Before We Begin The Series: Love Die Young
“Solar, tunggu!” Seru Eric sambil mengejar kekasihnya. Namun sekeras apapun usaha Eric memanggil Solar, perempuan itu tidak berbalik sama sekali. Ia terus berjalan meninggalkan Eric, menyusuri jalanan ramai menuju apartemennya dan tidak menghiraukan Eric sama sekali.
“Kim Yongsun!” Seru Eric lagi dengan suaranya yang hampir tercekik. Ia berjalan lebih cepat hingga kini posisinya hanya beberapa langkah dari Solar. Tidak peduli sekeras apapun Eric mencoba memanggil Solar, perempuan itu tetap tidak berbalik. Hingga Eric akhirnya meraih lengan kanan Solar yang membuat perempuan itu berhenti berjalan.
“Solar..”
“Pu.. Pulang..” Ujar Solar sambil mencoba melepaskan tangan Eric yang menggenggamnya. Pipinya yang basah dan suaranya yang serak membuat Eric memutuskan membawa perempuan itu ke pelukannya.
Solar mengerang, “jangan gini… Pulang... Rame banget… Huhuhu..”
“Kita pakai masker. Nggakpapa, Yongsun..” Jawab Eric mencoba untuk menenangkan Solar. Ia membelai rambut Solar. Kejadian tadi jelas membuat Solar kaget setengah mati. Eric tidak berani berkomentar lebih banyak, tapi ia tahu, Solar sangat terpukul.
“Oppa pergi aja. Tinggalin aku.” Sahut Solar dalam tangisnya.
“Nggak. Ngomong apa sih kamu?”
Solar menatap Eric dengan matanya yang sembab, “kamu lihat sendiri kan bagaimana dunia kejam sama kita berdua? Kamu harus terima hal kayak gitu karena aku dan aku nggak pura-pura nggak lihat itu!”
“Kita ngak bisa bikin semua orang suka sama kita, Solar… Untuk sama kamu ya ini konsekuensinya. Aku terima.”
Solar melepaskan pelukan, “aku yang nggak bisa.”
“Yongsun…” Eric mencoba meraih Solar kembali, namun perempuan itu langsung mundur selangkah.
“Aku mau sendiri.”
Solar kemudian meninggalkan Eric yang terpaku di tempatnya. Solar berlari memasuki apartemennya sembari menangis. Sementara Eric setelah sekian lama akhirnya merasakan hatinya kembali teriris.
Eric melepas maskernya, membuangnya ke tong sampah dengan kasar sambil menggeram. Matanya terus menatap apartemen Solar yang hanya berjarak beberapa langkah darinya.
Kenapa kita jadi begini, Yongsun?
***
Bukan malam minggu kalau Eric tidak menyempatkan waktunya untuk sekedar video call sekitar setengah jam bersama kedua adiknya. Sejak Eddie resmi menjadi manajernya dan Brian menjadi CEO dari Dive Studios, sesi ngobrol Nam Brothers di malam minggu sering berubah menjadi meeting colongan. Eric tidak pernah mau kebiasaan ini dihilangkan meski seminggu saja karena ia menganut kepercayaan family before anything. Tidak ada satupun yang disembunyikan di antara mereka bertiga, apalagi tentang hubungan asmara masing-masing.
Malam ini mereka kembali melakukan video call setelah Eric pergi seharian tanpa kabar. Eddie yang sedang di America pun agak sulit bicara pada kakaknya padahal ia butuh segera konfirmasi jadwal rekaman untuk kolaborasi Eric yang terbaru. Sementara Brian yang sedang di Korea dan tinggal serumah dengan Eric pun sepanjang minggu terus menerus ditinggal oleh kakaknya. Brian duduk di samping Eric sambil menyalakan iMac-nya, sementara kakaknya duduk di belakangnya dengan MacBook yang ia taruh di pahanya.
Jadi ketika malam ini Eric bersikap lebih jahil daripada biasanya, kedua adiknya tahu bahwa ada sesuatu hal yang terjadi pada kakaknya. Tidak biasanya Eric seperti itu kecuali sedang uring-uringan tentang suatu hal.
“Eric, please, you annoyed me too much.” Kata Eddie kesal sementara yang ditegur tetap ketawa ketiwi sendiri.
“Dia jadi gila sejak punya pacar.” Sahut Brian menanggapi.
“Atau… Sekarang tiba-tiba nggak punya pacar lagi?”
Eric diam bergeming, mencoba tidak mendengar apa yang dikatakan oleh adik-adiknya dan melupakan apa yang terjadi beberapa hari yang lalu. Ia mencoba untuk tidak mengingat juga bahwa hingga detik ini Solar masih tidak mau menerima telponnya atau membalas pesannya. Bahkan ia juga mencoba pura-pura tidak bertemu dengan member Mamamoo tadi sore dan melupakan isi percakapan mereka.
Brian bergidik ngeri, “nah lho, Hyung diem lagi.”
“Please geli banget, Bri…”
“Emang udah pantes kali aku dipanggil Hyung.” Sahut Eric menanggapi seadanya.
“What’s up Bro?” Tanya Eddie pelan.
