YES OR YES #8 : Bimbang



"Buat gue nggak ada kata nggak ketika sudah berani menginginkan sesuatu. Karena hidup cuman sekali, buat apa pusingin diri dengan ragu - ragu untuk mencapai sesuatu? Jangan sampe nyesel. Jadi kalo lo minta gue kasih pilihan, gue cuman bisa kasih ini. Yes.. Or yes."

Suara renyah Tara yang bergema di kepala Ali berhasil membuat bulu kuduk laki - laki itu berdiri. Obrolan tersebut sudah berlalu 7 hari yang lalu, tapi rasanya masih seperti baru terjadi untuk Ali. Ali melirik ke arah kameranya yang ada di atas meja dan laptopnya yang masih memproses pemindahan data. Ia menyerengitkan dahinya kala membaca angka 5 di layarnya.

"5 minutes to go. Kenapa semuanya butuh waktu, sih?"

Ali menggerutu sendiri. Dirinya tidak suka menunggu, tapi ternyata hidup ini tak pernah terlepas dari hal itu. Ali dan kesendiriannya sudah terbiasa melalui hal hal macam ini; duduk di sebuah cafe, dengan segelas es kopi dan laptop terbuka di hadapannya. Tapi Ali tak pernah bisa berteman dengan rasa sepi dalam hidupnya.

Ia butuh seorang teman berbagi, namun bagaimana cara menemukannya lagi?

Percakapannya dengan Tara tempo hari jelas membuat dirinya sadar berapa banyak waktu ia lewati tanpa memperjuangkan apa yang diinginkan. Ali terlalu sering ragu. Tanpa ia sadari dirinya selalu memberikan tembok penghalang bagi siapa saja yang ingin masuk lebih jauh. Namun mata hangatnya selalu mencari cari celah untuk menemukan sosok yang ia nanti. Penuh kontradiksi, bukan?

Berapa lama lagi ia harus menunggu hingga punya keberanian untuk buka hati? Berapa lama lagi ia harus menanti dan berteman dengan rasa sepi karena dirinya yang terlanjur terbiasa menyendiri? Berapa banyak orang yang harus ia lewati hingga akhirnya menemukan perempuan terbaik?

Namun Ali bimbang. Apakah perempuan itu nantinya bisa menerima Ali yang masih remuk begini? Apakah ia akan bisa membuatnya nyaman dan bahagia lagi? Apakah Ali sanggup mencintainya seperti ia mencintai masa lalunya?

Mendadak Ali tersenyum lebar. Ia meraih handphonenya yang ada di meja lalu bergumam,  "Tara.. Tara.. Kamu benar. Kalau mau sesuatu, memang ngga boleh ragu. Kalau ragu, jangan berharap mendapatkan itu. Siapa yang mau diperjuangkan oleh sesuatu yang tidak punya kepastian?"



2 komentar:

  1. haduh,,, kok bicarain kepastian sih. Baru tadi mlam bahas kepastian,

    jleb gitu rasanya, tapi saya nikmati tulisannya. HArus ada kepastian untuk sebuah perjuangan

    BalasHapus
    Balasan
    1. tapi sedih ya kalau sudah berjuang malah semakin jauh dari kepastian yang diharapkan?

      Hapus

Leave me some comment! Thank you, guys:}

Diberdayakan oleh Blogger.