Before We Begin The Series : Runaway



JANUARI 2018
Solar memasuki mobil Eric secara terburu-buru sambil menutupi wajahnya. Ia paling tidak suka bila bertemu dengan Eric ketika tidak memakai make up. Namun Eric memaksanya untuk bertemu karena Solar terus murung beberapa hari ini.
Jam tangannya menunjukkan pukul 2 pagi waktu Korea Selatan. Diliriknya wajah Eric yang begitu lelah setelah latihan namun masih mau datang sambil membawa satu kotak es krim vanilla kesukaan Solar. Kalau sudah begini, Solar hanya bisa menyandarkan dirinya ke bahu Eric sambil mengunyah es krimnya.
“Udah ya, jangan nangis. Aku pergi cuman sebentar kok.”
“Kita nggak ketemu mulu. Ya aku tahu sih, kita pasti begini. Tapi tetep aja kecewa..”
Eric tersenyum, “yaudah, hari ini kan aku sama kamu.”
“Tapi ini jam 2 pagi, Eric!” Seru Solar tegas.
“Ya terus kenapa?”
“Nggak ada orang baru mulai nge-date jam segini.”
“Ada kok.”
Solar menaikkan alisnya, “siapa?”
“Kita.” Sahut Eric sambil mencium pucuk kepala Solar, “kapanpun, di manapun, jam berapapun, kalau aku bisa, aku nggak akan melewatkan itu. Aku akan selalu ada buat kamu dan bawa kamu kemana pun yang kamu mau. Asal kamu senyum lagi…”

So let’s runaway, runaway
When everyone else is asleep
To wherever your heart wants to be

***


MARET 2018


“Setelah ini kita makan American Barbecue, kan?” Tanya Solar dengan wajahnya yang penuh harap. Eric tidak menjawab apapun kepada pacarnya. Ia tetap fokus menyetir sambil mengikuti alunan lagu yang terdengar dari pemutar musik di mobilnya.


“Aaaah, Oppa! Jawab!”
Sebuah pukulan melayang ke bahu Eric. Eric menoleh dan mendapati wajah Solar yang sudah bete. Dia sontak tertawa terbahak-bahak.
“Hahaha chakkaman... Chagiya, kamu habis makan pizza lho. Belum lagi es krim tadi. Terus makan pancake juga. Kamu nggak kenyang-kenyang?”
Solar cemberut sambil menggeleng, “I’m at Atlanta, you know?”
“Omooo… Uri Solar kenapa jadi native speaker gini?” Eric berdecak kagum mendengar Solar yang mempraktekkan Bahasa Inggrisnya dengan baik.
“Jadi kita lanjut makan, kan?”


