahaha kalo gitu semangat yah sist:)
HapusNah disinilah peran rasa takut untuk menyeimbangkan ekspektasi yang mungkin secara gak sadar itu berlebihan. Jadilah terkadang stress sendiri deh.
BalasHapusSuka sama quotesnya/ Intinya, Jadi dirimu sendiri.
YA KAKAK AKU SETUJUU!!!
Hapuskitalah yang tau keputusan untuk diri kita sendiri. tak perlu memikirkan orang lain. akan ada saatnya, semua yang bersama kita akan memilih jalannya masing2 :))
BalasHapusMas Irsyad benar;)
Hapus