Cerita Sebelum Fajar; Hampir Patah

Untuk tahu perasaan hati yang sebenarnya, sebaiknya kita menunggu sampai waktunya tiba. Kenapa? Karena kebanyakan dari kita hanya terjebak pada kata penasaran, bukan pada perasaan yang sesungguhnya.

Gue percaya sebuah hubungan yang sehat akan melalui masa sulit yang jauh lebih panjang daripada hubungan lain. Sebuah masalah adalah tolak ukur dari perasaan masing masing; still fight or give up.

Gue percaya semua orang akan melalui masa itu. Kekecewaan biasanya jadi alasan utama mengapa mereka saling bertengkar dan menyalahkan satu sama lain. Kebanyakan dari mereka bersembunyi di balik tembok perlindungan diri supaya tidak tersalahkan, padahal mereka tahu dan sadar betul apa yang membuat "lawan main" mereka merasa kecewa.

Sangat pengecut jika elo sudah mengecewakan namun memilih pergi karena tidak mau ribet membereskan apa yang sudah berantakan. Gue yakin banyak di antara kalian yang berpikir; "ah udah gak asik, mau chat sama yang lain aja" "rasanya udah beda" "gak nyaman lagi" tapi tunggu dulu, lari gak akan menyelesaikan apapun.

Kecewa itu wajar. Kecewa gak selalu berarti punya ekspektasi yang tinggi pada suatu hal. Justru kalo kita gak pernah merasa kecewa dan berusaha memperbaikinya, kita harus bertanya pada diri kita, apa kita yakin dengan dia?

Membahas sebuah masalah terkadang akan membawa suasana lebih runyam lagi, badmood berkepanjangan sampai akhirnya menyimpulkan diri untuk mundur saja. Tapi gue sangat yakin, semua masalah harus dibicarakan. Awalnya pasti aneh dan gak nyaman, karena masing masing dari kita punya perlindungan diri dan gak semua orang mau disalahkan. Tapi coba lihat ke belakang, bukannya elo sangat payah kalo berantem 3 hari sama dia bisa buat puluhan hari kemarin yang kalian bangun hilang begitu saja?

Awalnya gue berpikir dia akan langsung pergi, seperti skenario konyol di kepala gue untuk langsung leaving saja. Rasanya gue gak bisa jadi seperti yang dia mau. Rasanya gue gak bisa mengerti dia. Dan yang parah adalah, gue merasa dia sama sekali gak menghargai usaha gue.

Tapi dia emosi, sama seperti gue.

Dan secara tersirat gue tahu, dia kecewa sama gue.

Jadi ketika gue meyakini kami belum patah namun hanya bengkok saja, dia sempat berpikir dia sudah mematahkan segalanya. It kills me dan gue bertanya apa dia mau kami benar benar patah. Dia kembali jadi dia; kalo patah masih bisa diobatin kok.

Well, let me tell you..

Semua yang patah memang bisa diperjuangkan untuk disembuhkan. Tapi kamu harus siap dengan resiko bahwa semua yang sudah rusak meski kita perbaiki gak akan sama lagi; bisa jadi lebih baik atau semakin parah.

Gue belajar bahwa terus merasa bersalah malah annoyed "lawan main" kita which is membuat perjuangan mengembalikan posisi dari "bengkok" ke "lurus" akan semakin sulit. Sama seperti kalo terlalu overthink dan gak mau enjoy the moment...

Dia bilang menggenggam akan lebih berbahaya daripada melepaskan. Tapi gue bertanya; apakah segitu egoisnya kalo seseorang pengen jadi cewe favorit buat orang lain?

Dia cuman tersenyum. Gue gak berharap, gue emang kecewa, dia juga kecewa, tapi kenapa gak dicoba untuk diperbaiki. Karena rasanya akan sangat egois dan kekanak kanakan kalo masalah kayak gini aja langsung giving up.

Ya gue mengerti untuk tidak terlalu menggenggam dan ya dia juga seharusnya mengerti kalo gue butuh kejujuran.

Mari jalani sama seperti dulu. Mungkin akan lebih berat, tapi ayo dicoba dulu.

Toh, we're not broken just bent, kan?

6 komentar:

  1. Ngena sih tulisanmu. Ya intinya, jangan hanya karena satu kesalahan lalu kita bisa begitu saja melupakan seribu kebaikan :)

    BalasHapus
  2. Terkadang egois dibutuhkan buat ngebenerin halhal yang bengkok ya. :)

    BalasHapus
  3. Kamu introvert ya?

    Salam kenal.

    BalasHapus

Leave me some comment! Thank you, guys:}

Diberdayakan oleh Blogger.