“Kamu ke Atlanta cuman mau makan ya?”
Solar mengalihkan pandangannya ke arah kiri, menerawang jauh pada matahari yang terbenam. “Aku laper. Kamu tega aku kelaperan?”
“Bukannya kalo kelaperan sama aku harusnya tetap menyenangkan? Nggak ya?”
Solar mencibir Eric, “sumpah geli banget. Coba deh ngomong depan kaca.”
“Iya iyaaa kita makan ya, Sayang.” Jawab Eric sambil mengacak-acak rambut Solar, “jangan ngambek. Bentar lagi kita pulang ke Seoul.”
“Ah iya! Aku belum beli oleh-oleh buat anak-anak.”
“Nanti kita cari ya. Yang penting buat Ibu udah ada.”
Solar sontak terdiam mendengar Eric memanggil Ibunya dengan panggilan Ibu. Meski sudah 2 tahun mereka berhubungan, namun Solar seakan belum terbiasa dengan segala perhatian kecil yang diberikan oleh Eric.
“Kenapa?” Tanya Eric dengan nada khawatir.
Akhir-akhir ini Eric semakin hati-hati kepada Solar karena ia tahu perempuan ini akan melakukan segala hal dengan implusif. Beberapa hari yang lalu saat mereka baru datang dan Solar menangis sejadi-jadinya, Eric sudah siap dengan drama-drama lainnya di masa depan. Meski begitu, Eric tahu apa yang Solar lakukan semata-mata karena dia peduli pada semua orang yang ia sayangi –termasuk pacarnya, Eric Nam.
Aniya.. Aku malu.” Jawab Solar sambil menutupi wajahnya.
“Hahaha apa sih? Gara-gara aku manggil Ibu?”
Solar mengangguk kecil, “masih aja deg-degan sampe sekarang. Aku nggak nyangka tahu akhirnya akan sama kamu. Aku kira itu semua cuman bagian dari pekerjaan –tapi kamu emang beneran tulus sayang sama aku.”
“Cieee, udah berani bahas kayak gini. Hahaha. Dulu di WGM, mereka sebenarnya cuman arahin kita buat lebih membuka diri satu sama lain. Jujur susah banget bikin kamu bisa nyaman sama aku.”
“Bukan! Bukan kamu nggak bisa bikin aku nyaman.”
Eric menaikkan alis kanannya, “terus?”
“Aku malu… Kalo lagi perform dan jadi diri sendiri di dunia nyata itu beda, tahu! Aku malu sama kamu, sama orang-orang yang nonton kita.”
“Terus kenapa akhirnya kamu mau sama aku?” Tanya Eric menyelidik.
Solar mengangguk-angguk, “ya.. Ya gitu.”
Andwaeee, nggak ada nih jawaban kayak gini hahaha.”
“Kalo kamu sendiri kenapa?”
“Kenapa apanya?” Tanya Eric sambil mengecilkan volume musik di mobilnya.
“Itu… Kenapa aku?”
Eric menoleh lalu tersenyum kecil, “kamu itu kaya sebuah tempat yang cantik, tapi bukan untuk singgah, melainkan untuk menetap. Jadi wajar kalau ngejernya susah.”
Solar pun tersipu malu mendengar jawaban Eric.
“Kamu sendiri kenapa mau sama aku?”
“Karena.. Apa ya…” Solar menyeka rambutnya, membuat berbagai gerakan supaya menyembunyikan rasa gugupnya.
“Apaaa?” Eric tertawa geli.
“Aku selalu ngerasa dijaga sama kamu, Oppa. Apapun yang terjadi, rasanya selalu nyaman karena kamu pasti lindungin aku. Kamu selalu menghargai apapun yang aku mau, mendukung usaha aku tanpa ikut campur dan nggak pernah hilang.. Selalu ada kalau aku butuh bantuan. Walau pasti akan banyak hal yang menghalangi kita, tapi akan ada juga hal baik yang dukung kita. Jadi semoga kita bisa terus bareng-bareng dan melakukan semua hal yang kita suka…”
Eric terdiam. Telinganya memerah.
“Omooo! Jangan geer gitu aaah! Hahaha.” Solar tertawa lepas, mencoba mencairkan suasana sambil memukul lengan Eric lagi. Eric tidak menjawab apa-apa, ia sibuk terkesima dan kehilangan kata-kata.
“Oppaa! Ngomong sesuatu dooong.”
“Mau denger aku bilang apa?”
“Apa aja! Jangan diem dong, aku malu niiih.”
Eric tertawa lepas, “hahaha kenapa malu sih? Emangnya enggak pake baju…”
“Aaah rese banget sih!”

