Jarak vs. Perasaan
Malam ini, gue gelisah setengah mati.
Sama seperti malam malam sebelumnya dalam beberapa minggu terakhir ini. Gue rasa ini yang disebut graduation syndrome, saat dimana gue sendiri gak jelas maunya gimana, semua serba baper, semua serba pengen pasti.
Seperti biasa, chatroom inilah yang akan menemani bapernya gue sampai tengah malam.
Gue bicara tentang jarak dan perasaan sama Gestu, lalu gue mulai berpikir tentang apa yang sebenarnya gue gelisahkan selama ini. Menjelang kelulusan, 21 hari lagi, berarti akan ada jarak yang jauh lebih panjang daripada hari ini. Bukan lagi tempat duduk, kelas, tempat bimbel atau rumah yang tidak berdekatan. Bukan lagi masalah jadwal pelajaran atau les yang berbeda. Tapi jarak yang jauh.
Jarak yang akan memisahkan gue dan orang orang terdekat gue.....
Dengan jarak yang ada di antara kita, berarti akan banyak perubahan di diri masing masing. Jelas itu sebuah masalah, walaupun porsinya akan berbeda beda bagi setiap individu. Bisa jadi jarak yang membuat adanya perubahan di antara kita akan jadi alasan untuk bertahan.
Bagaimana jika jarak itu yang membuat kita tidak lagi menggenggam satu sama lain?
Bicara tentang menggenggam, gue suka sama foto ini.
Ini foto yang dikirim sama dia sewaktu chat sama gue semakin serius. Dia selalu bilang dia gak ngerti, tapi gue percaya dia ngerti. Sampai akhirnya setelah 4 bulan gue dikirimin foto ini, gue baru sadar seni dari sebuah hubungan; yaitu memadupadankan ketiga jenis dari gerakan tangan kita.
Ada kalanya kita harus menggenggam erat, ada kalanya harus memberi kelonggaran, tapi pasti ada masanya kita harus melepaskan apapun yang terjadi. Gue sendiri masih awam tentang masalah hubungan. Gue bisa menyelesaikan masalah temen temen gue, tapi gue selalu mengacaukan hubungan gue sendiri.
Pertanyaan gue tentang jarak pun membawa gue ke kata perasaan.
Perasaan bisa muncul kapan saja, di mana saja, tanpa kita pernah tahu asal usul sebenarnya. Percaya gak cowok yang 5 tahun lalu jadi bahan becandaan gue malah jadi orang yang paling penting buat gue? Atau cowok yang 4 tahun yang lalu bikin gue gak bisa move on setengah mati, malah jadi sahabat terbaik gue?
Perasaan itu gak pasti. Ia bisa saja berubah bahkan di detik setelah kamu mendeklarasikan perasaan itu.
Bagaimana jika jarak merubah perasaan?
Jarak yang gue ceritakan bukan tentang long distance saja, tapi short distance juga. Bagaimana kalau terlalu dekat malah membuat kita ragu? Ragu akan perasaan dia terhadap kita? Ragu akan kebenaran dari langkah yang kita ambil?
Bagaimana kalau terlalu jauh malah membuat kita ragu? Ragu akan keadaan dia yang jauh? Ragu akan perasaan dia terhadap kita apakah masih sama atau berubah?
Parahnya.. Kita ragu pada diri kita sendiri.
Lalu pertanyaan gue.... Apa yang lebih menyakitkan diantara kedua hal ini; ragu karena jarak atau karena perasaan?
Atau ragu karena hati kalian belum mantap dengan satu sama lain?
Gue sendiri bingung.
Sama seperti malam malam sebelumnya dalam beberapa minggu terakhir ini. Gue rasa ini yang disebut graduation syndrome, saat dimana gue sendiri gak jelas maunya gimana, semua serba baper, semua serba pengen pasti.
Seperti biasa, chatroom inilah yang akan menemani bapernya gue sampai tengah malam.
Gue bicara tentang jarak dan perasaan sama Gestu, lalu gue mulai berpikir tentang apa yang sebenarnya gue gelisahkan selama ini. Menjelang kelulusan, 21 hari lagi, berarti akan ada jarak yang jauh lebih panjang daripada hari ini. Bukan lagi tempat duduk, kelas, tempat bimbel atau rumah yang tidak berdekatan. Bukan lagi masalah jadwal pelajaran atau les yang berbeda. Tapi jarak yang jauh.
