deleting each other.
Kepada kamu yang memilih untuk saling menghapus satu sama lain; selamat datang dalam dunia yang sejenak terasa damai, namun tetap membuat perih pada akhirnya.
Suatu hari di 2018, ketika instagram mengeluarkan fitur "hide" untuk Insta Story dan juga postingan di feed, I automatically did once for an account. Dia nggak bikin insta story nyampah atau kasih tausiah berlebihan, dia nggak juga promosi MLM atau sebar hate speech semasa kampanye. It's simply because everytime I saw his posting, I'm breaking into pieces.
Gue cuman mau dia lihat gue bahagia dan baik-baik aja. Berkembang sama diri dan hidup gue, punya pengalaman serta achievement baru di sana sini. Tapi gue nggak mau lihat dia karena setiap lihat dia gue selalu ngerasa sakit. Sakit karena tahu dia baik baik aja, sakit karena berpikir kenapa Tuhan nggak membalik balikkan rasa sakit gue ini pada dia.
Apa yang gue dapatkan setelah menghapus dia dari hidup gue? Ketenangan. Rasanya damai dan sakit itu nggak muncul-muncul lagi. Meski beberapakali Tuhan dan alam semesta suka banget gitu becandain gue. Mulai dari tiba-tiba dia harus satu event sama gue, gue harus kerja bareng dia atau dia approach gue buat kerjaan. Oh please, udah dong. Udah!
Tapi ternyata, setelah beberapa lama, menghapus dia dari hidup gue nggak berarti gue sudahlupa akan sakit yang dia kasih sama gue. Sampai akhirnya di Maret 2019 gue memutuskan kembali menulis cerita tentang dia, satu bab aja kok, di buku kelima gue, #IrreplaceableByTipluk yang baru rilis September lalu. Gue mencoba menggali amarah gue yang kelihatannya udah hilang padahal masih sering muncul kalau dia bertingkah yang agak.. nyinggung gue. I bet dia nggak maksud nyinggung gue, it's just his nature.
Namun gue nggak tahu ya, apakah ini karma Tuhan sama gue atau gimana deh.. I'm currently in his position right now. Kenapa gue bisa bilang gitu? Karena akhirnya gue merasakan gimana rasanya gue sayang nih sama satu orang, gue cuman pengen orang itu berkembang lebih baik pake cara gue karena it works on me and several people, tapi gue malah nyakitin dia. Sucks but its true, I bet that's what God had been trying to tell me.
Kalau sebenarnya dia pada masa itu bertahan sama gue yang brengsek hanya karena dia pengen gue jadi orang bener dan kuat --dengan versinya dia. Dia emang brengsek dengan nyakitin gue, tapi despite of what he chose, dia cuman berusaha bantu gue kok.
Dan gue buta akan hal itu, bertahun - tahun, sampe akhirnya gue ngerasain sendiri.
So, Arka Satya and I had already deleted each other. Arka started it out, then I, nggak mau kalah. I deleted him too.
Kalau ditanya gimana perasaannya sekarang? Oh jelas, sakit banget. I've been with him for a long time. Sekarang cuman 2 akun instagram yang menyambungkan kami, itu pun kami saling hide satu sama lain.
But I believe, one day, ketika masanya sudah tiba, dan Arka menyadari bahwa gue nggak pernah berniat nyakitin dia, kita berdua akan berhenti kayak gini. Karena sejujurnya gue rindu sama dia. Ketawa dia, tololnya dia, gimana dia ngertiin gue, gimana dia berusaha jadi sandaran buat gue.
Thankfully, gue masih sober banget untuk inget, how jerk he was to treated me like shit.
Kalo bahasa gaulnya sekarang, I love you deh. But I'm fucking choose me. You won't find someone like me --and you'll realize what you'd thrown away once you found out no one will ever fight this hard for you.
Ihiy, patah hati lagi deh aku.
