Patah Hati Terhebat chapter 1: Untuk Sesuatu yang Tidak Pernah Dikatakan

Proudly present mini series Patah Hati Terhebat.

10 chapters only.


***


Konsekuensi dari perasaan tanpa diungkapkan; patah hati.


***

Bunuh atau dibunuh?

Mungkin hanya itu yang jadi pilihan Refal sekarang. Adapun hasil dari pilihannya nanti semoga saja bisa meluluhkan hati Tiya yang terlanjur tidak bisa berpindah dari Nabil. Juno memutar pulpen yang ada di hadapan Refal sambil tertawa, "ini nih yang gue bilang jangan."

Refal menyerengitkan keningnya, "oh, iya Jun, mungkin elo bener."
"Lo tau sendiri, Tiya gak bisa move on dari Nabil."
"Demi apapun gue kira cuman bercanda.."
"Lagian elo sih, suka tapi gak mau bilang! Ya gini deh hasilnya.." Gerutu Juno sambil bangkit meninggalkan Refal.

Refal melihat dengan saksama ke sekeliling kelas. Dalam waktu beberapa bulan ia akan meninggalkan kelas XII IPA 4. Namun ia masih belum bisa bicara pada Tiya. Gadis berkerudung itu selalu hadir di setiap hari Refal, ia sukses membuat seorang Refal Krisna jatuh cinta.

Refal dan Tiya awalnya hanya sering duduk bareng dipojokkan kelas sambil sesekali bermain gitar bersama Aza. Terkadang anak anak lain juga ikut, tapi mereka berdua jauh lebih sering bersama.

Diam diam Refal mencuri pandang pada Tiya namun tidak ada yang pernah menyadarinya karena Tiya masih sangat menyukai mantannya, Nabil. Tiya dan Nabil putus beberapa bulan yang lalu, semenjak itu Tiya pun mencoba mengalihkan perhatiannya. Ia semakin dekat dengan Refal.

Refal tidak pernah jatuh cinta, tapi ia tahu sekalinya ia jatuh cinta, ia malah tidak bisa berbuat apa apa. Apa yang bisa diusahakan ketika orang yang kita cintai sudah tidak lagi menerima orang lain di hatinya?

Menunggu dan menyimpannya, hanya itu yang bisa Refal lakukan beberapa bulan belakangan. Refal merasa tidak ada yang mendukung perasaannya pada Tiya. Semua orang berusaha membantu Tiya kembali bersama Nabil.

Tapi di suatu hari saat Sasa, teman sebangkunya mulai menyadari tatapan Refal yang berbeda pada Tiya, ia sedikit bernafas lega. Refal merasa punya harapan.

***

"Yuyaaaaah! Yuuuuuuy!" Seru Syivia sambil berlari lari dari luar kelas. Ghina yang punya nama panggilan Yuyah pun langsung menoleh dan tertawa sendiri melihat kelakuan sahabatnya, "apaan sih Syiv.."

"Yuy, nanti sore main ya! Ada film bagus nih!" Seru Syivia bersemangat. Ghina menggigit bibirnya lalu mulai membereskan kerudungnya. Syivia menghela napas. Lagi-lagi dia begini. Pasti gara-gara Helmy...

"Sorry, Ncip. Yuyah udah ada janji sama Helmy."
Syivia menggerutu, "tapi kamu kan janji minggu ini main sama aku, Yuy!"
"Bisa dipending besok gak?" Tanya Ghina dengan nada tidak enakan.
Syivia menghela napas, "besök besok mulu, Yuy. Semenjak kamu pacaran, kamu gak asik!"

Syivia berjalan meninggalkan Ghina sambil menggerutu. Bukan kali ini saja Ghina tidak mau diajak main oleh Syivia. Pernah pada suatu hari, saat orang tua Syivia sedang sakit, Ghina berjanji akan menengok. Syivia menunggu Ghina, tapi gadis itu tidak datang bahkan sampai malam hari.

Syivia tahu Ghina pasti butuh waktu untuk bersama pacarnya. Tapi apakah begitu perlakuan seorang sahabat? Lebih mementingkan pacar ketimbang sahabatnya? Lalu apa haknya untuk kembali saat dia butuh jika dia sendiri tidak menepati kewajibannya?

Syivia mencoba tetap tenang walau sebenarnya ia kesal. Ia tidak ingin merusak momen sebelum kelulusan. Ia ingin Ghina tahu bahwa ia kecewa, tapi bagaimana caranya?

***

Bu Rahma keluar dari kelas dengan terburu buru bahkan sebelum bel jam istirahat berbunyi. Alhasil kelas XII IPA 4 pun menjadi ramai tidak karuan. Ghina Izdihar yang biasa disapa Izh pun mulai berkeliling menagih uang kas. Sebagian merasa waktu Izh menagih uang kas tidaklah tepat, akhir bulan! Siapa yang punya uang?

Elis dan Wulan mulai membereskan buku Biologi ketika Surya tiba tiba datang dan mengambil semua buku yang ada di tangan Wulan. Sudah lama Surya menjadi sangat perhatian pada Wulan. Entah ada yang memperhatikan atau tidak, tapi cowok itu sering senyum senyum sendiri setiap kali bicara dengan Wulan.

Elis berdehem lalu tertawa, "duh.. Yang dibantuin cuman Wulan doang?"
"Hehehe, habis Wulan lebih banyak bukunya nih, Lis."
Wulan menggeleng, "Surya bantu Elis aja, Wulan bisa sendiri."
"Tapi Wul..."

Wulan mengambil semua buku yang ada di tangan Surya dan pergi meninggalkan Surya. Elis tersenyum kecil bak sadar bahwa Wulan merasa tidak nyaman didekati dengan cara terlalu terang terangan. Elis bergumam, "Surya jangan cepet cepet dong, Wulan kan harus terbiasa juga.."

Elis dan Wulan pun berlalu meninggalkan Surya yang masih terdiam. Apa yang salah dari berjuang untuk mendekati orang yang kita suka?

Surya hanya tidak mau kejadiannya seperti saat ia bersama Adillah. Semuanya berantakan karena atas nama pertemanan....





Gue stress. To be continued...


PS: PAKE NAMA ANAK KELAS HAHAHA. Kangen cuy.

10 komentar:

Leave me some comment! Thank you, guys:}

Diberdayakan oleh Blogger.