Untuk Perasaan yang Belum Selesai
“Nyatanya tak sejalan.”
Dalam perjalanannya, seringkali kita bertemu dan memulai sesuatu untuk berakhir tanpa sebuah kepastian. Pernah nggak sih dengar cerita tentang unfinished business? Bagaimana orang orang jatuh cinta lalu karena suatu keadaan, mereka terpaksa berpisah padahal perasaan mereka belum selesai? Ada beberapa di antaranya yang menunjukkan perasaan tersebut, ada juga yang memilih untuk mundur dan menjauh. Mencoba merelakan dan menerima saja bahwa perasaan tersebut tak berujung kebersamaan.
Mereka yang memiliki perasaan semacam ini bukannya tidak ingin menghapusnya. Seringkali ada beberapa yang sudah berkelana, cari cari hati baru untuk menempati kosongnya diri, tapi kaya lagunya Selena Gomez, I know I’d go back to you.
Itu untuk mereka dengan perasaan yang belum selesai karena masih sayang. Tapi kalo karena bingung menentukan atau.. malah masih sakit hati?
Untuk kamu yang masih sakit hati meski sudah bertahun tahun berpisah, belajar yuk untuk memaafkan. Namun bila itu tidak cukup, maka dewasakan diri kamu untuk bangun dan menghampirinya. Selesaikan apa yang harus diselesaikan. Nggak lucu banget beberapa tahun kemudian ketika kamu ingin menjalani hal baru lagi, kamu masih saja menyimpan amarah itu padanya.
Kata orang diam itu emas. Tapi untuk urusan unfinished business, aku selalu menyarankan untuk berani bangkit dan menyelesaikannya. Jika kamu tersakiti, ungkapkan dan biarkan dia mengetahuinya. Seperti sebuah cerita pada umumnya, saat kamu menjadikan seseorang sebagai penjahat dalam ceritamu, mungkin saja dia malah menganggap dirinya korban pada ceritanya atau dia tidak memahami kenapa dia jadi penjahatnya.
Kalau sudah begitu, kamu terjebak sakit hati dan dianya nggak sadar sudah nyakitin kamu.
Tapi mungkin aja kok, kamu anggap dia penjahat padahal dia ngerasa apa yang dia lakuin ke kamu ya wajar wajar aja. Itulah perspektif di mana setiap orang punya pandangannya masing masing. Kita nggak bisa maksain orang untuk memahami kita tanpa menjelaskannya. Ngejelasin aja belum tentu dia paham, kan?
Lalu buat kamu yang dipojok situ. Iya, yang lagi baca tulisanku. Kamu lagi bingung ya sama perasaanmu? Padahal kalian sudah berpisah tapi dirinya masih membuat kamu nggak berhenti berpikir akan sakit yang kalian sama sama rasakan? Kamu peduli padanya, tapi kamu terlalu bingung untuk menentukan perasaan kamu sendiri?
Jangan bodoh, jangan lewatkan momennya saat momennya memang ada. Kalau dia nggak penting untuk kamu, kamu pasti nggak akan memikirkan dia lagi.
Untuk kamu yang sudah berpisah namun hati masih menolak lupa, coba tenangkan diri kamu dan berdewasalah untuk membicarakannya. Jangan membiarkan diri kamu menabung luka hati sendiri dengan merasa bisa memikulnya tanpa memperjelasnya. Jika kamu butuh waktu untuk merasakan perasaanmu, jangan takut untuk bilang itu. Karena kalau momennya hilang, atau dia sudah terlalu jauh untuk digapai, jangan salahkan dia kalau kamu terjebak pada perasaan itu sementara dia sudah melanglang buana tanpa mengingat kamu.
Nggak lucu banget beberapa tahun dari sekarang kamu masih mengingat dia meski kamu sudah tidak lagi sama sama dia. Jangan biasakan menyisakan kata dan tanya setelah perpisahan itu tiba. Walau nggak ada yang tau di masa depan bagaimana lagi kalian akan bertemu, tapi alangkah baiknya kamu mencegah konflik dari masa lalu. Jadi kalau memang jodoh itu bertemu, kamu memulai dengan baik, bulan karena sisa rasa yang belum selesai saat itu.
Untuk kamu yang berpisah namun masih merasakan hati yang berat saat mengingatnya, belajarlah untuk merelakannya. Mungkin sulit dan butuh waktu. Tapi jika kamu tidak bisa rela, bagaimana kamu bisa memaafkan dan melupakannya.
Kini tiba dipertanyaan klasik yang muncul kala kita merasakan apa yang Selena Gomez rasakan, “I wanna hold you when Im not supposed to. When Im laying close to someone else. Youre stuck in my head and I cant get you out of it, if I could do it all again.. I know I’d go back to you” yaitu...
Gimana caranya merelakan seseorang?
Salah satunya adalah dengan menurunkan ego kamu dan berani mengajaknya bicara untuk memperjelas apa yang kamu butuhkan. Kalau kamu berani, percayalah, perasaan itu mungkin membawa kamu kepada suatu kedamaian.
Tapi kalau kamu memilih untuk diam, jangan menyesal bila akhirnya kamu berharap kamu bisa mendapat kejelasan tapi momennya tak lagi ada...
“Semua itu ada waktunya, kalau bukan sekarang, pasti ada. Jadi jangan khawatir, jamgan buru buru. Tapi percayalah pada magisnya takdir Tuhan dan waktu.”
