[FLASH FICTION] Overlook: Sebuah Usaha Melupakan

GIBRAN PUTRA RAYYA

Jika Kemal saja dicap brengsek oleh orang sekitar, lalu apa kata yang tepat untuk menggambarkan cowok seperti gue? Gue berusaha sepenuh hati untuk terlihat biasa saja di depan semua orang, berharap bila itu gue lakukan akan menghentikan pertanyaan orang orang mengenai postingan Lana beberapa hari yang lalu.

Gue selalu suka dengan cara Lana menguraikan kata kata indahnya di Twitter. Bagaikan membaca buku cerita, ia selalu berhasil membuat pengikut akunnya merasa dekat dan mengenalnya. Tapi gue tidak menyukai ceritanya tentang cinta yang berujung “pertemanan kita sudah gak sehat. Kita sudah berjalan terlalu jauh.”

Iya, karena itu tentang gue dan semua spekulasi kejahatan orang orang tertuju pada gue. Maki saja gue seakan-akan Lana lah satu satunya yang tersakiti sementara gue baik baik saja.

From: Ester (mobile)
Are you okay?

Shit, kenapa sih gadis ini selalu tahu saat gue sedang tidak baik baik saja?

Ester si cinta tidak kelar gue, si gadis cantik yang berakhir berkata “kita lebih cocok temenan karena kamu lebih pantas dapetin yang lebih dari aku” padahal hanya kamuflase dari masalah utama kami yaitu beda tempat ibadah, si gadis impian gue. Ester mungkin sudah melihat tweets dari Lana karena belakangan akhirnya mereka mengikuti satu sama lain. Ester juga tahu aku sedang menjalin hubungan dengan Lana. Jadi...

Jadi kenapa gue gak bisa jawab pertanyaan Kemal?

Oke, tadi pagi sebelum gue berjalan ke auditorium kampus ini, Kemal memanggil gue. Dengan wajah setengah perihatin dia tersenyum, “bisa lebih bego gak kalo mutusin orang? Lo udah tahu kalian beda Nyet dari dulu. Apa apaan pertemanan kalian sudah gak sehat?”

“Iya makasih ya Mal udah ingetin kalo gue bego. Makanya gue masih ke kampus, masih butuh kuliah. Biar pinter kayak elo.” Sahut gue nyinyir.
“Yee. Yaudah sana sama Ester lagi aja.” Jawabnya ringan. Gue menoyor kepala Kemal.
“Seenaknya aja. Ester emang udah putus sama Rey, tapi bukan berarti gue ninggalin Lana karena itu.”
“Tapi lo tuh emang gak kelar kelar Nyet sama Ester..”
“Ya karena kami berteman..”
“Lana? Kalo sama Lana apa namanya? Hubungan tanpa status?”

Gue terdiam lalu menggeleng, “ya sekarang udah gue perjelas. Kami cuman temenan.”
“There’s no friendship which being involved by feelings. Bullshit itu namanya, Gibran Putra Rayya.”
“Terus gue harus gimana? Gue udah mutusin kok.”
“Ya tinggalin aja, sekalian hilang. Jangan siksa Lana kaya gini. Hampir setengah tahun lo ada dan gak ada buat dia.”
“Gue ada buat dia biar bantu dia berkembang, bro.”
“Karena dia udah berdiri sendiri jadi lo ngerasa bisa ninggalin dia? Itu sama aja lo bantu orang asma bernafas terus lo tinggalin lagi pas dia belum stabil.”

“Intinya lo dukung gue sama Lana atau enggak sih?”
“Gue gak tahu ya motif lo ninggalin dia karena apa, tapi buat gue gak adil setelah setengah tahun dia struggling karena elo yang dateng dan pergi tiba tiba hubungan kalian berakhir gitu aja. Dia berusaha bertahan untuk lo dan lo giniin dia. Kenapa gak sekalian aja dari kemarin kemarin, Nyet?”

“Karena belum saatnya, Nyet. Lana butuh gue.”
Kemal tertawa, “dan bagaimana pun juga, lo mau Lana. Iya kan? Enggak usah ngelak. Mau coba ketemu cewek lain, kepikiran Ester lagi sampai lo merasa ada orang yang berusaha kasih perhatian  ke elo, no one ever treat you the way she did. Jadi mau jadi siapapun dia, lo mau dia. Sadar gak sadar, Gibran mau Lana. Iya kan?”

Pertanyaan kecil yang sampai sekarang belum bisa gue jawab. Bahkan ketika pintu lift lantai 4 terbuka dan gue berjalan menuju auditorium. Bahkan ketika gue berdiri di antara banyak orang dan suaranya terdengar jelas dari speaker yang ada.

Sebuah usaha melupakan orang yang lo sayangi tapi tidak mungkin lo genggam bukanlah hal yang mudah. Karena sekuat apapun gue berusaha melepaskan, bagai memiliki gravitasi sendiri, kami saling menarik diri satu sama lain.

Gue harus bisa melepaskan diri dari gadis ini sebelum usaha gue melupakannya mengganggu usahanya melupakan gue. Gue gak boleh terus menerus membuat kacau hidup kami masing masing. Namun hati dan otak memang selalu bertolak belakang.

Gue ingin melupakan, tapi gue juga merindukan dia.

“Teman teman jangan cepat beranjak dari ruang Auditorium ini karena Lana akan membagikan doorprize.. bukan dari Lana sih tapi dari panitianya hahaha.”


And there she is, under the spotlight, MC-ing at Campus’s stage as I did before for the first time.


To: Ester (mobile)
Not really. Punya waktu?

Tidak ada komentar:

Leave me some comment! Thank you, guys:}

Diberdayakan oleh Blogger.