Suatu hari di 2018, ketika instagram mengeluarkan fitur "hide" untuk Insta Story dan juga postingan di feed, I automatically did once for an account. Dia nggak bikin insta story nyampah atau kasih tausiah berlebihan, dia nggak juga promosi MLM atau sebar hate speech semasa kampanye. It's simply because everytime I saw his posting, I'm breaking into pieces.
Gue cuman mau dia lihat gue bahagia dan baik-baik aja. Berkembang sama diri dan hidup gue, punya pengalaman serta achievement baru di sana sini. Tapi gue nggak mau lihat dia karena setiap lihat dia gue selalu ngerasa sakit. Sakit karena tahu dia baik baik aja, sakit karena berpikir kenapa Tuhan nggak membalik balikkan rasa sakit gue ini pada dia.
Apa yang gue dapatkan setelah menghapus dia dari hidup gue? Ketenangan. Rasanya damai dan sakit itu nggak muncul-muncul lagi. Meski beberapakali Tuhan dan alam semesta suka banget gitu becandain gue. Mulai dari tiba-tiba dia harus satu event sama gue, gue harus kerja bareng dia atau dia approach gue buat kerjaan. Oh please, udah dong. Udah!
Tapi ternyata, setelah beberapa lama, menghapus dia dari hidup gue nggak berarti gue sudahlupa akan sakit yang dia kasih sama gue. Sampai akhirnya di Maret 2019 gue memutuskan kembali menulis cerita tentang dia, satu bab aja kok, di buku kelima gue, #IrreplaceableByTipluk yang baru rilis September lalu. Gue mencoba menggali amarah gue yang kelihatannya udah hilang padahal masih sering muncul kalau dia bertingkah yang agak.. nyinggung gue. I bet dia nggak maksud nyinggung gue, it's just his nature.
Namun gue nggak tahu ya, apakah ini karma Tuhan sama gue atau gimana deh.. I'm currently in his position right now. Kenapa gue bisa bilang gitu? Karena akhirnya gue merasakan gimana rasanya gue sayang nih sama satu orang, gue cuman pengen orang itu berkembang lebih baik pake cara gue karena it works on me and several people, tapi gue malah nyakitin dia. Sucks but its true, I bet that's what God had been trying to tell me.
Kalau sebenarnya dia pada masa itu bertahan sama gue yang brengsek hanya karena dia pengen gue jadi orang bener dan kuat --dengan versinya dia. Dia emang brengsek dengan nyakitin gue, tapi despite of what he chose, dia cuman berusaha bantu gue kok.
Dan gue buta akan hal itu, bertahun - tahun, sampe akhirnya gue ngerasain sendiri.
So, Arka Satya and I had already deleted each other. Arka started it out, then I, nggak mau kalah. I deleted him too.
Kalau ditanya gimana perasaannya sekarang? Oh jelas, sakit banget. I've been with him for a long time. Sekarang cuman 2 akun instagram yang menyambungkan kami, itu pun kami saling hide satu sama lain.
But I believe, one day, ketika masanya sudah tiba, dan Arka menyadari bahwa gue nggak pernah berniat nyakitin dia, kita berdua akan berhenti kayak gini. Karena sejujurnya gue rindu sama dia. Ketawa dia, tololnya dia, gimana dia ngertiin gue, gimana dia berusaha jadi sandaran buat gue.
Thankfully, gue masih sober banget untuk inget, how jerk he was to treated me like shit.
Kalo bahasa gaulnya sekarang, I love you deh. But I'm fucking choose me. You won't find someone like me --and you'll realize what you'd thrown away once you found out no one will ever fight this hard for you.
Ihiy, patah hati lagi deh aku.
mungkin butuh waktu ya
BalasHapusSemakin berusaha melupakan.. Ttp aja ga bisa yaa
BalasHapusWaduuuhhh lg broken heart kayaknya...
BalasHapusSemangat ya aku tahu ini berat tapi dunia ini terasa sempit kalau cuma mikirin satu orang. Padahal dunia ini luas loh..lebih baik traveling sejenak untuk lebih melihat dan membuka diri