your loss

Hari ini gue bener bener mengistirahatkan diri setelah berhari-hari sibuk dan nggak punya waktu rebahan. Mungkin flu mendadak setelah 3 malem tidur di mall & nge-Mc 9 jam membantu gue untuk rehat. Ditambah keasyikan hari ini di mana Pulau Jawa mati listrik dan internet gue yang bener-bener jahat banget. Nggak tahu deh Telkomsel kenape. But anyway, 3 obat flu dan badan yang udah remuk sejak 4 minggu yang lalu benar-benar saling bekerjasama untuk membuat gue rehat.

Nggak cuman rehat fisik, namun pikiran dan juga hati.

Sebelumnya saat gue di Melbourne minggu lalu, gue udah bisa tenang sama semua hal yang pernah ada di genggaman gue lalu harus gue lepaskan. Tapi belakangan, ternyata gue masih Capricorn yang sama. Orang yang sulit low-key; masih aja berharap dan percaya akan hal baik. Tapi entah kenapa gue teringat percakapan sore itu dengan Emil, adik tingkat gue. Dengan mata nanarnya, dia berkata, “ya gue masih mau kak. Tapi pas beberapa hari gue coba, gue ngerasa ngga dihargain yaudah gue lepasin. Gue males aja gitu jadi orang yang nggak dihargain. Ngga enak.”

Andaikan pemikiran seperti itu mudah untuk diterapkan.

Another day, Emilia lewat direct messagenya membantu gue menulis bab keempat buku gue. She said, “cara terbaik melepaskan adalah meninggalkan tanpa menoleh sama sekali. Gue sempet masih biarin foto-foto dia di Instagram. Sekarang gue archieve. Kenapa? Karena udah nggak boleh lihat ke belakang lagi.”

Sebuah hal yang Capricorn sulit lakukan adalah berpikir negatif dan meninggalkan sesuatu yang telah lama melekat pada dia. Tapi malam ini saat beberapa teman baik gue marah besar sama gue dan gue juga memarahi diri gue sendiri, gue menyadari sudah saatnya gue berjalan dan meninggalkan apa yang telah lama mati.

Mungkin sukit untuk menyadari bahwa ternyata kali ini gagal lagi. Akan tetapi setelah seharian bonding sama Nesya & Prima, bicara tentang berapa kali mereka bertemu dan gagal, gue pun mulai sadar bahwa... Namanya sebuah hubungan pasti selalu ada akhirnya. Akhirnya bersatu, berpisah, menikah, putus. Harus ada akhirnya. 

Ngga ada yang pernah tahu kalau 10 tahun setelah gue putus sama mantan pertama gue, kami catch up di Twitter dan main bareng. Sama seperti ngga ada yang pernah tahu kalau di usia gue ke 21 tahun ini gue harus struggling karena punya hubungan sama cowok 19 tahun yang baru pertama kali punya hubungan serius.

Ngga ada yang pernah tahu masa depan, kan?

Jadi yang ada di depan mata sekarang adalah rilis buku, nulis skripsi, regenerasi penerus di kantor, urusin magang dan mulai S2. Udah. Ngga perlu lagi mikirin dia gimana sama hidupnya, circlenya, bisa nggak catch up sama lingkungannya. Bukan urusan gue dan nggak perlu pusing pusing untuk orang yang bahkan nggak peduli sama struggle hidup gue.

Gue jadi inget, gue pernah protes karena setiap kali pertamanya gue selalu supports dia. Tapi dia nggak pernah supports gue. Terus dia bilang, “ya kalo lo susah sih gapapa, biarin aja. Lo pasti bisa kok lewatinnya. Udah biasa kan?”

Jadi gue tunggu satu text dia atau satu ucapan dia semangatin gue buat ujian final Art Showcase gue kemarin.. Tapi dia nggak ada. Dia sibuk sama hidupnya dan lewatin gue. Ketika gue yang sibuk sama hidup gue aja masih mikirin dia dan segala projectnya, dia nggak peduli sama gue. Bukan nggak tahu kok dia kalo gue struggle. Tapi dia nggak mau aja semangatin gue.

Bukan sekedar formalitas sih. Tapi that's how I know dia hargain kehadiran gue atau nggak.

Well kembali lagi pada dia yang lebih peduli temen temen dan ego dia daripada gue, atau mungkin ada orang baru lagi yang ngisi hari dia makanya dia hilang tiba tiba?

Kadang gue cuman berdoa, semoga elo nggak pernah ngerasa di posisi gue sekarang. Karena kalau iya, gue nggak tahu deh gimana lo bisa keep up dengan keadaan kaya gini. Lo sayang, tapi lo benci banget sama personaliti orangnya. Itu yang gue rasain.

Dan karena melihat kehadiran lo semakin buat gue sakit, gue memutuskan untuk maju ke depan tanpa menoleh lagi. Udah cukup nggak sih berjuang perbaiki kita tapi lo nya nggak pernah mau? Udah cukup. Hingga akhirnya nanti gue dan elo nggak bertemu lagi dalam waktu dekat, atau malah gue berhasil sama orang lain dan bukannya elo, gue nggak akan menyesal sama sekali. Gue sudah kasih yang terbaik dari yang gue punya untuk lo, tapi elo yang terus menerus menolak bahkan take it for granted.

Padahal gue pertama kalinya bisa jadi diri gue sendiri di depan cowok, tapi.. Dia nggak ngehargain effort gue sama sekali. Well...

It is gonna be your loss, not mine.


1 komentar:

  1. Msh ttg dia ya mbaaa... Smg dpt yg terbaik yaaaa walo entah kapan itu

    BalasHapus

Leave me some comment! Thank you, guys:}

Diberdayakan oleh Blogger.