Dalam perjalanannya, seringkali kita bertemu dan memulai sesuatu untuk berakhir tanpa sebuah kepastian. Pernah nggak sih dengar cerita tentang unfinished business? Bagaimana orang orang jatuh cinta lalu karena suatu keadaan, mereka terpaksa berpisah padahal perasaan mereka belum selesai? Ada beberapa di antaranya yang menunjukkan perasaan tersebut, ada juga yang memilih untuk mundur dan menjauh. Mencoba merelakan dan menerima saja bahwa perasaan tersebut tak berujung kebersamaan.
Mereka yang memiliki perasaan semacam ini bukannya tidak ingin menghapusnya. Seringkali ada beberapa yang sudah berkelana, cari cari hati baru untuk menempati kosongnya diri, tapi kaya lagunya Selena Gomez, I know I’d go back to you.
Itu untuk mereka dengan perasaan yang belum selesai karena masih sayang. Tapi kalo karena bingung menentukan atau.. malah masih sakit hati?
Untuk kamu yang masih sakit hati meski sudah bertahun tahun berpisah, belajar yuk untuk memaafkan. Namun bila itu tidak cukup, maka dewasakan diri kamu untuk bangun dan menghampirinya. Selesaikan apa yang harus diselesaikan. Nggak lucu banget beberapa tahun kemudian ketika kamu ingin menjalani hal baru lagi, kamu masih saja menyimpan amarah itu padanya.
Kata orang diam itu emas. Tapi untuk urusan unfinished business, aku selalu menyarankan untuk berani bangkit dan menyelesaikannya. Jika kamu tersakiti, ungkapkan dan biarkan dia mengetahuinya. Seperti sebuah cerita pada umumnya, saat kamu menjadikan seseorang sebagai penjahat dalam ceritamu, mungkin saja dia malah menganggap dirinya korban pada ceritanya atau dia tidak memahami kenapa dia jadi penjahatnya.
Kalau sudah begitu, kamu terjebak sakit hati dan dianya nggak sadar sudah nyakitin kamu.
Tapi mungkin aja kok, kamu anggap dia penjahat padahal dia ngerasa apa yang dia lakuin ke kamu ya wajar wajar aja. Itulah perspektif di mana setiap orang punya pandangannya masing masing. Kita nggak bisa maksain orang untuk memahami kita tanpa menjelaskannya. Ngejelasin aja belum tentu dia paham, kan?
Lalu buat kamu yang dipojok situ. Iya, yang lagi baca tulisanku. Kamu lagi bingung ya sama perasaanmu? Padahal kalian sudah berpisah tapi dirinya masih membuat kamu nggak berhenti berpikir akan sakit yang kalian sama sama rasakan? Kamu peduli padanya, tapi kamu terlalu bingung untuk menentukan perasaan kamu sendiri?
Jangan bodoh, jangan lewatkan momennya saat momennya memang ada. Kalau dia nggak penting untuk kamu, kamu pasti nggak akan memikirkan dia lagi.
Untuk kamu yang sudah berpisah namun hati masih menolak lupa, coba tenangkan diri kamu dan berdewasalah untuk membicarakannya. Jangan membiarkan diri kamu menabung luka hati sendiri dengan merasa bisa memikulnya tanpa memperjelasnya. Jika kamu butuh waktu untuk merasakan perasaanmu, jangan takut untuk bilang itu. Karena kalau momennya hilang, atau dia sudah terlalu jauh untuk digapai, jangan salahkan dia kalau kamu terjebak pada perasaan itu sementara dia sudah melanglang buana tanpa mengingat kamu.
Nggak lucu banget beberapa tahun dari sekarang kamu masih mengingat dia meski kamu sudah tidak lagi sama sama dia. Jangan biasakan menyisakan kata dan tanya setelah perpisahan itu tiba. Walau nggak ada yang tau di masa depan bagaimana lagi kalian akan bertemu, tapi alangkah baiknya kamu mencegah konflik dari masa lalu. Jadi kalau memang jodoh itu bertemu, kamu memulai dengan baik, bulan karena sisa rasa yang belum selesai saat itu.
Untuk kamu yang berpisah namun masih merasakan hati yang berat saat mengingatnya, belajarlah untuk merelakannya. Mungkin sulit dan butuh waktu. Tapi jika kamu tidak bisa rela, bagaimana kamu bisa memaafkan dan melupakannya.
Kini tiba dipertanyaan klasik yang muncul kala kita merasakan apa yang Selena Gomez rasakan, “I wanna hold you when Im not supposed to. When Im laying close to someone else. Youre stuck in my head and I cant get you out of it, if I could do it all again.. I know I’d go back to you” yaitu...
Gimana caranya merelakan seseorang?
Salah satunya adalah dengan menurunkan ego kamu dan berani mengajaknya bicara untuk memperjelas apa yang kamu butuhkan. Kalau kamu berani, percayalah, perasaan itu mungkin membawa kamu kepada suatu kedamaian.
Tapi kalau kamu memilih untuk diam, jangan menyesal bila akhirnya kamu berharap kamu bisa mendapat kejelasan tapi momennya tak lagi ada...
“Semua itu ada waktunya, kalau bukan sekarang, pasti ada. Jadi jangan khawatir, jamgan buru buru. Tapi percayalah pada magisnya takdir Tuhan dan waktu.”
Bener sih ya mba diomongin. Nti ky Selena Gomez lg... Sakiiiit bgt rasanya... Tp sy lbh sreg nulis sihhh aja sih... Mo mnt pendpt org kyknya ga bgt deh ,blom tttu jg bs ngasih solusi..makanya sy sy bngt bacain tulisnnya Tipluk.com....dpt solusi nya... Soalnya manusia psti ada aja "sesuatu" dr masa lalunya yg msh aja keinget"
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusYes bener, semua perlu diomongin biar gk salah paham
BalasHapus