Before We Begin The Series: No Shame / Honestly


Solar merebahkan dirinya ke sofa tanpa melepas mantelnya. Ia menutup matanya sembali menarik napas cukup panjang. Beberapa hari terakhir terasa lebih melelahkan daripada biasanya. Padahal kegiatannya masih sama; latihan, pergi ke talkshow, photoshoot, yoga di rumah dan memikirkan Eric…
Solar langsung terkesiap saat mendengar lagu yang terputar di earphone-nya saat ini. Buru buru ia melihat handphone-nya dan memastikan bahwa semesta tidak lagi bercanda dengannya. Tapi sepertinya Solar harus membayar dosa dosanya sehingga lelaki itu akan terus menghantuinya.
Lantunan lagu terbaru Eric memenuhi kepalanya. Solar memutuskan untuk menyandarkan dirinya kembali ke sofa sambil memejamkan matanya. Eric… Apa kabar setelah malam itu? Tidak ada satupun pesan Eric yang Solar balas –bahkan hingga akhirnya tidak ada lagi pesan yang datang dari laki-laki itu. Apakah Eric sudah menyerah?
Solar tersenyum sinis.
“Lebih baik kamu menyerah.”
Solar masih ingat wajah Eric saat ia menghampiri mantan pacarnya itu di ruang ganti. Seluruh mata tertuju kepada Solar, tetapi ia terus berjalan tanpa ragu. Padahal program WGM telah berakhir sangat lama dan tidak ada alasan lain untuk Solar perhatian kepada Eric. Hanya saja ia tidak tahan lagi. Ia ingin semuanya berakhir.
Ia tidak ingin menyakiti Eric lebih lama lagi.

***


“Yongsun-ah!” Eric menyapa Solar dengan senyum lebar. Solar tersenyum sembari memasuki ruangan Eric. Ia membawa bunga di tangannya lalu menyodorkannya kepada Eric. Tetapi laki-laki itu tampaknya tidak mau menunggu lebih lama lagi. Jadi ia menarik tangan Solar dan membawa perempuan itu ke dalam dekapannya. Riuh sorak sorai dari staff Eric pun mengisi ruangan itu. Sementara Solar, seperti biasa, tidak tahu harus bagaimana. Ia tidak bisa menunjukkan afeksi apapun untuk Eric di depan banyak orang.
“Omoo, Eric Oppa jangan PDA gini. Aku nggak punya pacar!” Sahut salah satu dancer Eric.
Hyuung asyik banget selesai kerja ada yang bisa dimanja-manja.”
Eric tertawa kecil, “sirik deh hahaha.”
Manajer perempuan Eric, Naeun mencoba menenangkan situasi, “kok ribut? Ayo lanjut beres-beres lalu pulang. We’ve got a lot of work tomorrow.”
Yes, Ma’am!” Seru semua orang di dalam ruangan. Mereka kembali kepada aktivitas masing-masing, sementara Naeun menghampiri Eric dan Solar. “Oppa, jangan peluk-peluk Unnie di luar ya. Pusing aku hadepin Dispatch.”
Solar tertawa nyinyir, “tuh Oppa.. Dengerin! Banyak yang ribet kalo kamu gini terus.”
“Bentar aja.” Jawab Eric sambil terus memeluk Solar erat tanpa mengindahkan teguran manajernya.
“Haduh.” Naeun menghela napas, “Yongsun Unnie terima kasih sudah datang di stage pertama ‘Honestly’. Oppa nggak bisa berhenti ngomongin Unnie tau! Aku pusing banget dengernya, nggak ada Eddie yang bisa bantu aku.”
“Eddie lagi ada urusan sama Britt ya? Hahaha iya dong aku pasti datang. Masa sih dia ngomongin aku? Tapi dia nggak chat aku tuh?” Sahut Solar sambil melepaskan pelukan Eric.
Eric tersipu, “kalo aku udah kerja kan nggak buka personal chat hehehe.”
“Kebiasaan.” Jawab Solar bete.
“Ini buat aku?” Tanya Eric mengalihkan fokus Solar. Ia menunjuk buket bunga yang sedari tadi ia pegang. Solar menggeleng, “buat Naeun. Ambil ini ya.”



Eric sontak berubah kecewa sementara managernya tertawa terbahak-bahak sembari meraih buket bunga itu dari tangan Eric, “hahaha emang cuman Unnie yang bisa begini!”
“Iyalah siapa lagi pacar Eric.” Jawab Solar.
“Ah, kalian nanti aku antar ya. Unnie naik ke mobil duluan dari basement, biar Oppa sapa Namnation dulu di luar. Kalian ke apartemen Unnie kan?” Tanya Naeun sambil meraih tasnya yang berada di meja rias.
Eric mengangguk kecil, namun Solar dengan cepat meralatnya, “kita ke apartemen Eric aja.”
“Tumben?” Tanya Eric heran.
“Aku mau makan masakan kamu. Masih kuat kan masakin aku?”
Eric tertawa kecil, “harusnya kamu tau yang masakin aku.”
Aniya, aku mau kamu yang masak hehehe.”



