Patah Hati Terhebat chapter 4: Untuk Janji Tanpa Ditepati
Kadang kita percaya pada sebuah omong kosong; saat perkataan jadi janji, lalu janji tidak ditepati.
***
Syivia membuka-buka buku Detik Detik UN-nya dengan tidak bersemangat. Tinggal menghitung hari lagi menuju Ujian Nasional tapi perasaannya tidak karuan seperti ini. Ia mencoba membuka diri ketika Ghina minta maaf atas segala perilakunya. Syivia tahu Ghina sudah berusaha dan sadar kali ini, ia sudah putus dengan Helmy.
Ghina meminta Syivia untuk kembali seperti Syivia yang dulu, tapi ia tidak yakin dirinya bisa berubah secepat itu. Disisi lain Syivia sudah mulai terbiasa tanpa adanya Ghina setiap hari. Dia sekarang sudah punya kesibukan sendiri dan....... Aldo.
Syivia menyerengit kesal lalu menutup bukunya kencang kencang. Kenapa harus Aldo yang muncul lagi dipikirannya?
Aldo adalah anak kelas XII IPA 3 yang belakangan ini mendekati Syivia. Aldo sudah berusaha sejak kelas X tapi Syivia selalu menolak. Akhir akhir ini, barulah Syivia mau mulai membuka diri pada Aldo. Awalnya Syivia hanya ingin mengisi waktu dan meredakan amarahnya pada Ghina. Namun mereka semakin dekat dan Syivia tahu niat Aldo ingin menjadikan hubungan mereka lebih dari sekedar teman. Syivia ragu, ia masih terikat janji masa lalunya, janji pada Ghina saat kelas XI dulu.
Janji untuk tidak pernah menyukai orang yang sama.
***
"Jadi Hafidz milih apa?" Tanya Getty yang sedang ikut ke ruang BK bersama cowok cowok XII IPA 4. Hafidz terdiam lalu menggeleng, "gak tahu, Get.."
"Huwahahahaha kamu teknik kimia aja sama saya, Fidz!" Seru Rady sambil tertawa sesuai khasnya. Hafidz menggeleng, "tapi saya gak suka teknik sebenernya..."
"Tapi lu terlanjur janji ya?" Tanya Kevin sambil menerawang Hafidz. Cowok itu terdiam. Sementara Getty yang kepo berjalan lebih cepat sehingga berjalan sejajar dengan Hafidz, "janji sama siapa? Bu Anis? Bu Diani? Yaudah kali itu kan lu yang mau kuliah, Fidz!"
"Gini deh Get, kalo ibu kamu minta kamu kuliah A tapi hati kamu ke B, kamu bakal milih apa?"
"Ya gue sih milih yang B lah!" Celetuk Naufal. "Karena gue akan kuliah sesuai keinginan gue."
"Tapi lu gak bisa gitu Fal.." Sahut Abel sambil membenarkan kaca matanya. "Gimanapun juga, restu orang tua itu restunya Allah, lho!"
"Ya tapi kalo lo maunya jadi seniman malah disuruh jadi dokter, gimana?" Tanya Aza yang agak tersulut emosi. "Kawin aja Za, kawinnn! Udah pinter juga kan! Hahahaha." Celetuk Rady yang diikuti oleh jitakan dari Aza.
Getty berdehem, "hmmm.. Dilema juga ya..."
"Getty pernah patah hati?" Tanya Hafidz tiba-tiba. Getty mengangguk.
"Pernahlah, sering malahan..."
"Kalo patah hati terhebat menurut kamu apa?"
"Dikhianatin, udah dipercaya malah dibohongin! Apalagi kalo lagi baik baik aja tiba tiba diajak putus... Hadeeeeeeeuh. Apalagi diselingkuhin!" Curhat Getty sambil tertawa tawa. Getty terus berjalan ke depan dan menyadari Hafidz tidak lagi disampingnya. Ia berhenti lalu berbalik, "kok diem sih Fidz?"
"Enggak.. Gakpapa."
Getty berjalan menghampiri temannya itu lalu bertanya pelan-pelan, "kalo menurut kamu patah hati terhebat itu gimana?"
"Kalo menurut saya.. Saat orang tua saya bilang beliau kecewa sama saya. Saya patah hati, saya ingin menjalani A tapi orang tua saya ingin B. Lalu apa yang harus saya pilih?"
Seketika Getty terdiam lalu menepuk nepuk pundak Hafidz. Ia tersenyum kecil, "turutin hati kecilmu Fidz. Bener kata Abel, restu Allah ada di restu orang tua. Tapi jangan sampai mengorbankan perasaan kamu juga."
"Di dunia ini kita gak bisa milikin dua hal, Get. Kita harus milih, kita harus berani mengorbankan yang berarti.. Kita harus berani kehilangan."
***
"Nabil! Liat deh, Tiya bikinin kamu sarapan pagi ini!" Seru Tiya dengan ceria. Nabil yang sedang mengerjakan buku SBMPTN-nya hanya menoleh dan mengangguk, semacam ucapan terima kasih.
Tiya menatap Nabil dengan tatapan sinis. Nabil bahkan tidak menyentuh makanan darinya! "Nabil, itu aku udah masak lho.."
"Iya, makasih ya Tiya.."
"Gak ada niatan mau dimakan?"
Nabil tersenyum, "aku lagi belajar, gimana dong?"
"Kamu tuh ya, gak pernah menghargai usaha aku!" Seru Tiya lalu bangkit dari duduknya dan pergi meninggalkan Nabil. Nabil hanya menggeleng lalu kembali sibuk dengan buku SBMPTN-nya.
Dari jauh, Refal menyaksikan kejadian itu. Ia menggeram pelan. Di saat ia jungkir balik mendapatkan hati Tiya, Nabil dengan seenaknya menolak Tiya begitu saja. Kenapa sih Tiya tidak mau melihatnya seperti ia melihat Nabil?
Refal memutuskan untuk datang ke meja Nabil. Ia duduk di tempat Tiya tadi duduk lalu berdehem, "woy, sibuk banget. Tuh nanti makin dingin, lho."
Nabil menaikkan alisnya kehereanan lalu tersenyum kecil, "iya, tau kok."
"Lo kalo gak mau sama Tiya ya ngomong dong.."
"Hah? Gimana, Fal?" Tanya Nabil heran.
"Ya.. Lo tau Tiya mau balikan sama elo, kenapa lo gak kasih respon, sih?"
"Gue udah nolak baik baik.. Dianya aja yang usaha terus."
"Ya hargain dong usaha dia dengan memperjelas apa mau lo."
"Kok elo yang sewot sih, Fal? Iya gue tau lo sahabatnya Tiya..."
Refal tersentak ketika mendengar kata sahabat. Akhir akhir ini ia sangat sensitif dengan kata tersebut. "Ya.. Gue gak tega." Ujar Refal lirih.
Nabil menutup buku SBMPTN-nya lalu melihat Refal. Wajah temannya itu memerah dan tangan Refal agak bergetar. Nabil tahu betul, Refal sedang gugup. Tapi gugup karena apa? Apa mungkin.....?
Tidak. Masa sih Refal suka sama Tiya?!
"Tunggu..... Apa..... Lo suka sama Tiya, Fal?"
***
Naufal melepaskan jaketnya dan memakaikan jaket itu pada Ami ketika hujan tiba-tiba turun begitu saja. Ia bisa melihat wajah Ami merona seperti wajahnya yang ia yakin sudah seperti kepiting rebus sekarang. Ia meminta Ami membantu memilih kado hari ini karena itu kado yang ingin Naufal berikan setelah UN selesai.
Naufal sudah lama menyadari perasaan ini tapi ia tidak berani mengatakannya karena ia takut Ami lebih menyukai Fauzan. Namun beberapa hari yang lalu, Fauzan memberikan harapan padanya, harapan bahwa perasaan ini tidak akan berakhir pada status persahabatan saja.
Ami tiba-tiba menyentuh tangannya dan berbisik, "Naufal, kamu pernah patah hati gak?"
"Pernah..."
"Patah hati terhebat menurut kamu apa?"
"Saat janji gak ditepati. Aku gak suka sama hal seperti itu."
Ami menyerengitkan dahinya, "kamu dibohongi siapa?"
"Farah.. Dulu Farah bilang aku harus tunggu sampai selesai UN, semuanya akan diperbaiki lagi. Nyatanya Farah malah pergi tanpa alasan dan itu membuatku merasa patah hati sampai gak kerasa apa-apa."
"Kok bisa sih Naufal patah hati tapi gak kerasa apa apa?" Tanya Ami kebingungan.
Naufal tertawa, " bisa, Mi.. Patah hati yang sampai gak bisa benci apalagi ngerasa sayang lagi. Mati rasa saking sayangnya. Mati rasa saking bencinya. Aku jadi gak bisa ngomong sama Farah, bahkan untuk hal kecil."
"Seberat itu rasa patah hati kamu?"
"Iya..."
"Kalo menurut Ami, patah hati terhebat itu saat kecewa. Kita bisa kecewa karena kita percaya sesuatu tapi ternyata dikhianati, kan? Dan itu yang paling bikin Ami patah hati."
Naufal tersenyum kecil, "kalo gitu Naufal janji, Naufal gak akan bikin kecewa Ami..."
***
"Duh, Izh! Jangan nagih utang dulu, gue belum punya duit!" Seru Surya sambil mencari cari jalan menghindari Izh. "Heuh! Tiap awal minggu aja bilang gak punya duit terus! Bikin pohon duit sana!"
"Dasar cewek, nyusahin!" Seru Surya sambil duduk di samping Ama yang sedang makan dengan Fathur. Ama tertawa terbahak, "ini apaan sih marah marah mulu.. PMS ye!"
"Ya enggak.. Gue tuh pusing!"
"Pusing kenapa lagi sih, Sur?" Tanya Fathur heran.
"Gue mau udahan aja sama Wulan, gue capek ngejer ngejer dia!"
"Ya.. Yaudah move on aja gak sih?" Tanya Ama pelan.
"Ya tapi sulit!"
"Dasar cowok, nyusahin!" Seru Ama sambil beranjak dari duduknya.
"Gimana nih, Thur......" Tanya Surya kebingungan. Fathur tertawa kecil, "yaa.. Cari target move on dong atau fokusin diri ke UN kek. Jangan mikirin Wulan aja, udah tau Wulan gak suka pacaran."
"Gue butuh orang lain..."
Fathur menerawang ke seisi kelas lalu tertawa kecil, "gimana kalo elo balikan aja sama Adilah?"
Cie kelar SBM. Alhamdulillah yah lama lho nunggu ampe kelar SBM. To be continued...
Wah Aldo XII IPA 3...
BalasHapuseh ada aldo.. hahaha..
Hapus