Untuk pria bernama namun tanpa kenangan..

Hai, pria dengan nama tanpa kenangan..

Aku bingung kenapa kita sering bertemu lagi. Seperti dunia bermain main dengan kekuatannya, mempertemukan kita di tengah kekosongan kenangan. Di kepalaku, namamu masih muncul beberapa kali. Wang Yeo. Bentuk wajahmu, suaramu bahkan gelak tawamu masih bisa kuingat.

Kadang kita bertemu dalam kesibukan masing - masing. Kadang kita tidak sengaja terjebak dalam ruang sempit bersama. Kadang juga kita berjalan di jalan yang sama, entah aku dulu, atau kamu dulu.

Aku ingat kamu, tentu. Kamu Wang Yeo, kan? Tapi kenapa rasanya aneh? Sepertinya kita pernah punya cerita, namun kala mata kita berjumpa, kita semacam orang asing yang hanya tahu nama.. Namun tanpa pernah berbagi kenangan sama sekali. Kita saling tahu, tapi tahu saja tak membuat kita cukup dekat untuk menyapa.


Padahal dulu hariku adalah harimu. Tak ada satu hari pun aku lewati tanpa bicara denganmu. Tak ada satu waktu pun kita lewati tanpa berseteru. Aku melihat mata itu sadar sesuatu, tapi masing masing di antara kita mengabaikannya. Karena hidup kita sekarang tidak lagi saling bersinggungan; kita sudah berjalan di jalan masing - masing.

Aku mengingat namamu tanpa ingat betul apakah kita pernah berbagi kenangan pada suatu waktu. Bila itu membuatmu merasa aku seharusnya baik baik saja, kamu jelas salah, Wang Yeo. Sekedar mengingat namamu saja membuatku takut. Aku tidak ingin mengingatmu kala kamu tak sekalipun memikirkanku.


Aku ingat, kita berkenalan beberapa tahun yang lalu. Siapa yang menyangka perkenalan itu membuat kita berbagi hari dan hati? Meski mungkin aku sepenuh hati, dan kamu setengah hati. Tapi bolehkah aku berharap suatu hari nanti kamu akan ingat aku lagi?

Setidaknya.. Kamu ingat bagaimana kita mati.


Bagaimana aku mati di tanganmu, bagaimana kamu menyuruhku mati hari itu..

Mati.. Hingga saat ini hatiku masih mati, Wang Yeo. Sedangkan kamu hidup tanpa beban, kala aku mati rasa sendirian. Aku bertanya tanya apakah Tuhan adil pada kisah tragis ini? Tentang dua orang yang pernah bersama, pernah berbagi hati walau tidak pernah benar benar jatuh hati.

Kamu tampak bahagia, Wang Yeo. Atau.. Hanya perasaanku saja?

Tapi akupun bahagia untuk hidupku ini. Hidup yang kuselamatkan sendiri saat kamu memilih untuk membuatku mati. Wang Yeo, pernahkah kamu khawatir akan pilihanmu hari itu? Apakah aku baik baik saja? Apakah aku bisa bahagia? Pernahkah?

Wang Yeo, aku bicara pada Tuhan kemarin malam.

Malam disaat kita kembali bertemu, teman kita menyapaku, namun tanpa ragu aku tak menyapamu. Aku bilang pada Tuhan, "bolehkah aku juga lupa akan perasaan bahagia bersamanya? Bolehkah Engkau bukakan hati ini dari jerat patah hati yang terlalu lama?"

Tidak, Wang Yeo. Aku tidak ingin kembali pada seseorang penjahat hati seperti kamu. Tapi tidakkah dunia ini sedikit tak adil bila hanya aku yang menderita dan kamu bisa bahagia bahagia saja?

Wang Yeo-ku.. Kadang namamu Kim Woo Bin.. Kadang aku memanggilmu Woo Bin.. Nama yang dulu kamu sukai, namun semenjak kamu jatuh hati pada yang lain, kamu menghempaskannya begitu saja.

Aku harap bila nanti bertemu lagi, aku ingin kamu yang ingat aku kala aku lupa padamu. Aku ingin kamu ingat bagaimana kamu membunuhku kala aku menyayangimu. Aku ingin aku lupa, kala kamu jadinya sengsara.

Aku tidak peduli lagi apakah sistem karma masih berlaku di antara kita dan dunia ini. Namun aku hanya ingin.. Kamu ingat aku.. Dan kamu sakit karena mengingatku.

Lalu ketika suatu hari kamu menyodorkan tanganmu, kali ini aku bisa menjabatmu tanpa mengingat apapun lagi tentangmu -tentang kita. Bukan hanya kenangan yang melebur, hati ini pun tak lagi dingin karena terlalu lama patah hati, serta pikiran ini tidak lagi ingat akan namamu... Bahkan sekedar nama.. Tidak lagi..


Namun kamulah yang akan ingat. Kamu yang akan sakit. Kamu yang akan tersiksa.


Sunny, bukan Sun Hee.
Kim Sun-imnida.

Tidak ada komentar:

Leave me some comment! Thank you, guys:}

Diberdayakan oleh Blogger.