Call! Kita pulang ya. But wait, let me pack my things first.”
Solar mengangguk kecil, “sure.”



“Omooo! Uri Solar can speak English well now?” Eric menggoda Solar sambil mencolek pipi kekasihnya tersebut. Solar menggeleng lalu berbalik badan menghadap TV yang ada di ruangan tersebut. Kepalanya berisi satu kalimat.
Let’s break up, Yundo-ah.

***
Unnie, kamu nggak putusin Ric-hyung gara-gara kami kan?” Tanya MoonByul dengan raut wajahnya yang sangat bersalah. Solar tidak menggubris pertanyaan teman sekaligus membernya itu. Ia sibuk dengan pikirannya dan lagu Eric yang mengalun lembut di telinganya.

Let’s break up, those words are so cruel
I open my mouth but I swallow it back in, why can’t I say it?

Kenapa aku bisa mutusin kamu sih, Yundo?
Pertanyaan itu terus memenuhi kepala Solar hingga ia tidak ingin membuka matanya lagi. Karena ketika ia sudah tidak ada di lingkungan kerja dan hanya duduk-duduk seperti ini bersama membernya, ia yakin tidak akan bisa mengontrol perasaannya. Terdengar Hye-jin memasuki apartemen Solar diikuti dengan gesekan kantung plastik yang ia bawa. Sementara itu WheeIn duduk di samping Solar dan langsung memeluknya.
“Kalaupun karena kita, aku rasa Unnie hanya ingin melakukan yang terbaik untuk semua orang. Mungkin memang belum jalannya lebih lanjut dengan Hyung-boo.”
“Lagian semua ini karena Byul nggak rela Unnie sama Eric.” Sahut Hye-jin sambil cengengesan.
MoonByul tertawa terbahak, “selamanya aku nggak rela kalo Unnie jadiannya sama Eddie.”
“Eddie punya pacar, Unnie..” Kata WheeIn sambil memelototi kakak perempuannya itu. MoonByul mengangkat kedua bahunya lalu berujar, “cinta, WheeIn. Aku nggak bisa kontrol.”
“Tapi emang omongan di luar semakin ganas ketika Unnie disangkut pautkan dengan Eric. Itu nggak cuman ke Unnie saja, tapi Eric juga kena. Sementara kalo Unnie kena bash, ya kita semua juga kena karena kita satu paket. Selain itu Unnie nggak suka lihat fans kita dan Eric bertengkar untuk sesuatu hal yang nggak bisa dijelaskan di publik. Jadi Unnie memilih untuk mengakhiri dengan Eric dan menutup semua pintu pertanyaan yang berhubungan dengan itu. Menurutku Unnie benar benar leader yang sangat bertanggung jawab!” Seru Hye-jin sambil memeluk Solar, “jangan nangis terus.. Kamu sudah memilih dan setiap pilihan pasti ada resikonya. Tidak apa apa, Unnie. Kalau memang berjodoh, di waktunya nanti kalian pasti akan ketemu lagi.”
Solar mencoba menahan air matanya yang sudah ada di ujung matanya.
Akankah ada kesempatan untuk kembali dengan Eric?

***

Dalam dekapan Eric, Solar memejamkan matanya. Ia membiarkan Eric memeluknya dari belakang sambil membelai rambutnya. Sesuatu yang tidak akan pernah terjadi di WGM ataupun di depan banyak orang –betapa sebenarnya Kim Yongsun sangat manja kepada Nam Yundo. Sesekali Eric mencium pucuk kepala Solar sambil tetap menonton film di layar TV-nya.
“Kamu mau nginep?” Tanya Eric dengan hati-hati.
Solar menggeleng, “aku harus pulang. Tapi bentar aja biarin aku gini dulu.”
Eric mengangguk mengiyakan lalu kembali membelai rambut Solar. Beberapa saat kemudian Solar merubah posisi kepalanya. Kini wajahnya dan Eric saling berhadapan. Eric menyentuh pipi Solar lalu dibalas oleh senyuman kecil dari pacarnya itu. Setelah itu, ia mendekatkan wajahnya pada wajah Solar dengan sangat hat-hati. Mata mereka saling bertatapan seakan bicara pada satu sama lain. Kemudian bibir Eric pun mendarat dengan lembut di bibir Solar.
Solar bersumpah, ini bukan kali pertama mereka berciuman. Namun mengapa rasanya begitu memabukkan? Seperti Eric memberikan cintanya lebih besar lagi lewat sentuhannya pada Solar. Solar membalas ciuman Eric dan mengigit bibir bawah Eric. Mereka tertawa kecil lalu kembali menikmati bibir satu sama lain.
Mereka seakan dua orang yang sangat bahagia di dunia.
Namun seakan adalah sebuah kata pengandaian.
Karena pada akhirnya Solar pun berani memutuskan.
Ia harus berani mengatakan, sebelum mereka memulai sesuatu lebih jauh dari apa yang mereka miliki saat ini.
Setelah memberikan kecupan terakhir, Eric menarik wajahnya menjauhi Solar lalu tersenyum malu layaknya seorang laki-laki yang sedang dimabuk asmara. Sementara mata Solar kini berubah menatapnya dengan nanar.
“Kenapa?” Tanya Eric khawatir.
Solar bangkit dari duduknya lalu meraih tangan Eric.
“Bibir kamu sakit ya? Aku tadi gigit ya?”
Solar menggeleng, “nggak…”
“Terus kenapa tatapan kamu kayak gitu?”
“Yundo Oppa…”
Seketika Eric sadar apa yang akan Solar katakan selanjutnya. Ia menggenggam jemari Solar lebih erat lalu berujar, “Solar.. Nggak…”
“Oppa.. Kita sama-sama tahu. Kita akan lelah gini terus.” Sahut Solar dengan suaranya yang lemah.
“Nggak gitu, Yongsun! Aku nggak lelah sama kamu… Kita nggak bisa nyerah.”
“Ayo kita putus aja, Oppa..”

