Treat Me Well, I'll Treat You Better

Gue menemukan sebuah fakta bahwa hati sering kali menaruh ekspektasi kala diri sudah sampai pada suatu zona tertentu. Misalnya, kalau lo lagi dekat dengan seseorang lalu ada progres signifikan setiap harinya. Tanpa lo sadari, lo akan menaruh ekspektasi yang lebih ketika lo membuka mata di keesokan harinya. Itu bukan hal yang salah, tapi gue tidak ingin membenarkannya juga. Sudah kodratnya manusia untuk berharap bahagia, tapi seharusnya ia tidak lupa bahwa Tuhan lah yang menentukan segalanya.

Ketika dekat dengan orang baru, kita seringkali memulai dengan langkah yang berbeda beda. Ada orang yang langsung tancap gas tanpa berpikir tentang kegagalan sebelumnya, ada yang hati hati banget sampai kadang bikin gregetan sendiri; kok gue takut banget mengulang kesalahan yang sama?

Memulai hari baru dengan orang baru setelah cukup lama menutup pintu untuk cerita baru bukanlah hal yang mudah untuk gue. Well, if you guys lucky enough, kalian akan dengan mudah buka cerita baru. Ngga ada yang salah dari keduanya, hanya bagaimana kita menyikapi sebuah perpisahan itu sendiri.

Ada yang berhasil menyikapinya dengan mudah sehingga bisa buka hati lagi. Ada juga yang terlalu takut salah sehingga bingung cara buka diri. Menurut gue nggak ada yang lebih baik. Tapi karena gue lama buka hati, jadi gue sangat ingin berkata, kamu hebat teman teman yang mudah buka diri.




Perkara buka hati tuh harus berani tutup telinga dari suara hati dan logika yang kadang sok hidup tapi sebenarnya mati; jangan terlalu banyak takut dan membandingkan dengan cerita lama. Lo akan sudah mendapatkan hal baru yang mungkin sebenarnya sudah berada di depan mata.

Kini gue hanya mencoba untuk membuka diri untuk mau mengenal orang dan membiarkan orang lain mengenal gue. Membiarkan mereka tahu diri gue tanpa gue harus khawatir kecewa dan mengecewakan mereka. Membiarkan gue mengenal mereka tanpa gue harus membandingkan apa yang gue punya dulu dengan apa yang ada di depan mata gue sekarang.

Ada beberapa orang yang bilang, "jangan kasih hati semuanya. Nanti hati kamu bisa patah seluruhnya." Tapi ketika gue melakukan itu, yang ada gue hanya merasa gamang. Gue tidak merasa jatuh cinta atau merasa dia pantas untuk ada di hidup gue. Gue tidak memberinya ruang untuk benar benar masuk ke hidup gue. 

Maka dari itu, ketika gue mau mencoba buka hati, gue belajar untuk memberikan seluruhnya, meski gue tidak berharap untuk diberikan hati juga olehnya. Banyak yang berkata bahwa itu sama saja gue menyakiti diri gue sendiri. Ngga melihat probabilitas patah hati yang ada, cuman ngikutin ego dan keinginan semata. Tapi gimana gue mau dicintai kalo gue mencintai orang lain juga setengah setengah?

Gue bukan main drama Korea. Gue hidup di dunia nyata.

Namun bila pada akhirnya cerita ini tidak berakhir bahagia, setidaknya gue sudah berusaha memberikan apa yang gue bisa pada mereka yang mendekat atau ingin gue dekati. Kalau akhirnya kami tidak bersama tapi gue setengah setengah sama dia, gue akan jadi orang yang menyesal pada akhirnya. Gue tidak ingin menyesal. Makanya, gue nggak mau setengah setengah.

Persetan orang bilang jadi ngga tau diri karena terlalu memperjuangkan, tapi mungkin itu karena mereka takut kenyataan terlalu pahit ketika perjuangan mereka sia sia. Belajar buka hati tapi nggak berakhir bahagia bukan sebuah dosa. Namun kamu memulai dosa jika dari awal mempergunakan kesempatan ini untuk mempermainkannya. Kenal aja dulu, masalah jadi atau nggak mah urusan Tuhan. Yang penting kita sudah berusaha menerima orang lain, supaya kita bisa diterima juga oleh orang lain.

Treat me well, I'll treat you better. Treat me right, then you won't regret.



Tidak ada komentar:

Leave me some comment! Thank you, guys:}

Diberdayakan oleh Blogger.