***

FEBRUARI 2019



Naeun menyodorkan botol minum Eric sambil tertawa kecil, “bagus juga lirik lagu ‘Runaway’ diganti jadi Bahasa Korea. Nggak sia-sia kita sampai ke Nashville buat rekaman.”
Eric hanya tersenyum tipis sambil meraih botol minum dari Naeun.
Sementara itu Eddie datang dengan sekaleng coca cola di tangannya, “I know right? It’s gonna be a lit! Akhirnya seorang Eric Nam kembali dengan lagu cinta yang bahagia. I’m sick of break up songs, you know?”
Naeun tertawa kecil.
“Lirik Bahasa Inggrisnya juga bagus kok.” Ujar Eric sambil memainkan handphone-nya.
Eddie mengangguk-angguk, “setuju sih. Liriknya sangat powerful. Kayak dukung orang buat sadar situasi dan nggak jadi bucin aja! Kalo udah dibuang terus suatu hari dia minta balikan, ya jangan mau dooong.”
Tawa Naeun dan Eddie pun pecah seketika, sementara Eric melirik nyinyir kepada adiknya, “you said you like her, ya!”
I dooo!” Seru Eddie, “I do love her. Who could resist her charm? No one. Literally no one! Even Rocky fell for her through video call. Iya kan, Naeun?”
Naeun mengiyakan, “Eddie cuman berusaha ingetin kamu buat.. Move on.”
I did!” Seru Eric dengan suaranya yang nyaring.
Naeun dan Eddie saling bertatapan lalu serentak berujar, “no. You still love her.”
Skakmat.
Eric tidak bisa menyangkalnya kali ini.
Chakkaman..” Eric menahan tawa serta rasa malunya, “masih sayang sama dia bukan berarti belum move on, lho? Aku jelas udah jalanin hidup seperti biasanya dan nggak nyari kabar tentang dia. Tapi bukan berarti udah nggak sayang juga. Lagi pula kami baru pisah setahun..”
“Bahkan kemarin ketika ketemu di acara musik, kalian berdua cuman bisa senyum canggung satu sama lain. Lalu setelah itu kamu nonton perfom Solar berkali-kali di rumah dan bahkan nggak pakai earphone lagi. You let everyone know that you miss her too bad. Mana yang disebut move on?”
Eric mengerang, “Aaaaaah! Eddie! Kamu kan inget aku dan Solar punya perjanjian untuk nggak terlalu terbuka di muka umum.”
If she loves you, she will be so proud of you, Oppa.” Ujar Naeun sambil duduk di hadapan Eric.
Well... The situation isn’t that good…”
Eric kemudian bangkit dari duduknya dan memutuskan untuk mengabaikan Naeun dan Eddie yang masih mendiskusikan hubungannya dengan Solar. Eric benar-benar sedang belajar untuk tidak lagi membicarakan hal itu meski dengan orang-orang di sekitarnya. Ia juga sudah lama tidak pernah menunjukkan bahwa dia masih ingin mencari tahu tentang Solar.
Karena jika Eric masih membiarkan dirinya mencari tahu tentang Solar, dia akan terus berharap bahwa akan ada hal baik lainnya yang datang di antara mereka. Sementara Eric sudah berhenti percaya pada harapan. Ia juga tidak mau dirinya melanggar apa yang selama ini dia percaya; dia ingin hidup tanpa penyesalan. Maka dia tidak akan memberikan kesempatan untuk dirinya sampai merasakan hal tersebut.
Eric mencoba mengalihkan pikirannya dengan membuka Instagram. Mencari tahu informasi baru dan hal-hal lucu akan membantunya melupakan Solar. Namun semesta memang senang bercanda dengan Eric. Sebuah foto muncul di Instagram explore-nya dengan sebuah caption yang jelas membuatnya panik setengah mati.
Dengan setengah berteriak, ia berkata, “hari ini tanggal berapa, Naeun?”
“21 Februari, Oppa.”
Lutut Eric lemas seketika.
Namun jemari tangannya menari-nari dan mencari nama yang ingin sekali ia lupakan. Namun semakin ia berusaha, semakin ingatan akan sosok itu terus menghantuinya. Eric lalu mengetikkan sesuatu dengan tergesa-gesa. Kemudian ia melempar handphone-nya ke sofa dan bergegas menuju dapur apartemen sewaannya.
“Aku mau masak. Ada yang mau makan?”
Setelah itu Eric tidak berani melihat handphone-nya lagi.


***

JULI 2019

“Selamat ya Ric-hyung! