[FLASH FICTION] Overlook: Untuk yang Teristimewa

Halo, Alicers!
Aku minta maaf untuk keterlambatan Overlook. Aku sedang menghadapi minggu super hectic di kampus, jadi sambil menyesuaikan jadwal aku memutuskan untuk menulis flash fiction Overlook kalo lagi gak keburu nulis. Flash fiction ini adalah cerita pendek yang masih bersangkutan dengan Overlook sendiri namun tidak akan mengganggu alur cerita dari episode yang ada.

Selamat membaca!

***


Pernahkah kamu jatuh cinta berkali kali tanpa henti?
Aku, selalu, begitu. 
Setiap harinya, meski mereka bertanya kenapa kamu orangnya.
Dengan segala ketidakpastianmu, kamu selalu yang teristimewa.


1. Jatuh Hati - Raisa

***
Jakarta, Januari 2012


Menjelang hari ulang tahun Gibran, semua orang sibuk bertanya, "lo mau kasih apa buat Gibran?" Meanwhile, me as the unofficial girlfriend is still don't have any ideas even it's 3 days to the big day. Oke, sebelum kalian mulai bertanya tanya, aku harus mengatakan bahwa hubunganku dan Gibran tidak pernah terikat dalam satu nama hubungan: we just let it flow. Hubungan ini bukan tentang siapa yang lebih menyayangi siapa, tapi tentang saling mendukung dan menghargai.

Sarah, sahabat terdekatku beberapa kali menyarankan untukku sekedar memberikannya kue seperti apa yang Gibran lakukan padaku di bulan September lalu. Sarah beralasan jika memberikan hadiah yang besar rasanya akan berlebihan mengingat hubungan kami yang baru berjalan 4 bulan. Namun aku merasa bahwa tidak ada yang berlebihan tentang hadiah, yang paling penting adalah niat saat memberikannya. Apakah tulus karena perasaanmu atau berharap untuk balasan?

Gibran menepuk nepuk telapak tanganku yang kuletakkan di meja dengan tidak sabaran. "Kamu gak dengerin aku ya?" 

Wajahnya tampak terlihat agak kecewa kali ini, ia tidak pernah suka jika aku mengerjakan sesuatu sambil berbincang dengannya namun ia selalu mengerjakan tugasnya sambil menelponku. Guys always be guys; selalu dengan ego dan pemikirannya sendiri. Aku mengangguk kecil dengan wajah memelas, berbohong bukanlah pilihan terbaik jika pasanganmu adalah Gibran Putra Rayya. Gibran adalah orang yang tegas dan tidak pernah bisa dibohongi, ia selalu bisa membaca mata, suara serta gerak gerikku.

"Kamu mikirin apa sih?" Tanyanya. 
Aku tertawa kecil, "aku bingung.."
"Bingung karena apa? Tugas di kelas lagi? Udah deh jangan lebay, kamu pasti bisa kok presentasi minggu depan." Katanya dengan nada mindikte seperti biasanya.
"Bukan gitu.. Sebentar lagi ulang tahun kamu.."

Seketika pipi Gibran langsung merona merah. Senyum setengahnya terukir manis dengan gerak gerik canggung sekaligus malunya. His smile will always be my favorite one! Aku memutuskan untuk menggoda cowok dengan hoodie merahnya dan celana jogger pants hitam yang tampaknya mulai kebesaran lagi. Kapan sih cowok ini menambah berat badannya? Padahal ia makan jauh lebih banyak dariku!

"Ih ih kok salah tingkah gitu.."
Ia tertawa malu, "ye apaan sih orang aku biasa aja."
"Kamu tuh ya.." Aku bergerak mengacak acak rambutnya sementara ia sibuk menepis tanganku, "kapan gendutannya sih? Sibuk mulu. Gak bahagia ya sama aku?"
"Enggak. Orang diomelin terus." Mimik wajahnya kembali menggodaku.
"Yaudah kalo gitu ngapain disini sini mulu?" Tantangku kesal.
"Hmm.. Soalnya kamu pengganggu pribadi aku, yang kaya kamu harus dilestarikan."
Sial, kali ini dia menang lagi. Aku berusaha menutupi wajahku yang berubah bak tomat matang, namun Gibran menarik tanganku.

"Kamu gak usahlah beli beli kado.. Ditabung uangnya, buat kamu beli Macbook Pro. Biar kamu bisa bikin design sendiri, gak usah minta tolong aku lagi.."
"Yee tapi kan ini ulang tahun kamu." Ujarku kesal, "harus dirayakan dong."
"Kamu emangnya mau ngapain sih.." Katanya sembari mengaduk aduk es teh tawarnya. Kebiasaan Gibran yang tidak pernah bisa berubah; sedang batuk dan flu lalu memesan segelas es teh tawar dengan dalih batuk akan bertambah parah karena terkena glukosa bukan karena dinginnya es.

"Aku mau.. Masak aja deh! Walau kamu lebih jago masak daripada aku-"
"Gak gak gak, ngapain deh? Kan waktu itu udah bikinin sarapan. Lagian kamu kan cuman bisa masak indomie." Katanya sambil tertawa sarkasme. 
Aku langsung mencubit pipinya, "ngomong mulu dah ni anak. Bersyukur dong ada yang mau perhatiin kamu."
"Iyaa makasih yaa bawel. Tapi gak usah repot repot, aku gak suka repotin orang kaya..."
Wajahnya tampak menggodaku. Aku menjerit kecil, "ih Gib! Apaan siiih.."

"Hahaha, tapi serius deh, kamu gak perlu repot repot.."
"Kok gitu? Itu kan ulang tahun pertama kamu yang kita rayain.."
Dia tersenyum kecil, "cukup tetap berbuat baik dan jangan melakukan sesuatu hal bodoh yang bikin aku pusing. Lagian sebenarnya aku bukan orang yang menerima kado pada hari besar, buat aku memberi itu bisa kapan aja, gak harus ada momen khususnya. Karena untuk membahagiakan yang teristimewa gak pernah ada batasan; selalu ingin terus memberi yang terbaik. Supaya dia bisa sama bahagianya seperti kita yang bahagia memiliki dia."

Aku tersenyum kecil lalu mengangguk.

Terlalu banyak hal baik untuk melewatkan orang sepertinya. Terlalu banyak hal buruk yang bisa ditepis demi memperjuangkannya. Bersama Gibran Putra Rayya sebenarnya sesederhana itu; tulus, jujur dan tidak harus mempermasalahkan apa yang tidak perlu dipermasalahkan.



Jakarta, 4 Oktober 2017
Jadi ada alasannya kenapa 
kotak itu aku kirimkan hari itu, 
untuk kamu.

Tidak ada komentar:

Leave me some comment! Thank you, guys:}

Diberdayakan oleh Blogger.