“Kalo kamu di sini, pasti kamu bisa lihat seberapa kusutnya Hyung.” Kata Brian sambil menyentuh bahu Eric. Eric menoleh lalu mendorong bahu adiknya.
“Berisik ah, Brian! Jadi gimana? Kapan aku kolaborasi bareng Wendy Red Velvet?”
“OH! FIX! Ini galau karena Solar!” Seru Eddie sambil memukul mejanya. Brian mengangguk mengiyakan, “kebiasaan kalo galau langsung ngomongin kerjaan.”
“Maklum hidup Eric kan cuman kerja, kerja dan kerja.”
“Makanya aneh kenapa bisa pacaran sama Yongsun Unnie ampe selama ini.”
“Sampe udah bawa Solar ke rumah lagi.”
“Nginep di rumah lagi. Bayarin tiket Yongsun Unnie ke Atlanta. Dasaar bucin!”
“Iya! Budak cinta!”
Wajah Eric benar benar kusut saat ini. Ia mengerutkan dahinya lalu berkata, “sumpah ini kali pertama aku pengen matiin telpon karena kalian berisik banget.”
“Ada apa sih, Hyung?” Tanya Brian sambil menatap Eric yang ada di sampingnya.
“Kalian udah suka banget ya sama Solar?” Wajah Eric berubah khawatir sekarang.
Eddie mengangguk, “pacar kamu nggak ada yang seseru Solar.”
“Yongsun Unnie suka kirimin aku makanan dan… she’s totally one of a kind, you know? So I like her.” Kata Brian dengan logat Atlantanya yang kental.
Eric menghela napas dalam.
“Aku kira terakhir kita di Atlanta kamu bilang mau ngelamar Solar..”
“Tadinya sih gitu.” Jawab Eric pelan, “tapi kayaknya nggak akan mungkin.”
“Masih karena haters itu ya?” Tanya Brian hati-hati.
“Sumpah aku nggak ngerti kenapa Solar bener-bener bermasalah sama hal itu. Aku aja nggakpapa kok. Aku bisa nerima ini—“
Brian menggeleng, “bohong. Aku tahu insomnia kamu kambuh lagi. Kamu mikirin ini kan?”
“Aku udah nggak mau komentar…” Sahut Eddie sambil angkat tangan, “dari sebelum kalian mulai ini juga aku udah ingetin, banyak banget resiko pacaran sama idol. Fans Solar kan gila banget. Tapi kamu naksir dia dan kamu udah lama nggak mulai sama siapapun, ya aku dukunglah. Back before you guys begin, we both exactly know that it won’t work out in this kind of situation, right?”
“Ya terus gimana? Aku sayang banget sama dia… Aku nggak mau kehilangan Solar.”
“Tapi percuma Hyung kalo cuman satu pihak yang berjuang.. Pasti ujung-ujungnya pisah juga. Lagi pula Yongsun Unnie ada benarnya juga. Dia juga tahu kamu pasti menderita dan karena dia sayang sama kamu, daripada semua ini semakin menghancurkan kalian berdua, lebih baik pisah aja…”
***
Eric menatap WheeIn dalam-dalam hingga perempuan itu merasa terintimidasi dan akhirnya mau bicara. Ia berujar, “Unnie nangis terus. Dia nggak baik-baik aja. Dia butuh kamu.. Tapi dia nggak mau nyakitin kamu. Udah terlalu sering kalian berantem karena masalah ini dan dia ngerasa udah nggak baik buat kalian berdua…”
“Sial.. Aku tahu akan sulit kalau memulai dengan Solar, tapi aku nggak terbayang akan bikin Solar sesakit ini. Aku nggak mau nyakitin Solar.. Tapi aku nggak mau tanpa dia. Aku sayang Solar… Kalian tahu kan?”
MoonByul dan Hye-jin mengangguk bersamaan, sementara WheeIn meraih tangan Eric.
“Ric-hyung sayang kan sama Yongsun Unnie?” Tanya WheeIn pelan. Eric menatap perempuan itu lalu mengangguk yakin.
“Banget.”
“Then let her go, Hyung.” Sahut Hye-jin.
“Chakkaman... Kenapa? Kenapa nggak ada yang dukung aku perjuangin Solar?”
MoonByul menggeleng, “karena kalian berdua akan terus nyakitin satu sama lain, kalian akan sama-sama ingin menyelamatkan satu sama lain dengan mengorbankan diri sendiri —dan kamu tau kan semua perang ‘siapa-paling-salah-di hubungan-ini’ nggak akan berakhir dengan Yongsun Unnie yang sebegitu keras kepalanya?”
“I only want her to stay… Is it too much to ask?”
Ketiga perempuan itu hanya melihat Eric tanpa berkata apa-apa.
Sementara hati Eric sudah tidak karuan rasanya.
Kalau Solar sudah menyerah, apakah Eric bisa menyelamatkan hubungan mereka?
Maybe I'm the one that we should blame
For never thinking we'd end up this way
I don't need answers I need you to stay, stay
Please don't let this love die young
Please don't let this love die young
If I'm gonna lose someone
Don't let it be you
Tidak ada komentar:
Leave me some comment! Thank you, guys:}