Jarak yang akan memisahkan gue dan orang orang terdekat gue.....
Dengan jarak yang ada di antara kita, berarti akan banyak perubahan di diri masing masing. Jelas itu sebuah masalah, walaupun porsinya akan berbeda beda bagi setiap individu. Bisa jadi jarak yang membuat adanya perubahan di antara kita akan jadi alasan untuk bertahan.
Bagaimana jika jarak itu yang membuat kita tidak lagi menggenggam satu sama lain?
Bicara tentang menggenggam, gue suka sama foto ini.
Ini foto yang dikirim sama dia sewaktu chat sama gue semakin serius. Dia selalu bilang dia gak ngerti, tapi gue percaya dia ngerti. Sampai akhirnya setelah 4 bulan gue dikirimin foto ini, gue baru sadar seni dari sebuah hubungan; yaitu memadupadankan ketiga jenis dari gerakan tangan kita.
Ada kalanya kita harus menggenggam erat, ada kalanya harus memberi kelonggaran, tapi pasti ada masanya kita harus melepaskan apapun yang terjadi. Gue sendiri masih awam tentang masalah hubungan. Gue bisa menyelesaikan masalah temen temen gue, tapi gue selalu mengacaukan hubungan gue sendiri.
Pertanyaan gue tentang jarak pun membawa gue ke kata perasaan.
Perasaan bisa muncul kapan saja, di mana saja, tanpa kita pernah tahu asal usul sebenarnya. Percaya gak cowok yang 5 tahun lalu jadi bahan becandaan gue malah jadi orang yang paling penting buat gue? Atau cowok yang 4 tahun yang lalu bikin gue gak bisa move on setengah mati, malah jadi sahabat terbaik gue?
Perasaan itu gak pasti. Ia bisa saja berubah bahkan di detik setelah kamu mendeklarasikan perasaan itu.
Bagaimana jika jarak merubah perasaan?
Jarak yang gue ceritakan bukan tentang long distance saja, tapi short distance juga. Bagaimana kalau terlalu dekat malah membuat kita ragu? Ragu akan perasaan dia terhadap kita? Ragu akan kebenaran dari langkah yang kita ambil?
Bagaimana kalau terlalu jauh malah membuat kita ragu? Ragu akan keadaan dia yang jauh? Ragu akan perasaan dia terhadap kita apakah masih sama atau berubah?
Parahnya.. Kita ragu pada diri kita sendiri.
Lalu pertanyaan gue.... Apa yang lebih menyakitkan diantara kedua hal ini; ragu karena jarak atau karena perasaan?
Atau ragu karena hati kalian belum mantap dengan satu sama lain?
Gue sendiri bingung.
Calon LDR, ya?
BalasHapusWah, tahun kemaren juga gue bimbang banget waktu pengen lulusan, dan akhirnya malah milih buat putus. Karna bener, kaya gambar di atas. Terkadang menggenggam erat justru bikin kita lebih sakit.
Keep strong! :')
iyaaa kak calon LDR huhuhuhuhu. Terima kasih kakk!
Hapusjarak yang bisa membuat perasaan kita berubah, apalagi ada seseorang yang datang disaat perasaan kita ragu dengan sesorang yang jauh disana. dan menurut gue, ragu karena jarak yang paling g enak soalnya dapat membuat perasaan kita ragu juga wkwk
BalasHapus"jarak yang bisa membuat perasaan kita berubah" setuju!
HapusPerasaan itu tak bakal oleh jarak yang membentang, kecuali kehilangan rasa perhatian dan kasih sayang, niscaya perasaan akan selalu terjaga
BalasHapusmasalahnya, menjaganya itu lho kak hihihi
HapusNICE ARTIKEL, salam blogger :)
BalasHapussilahkan kunjungan balik ke http://pusatgameplaystation.blogspot.com :)
okee;)
HapusBAPER : BABAK PERTAMA
BalasHapushttp://semesta-berbicara.com/wahyu-budi-argo-semesta-berbicara/