catatan tentang kami yang saling menjaga
Starry starry night,
a night without you
I feel so empty.
The picture of us is fading,
but I'm denying this reality.
Even when I close my eyes,
why I still can see you?
-Starry Night, MAMAMOO
***
Kata orang kisah yang dimulai tanpa suatu kesengajaan biasanya punya cerita yang lebih berkesan di banding lainnya. Belakangan ini saat menulis buku kelima, gue baru sadar memang banyak hal yang tersimpan di balik cerita cerita itu sendiri. Jujur, siapa sih yang mau berhenti berjuang dan berpisah? Nggak ada. Tapi ada beberapa cerita yang memang harus berhenti karena pada masanya tidak bisa diperjuangkan lagi.
Menerima hal tersebut tentu saja tidak mudah. Seperti kata gue di beberapa postingan sebelumnya, siapa sih yang mau gagal? Nggak ada. Tapi ketika berusaha membahagiakan satu sama lain malah membuat kami saling menyakiti, kenapa harus terus bersama lagi?
Dalam skenario hidup gue, sebuah perpisahan tidak pernah menyisakan hubungan apapun karena mereka yang tersisa akan lebih lama selesainya. Beberapa contoh sebelumnya membuktikan bahwa ketika rasa tidak bisa diperjuangkan lagi, lebih baik segala jenis komunikasi diakhiri. Tapi kasus kali ini beda. Gue dan dia beda.
Percaya nggak sih, setelah resmi pisah, kami malah lebih bahagia untuk bersama sama? Well, di posisi ini, gue benar benar merasa dia tidak tertekan di sekitar gue. Dulu seringkali gue temukan dia pusing sendiri untuk mencari cara meng-handle gue sebagai pasangannya. Sampai akhirnya dia nggak lagi merasakan fun-nya bersama gue.
Kembali ke beberapa minggu yang lalu, gue juga merasa tertekan ketika harus bicara dengan dia. Gue mencoba cari topik terbaik untuk bisa bikin kita terus bicara. Sampai akhirnya bicara sama dia nggak lagi menyenangkan dan gue kelelahan sendiri.
Pada akhirnya kami berdua cuman dua orang berusaha membahagiakan orang lain padahal diri sendiri nggak bahagia. Hal itu berdampak pada pasangan kami dan mereka pun jadi makin nggak bahagia. Iya, hubungan gue dan dia sempat se-toxic itu.
Untuk memutuskan berpisah sekarang pun bukan perkara mudah. I just too attached to him. But he also attached to me. Gue kira ketika kita berpisah, meski dia bilang dia nggak suka kalo diem dieman, gue akan bisa menarik garis lebih jauh lagi dari dia. Tapi nggak. Nyatanya kami malah semakin dekat, semakin support satu sama lain. Gilanya, gue melihat dia yang semenyenangkan dulu sebelum dia berusaha keras membahagiakan gue. Seperti mungkin dia juga melihat gue yang asyik asyik aja dan nggak membuat dia tertekan seperti sebelum kami memulai hubungan yang lebih serius.
Oh shit, I'm crying while write this posting.
Ada malam malam di mana gue akan merindukan kami yang dulu. Ketika dulu gue dan dia saling memprioritaskan satu sama lain.. Lalu sekarang dia lebih prioritaskan teman temannya dan kerjaannya, sedangkan gue berhenti memprioritaskan apapun dan memukul rata semua hal yang ada. Ketika dulu gue dan dia kehabisan topik untuk ngobrol saking terlalu seringnya bareng dan nggak punya ruang sendiri.. Sekarang kita pasti ngobrol setiap harinya, tapi kita punya jeda untuk hidup masing masing dan menghabiskan waktu dengan orang lain. Baru kami balik lagi dan ngobrol lagi.
Setiap gue denger Starry Night-nya MAMAMOO, gue selalu teringat sama dia. Bukan karena dia fans berat girlband satu ini, tapi karena gue merasa lagu ini merepresentasikan gue dan dia. Kayak di langit yang gelap, kami berdua nggak akan terlihat di kehidupan satu sama lain, tapi kami tahu, kami sama sama ada dan menjaga satu sama lain.
Kalau malam hari gue sering sedih sendiri. Kadang rasanya seperti kosong, padahal baru aja sampai malam main sama dia, atau baru selesai balas pesan dia. Tapi kosong karena tahu dia nggak bisa dimiliki sama seperti dulu, tapi gue tahu dia akan selalu ada di sekitar gue. Padahal jalan kami masih panjang ke depannya, tapi gue masih sulit menerima kalau harus berpisah untuk sekarang.
Gue sedang belajar meredam rasa dan menyalurkannya dalam bentuk lain karena bersama dia. Hal ini benar benar membingungkan. Kadang masih ada rasa sedih jika menyadari ada beberapa hal yang nggak sama lagi. Tapi di sisi lain gue malah merasa lebih disayangi olehnya dari sebelum perpecahan ini terjadi.
Mungkin memang benar ada beberapa hati yang saling ingin menjaga namun belum benar benar siap jatuh cinta. Dalam kasus ini, kami saling menguras perasaan satu sama lain karena kita belum menyayangi diri sendiri untuk benar benar menyayangi orang lain.
Tapi gue tidak menyesal dan tidak berharap apa apa. Gue juga belajar untuk tidak terlalu merasakan perbedaannya meski ada beberapa yang terlalu ketara. Gue hanya ingin mengejar kembali mimpi mimpi gue, seperti gue juga ingin melihat dia mengejar mimpinya.
Yang penting dia tahu gue sayang dia, gue tahu dia sayang gue. Mungkin emang saat ini saling memiliki dalam hubungan yang lebih serius bukanlah jalan dari Tuhan untuk kami.
Tapi kami saling menjaga, meski kini tak saling memiliki lagi.
PS: Buat teman teman yang sedang dalam hubungan apapun, jangan takut untuk kasih ruang kepada pasangan lo. Percaya deh, dalam hubungan memang dibutuhkan ruang sendiri. Karena kalau nggak begitu, yang ada kamu akan menghancurkan apa yang kamu bangun selama ini.
Bwtul bgt yaaa. Kdng krn terlalu sayang kt justru mengekang dan tidak ckp memberinya ruang shg akhirnya dia sendiri mrs terkekang... Tp rasanya kq berat bgt kl sampai akhirnya berpisah... Melupakan justru lbh sulit..dan knp mesti ada pertemuan jika akhirnya berpisah... 😢 kl sy ngebayanginnya ga ckp kuat mba...
BalasHapusduh kok merasa di hati ikutan sedih
BalasHapussumpah saya pernah mengalami hal ini. Akhirnya buat saya belajar gak bisa pasangan terlalu di pegang karena dia punya kegiatan bahkan punya kawan sendiri yang belum tentu saya juga mengenalnya. Tapi dengan membiarkan dia mengalir saya maupun dia gak terlalu khawatir soal ini.
BalasHapus