I do love you but I’m a bit tired
I’m too scared to hurt you
I’m not being nice, I’m doing this for myself
This lie of saying I still love you

I loved you but now I’m tired
Baby I need you to say something, say something
You know it’s over too
Baby I need you to say something, say something

***

Setiap kali memasuki mobilnya, Eric langsung membatu. Ia tidak akan bicara dan sibuk mendengarkan lagu. Terkadang ia membuka handphone-nya untuk membalas beberapa pesan. Di lain waktu ia menyalakan kameranya dan memotret apapun yang ada di jalan. Sudah tiga minggu dari hari di mana Solar memutuskannya, tapi semakin hari bukannya semakin terbiasa, ia malah tidak bisa menghentikan luka yang berada di mana-mana.
Brian yang hari ini menjemput Eric pun sesekali menyentuh kakaknya. Namun tidak ada respon apa-apa dari Eric. Bahkan ketika Brian mengambil potato chips yang sedang Eric makan pun ia tidak mendapat teriakan apapun dari kakaknya.
Eric benar-benar patah hati.
Sementara itu, Eddie yang duduk di depan sambil menyetir mencoba membuka percakapan.
“Mama kemarin telpon, Papa mau beli kucing di rumah.”
Brian mengerutkan dahinya, “kenapa? Kenapa kucing? Kita kan udah punya Rocky.”
“Tapi Rocky anakku!”
“Ya tapi tetep keluarga kita kan?” Tanya Brian tidak mau kalah.
“Bener juga sih…”
“Mama nggak ada niatan ke Seoul, Hyung?”
Hajimaaa! Jangan panggil aku Hyung, please. Bro, you need to stop it!” Seru Eddie geli.
“Aduh, Eric aja nggakpapa kok. Iya kan?” Tanya Brian sambil menyenggol kakaknya dengan siku. Tanpa melirik Brian, Eric menarik selimut yang ada dipangkuannya lalu menutup kepalanya.
“Ah, Eric.. Please, wake up. It’s 2018! Mana ada cowok galau gini habis diputusin?” Tanya Brian sambil menyandarkan dirinya ke jok kursinya.
Eddie menggeleng, “sayang banget breakup song kali ini Eric nggak bisa minta mantannya pergi, karena dia yang ditinggalin hahahaha.”
“Ah, mending nulis lagu, Hyung! Daripada kamu gini terus.”
“Eric… Solar begitu kan demi kamu juga. Udahlah, cheer up baby kaya lagu Twice.”
“Omo, girlband JYP yang cantik cantik itu ya?” Tanya Brian sambil cengengesan.
“Kalo ngomongin cewek aja cepet!” Seru Eddie nyinyir.
“Yeee! Kan aku masih jomblo!”
Meski kedua adiknya sedang bercanda gurau seperti ini, namun Eric tidak bisa ikut terbawa suasana dengan mereka. Hatinya masih terlalu dingin sambil terus memikirkan bagaimana menerima kenyataan bahwa Yongsun, perempuan yang begitu dia kagumi, sudah tidak lagi jadi miliknya.
Sembari mendengarkan lagu Endless Love yang ia nyanyikan bersama Solar dipernikahan mereka, Eric menghela napas begitu dalam. Apakah ini memang yang terbaik untuk mereka berdua? Apakah Solar akan bahagia kalau mereka berpisah seperti ini? Apakah Eric akan tidak terlalu sakit bila dia yang menyadari semua ini dan memutuskan Solar lebih dulu? Atau… Apakah semua ini lebih baik tidak pernah dimulai dari awal?
Eric menggeram kesal menyadari dirinya mempertanyakan hal-hal tersebut. Hal yang mustahil akan ia dapatkan jawabannya karena hingga saat ini tidak ada satupun pesan dari Solar di handphone-nya. Solar menghilang bagai 2 tahun kemarin tidak ada artinya untuk mereka. Namun satu hal yang sudah pasti jawabannya…
Apapun yang terjadi, Eric tidak akan berhenti merindukan Solar.

Wish I could hurt you the way that you hurt me too
Baby, I need you to say something, say something
I bet you don't feel this, how can you be so cruel?
Baby, I need you to say something, say something





Tidak ada komentar:

Leave me some comment! Thank you, guys:}

Diberdayakan oleh Blogger.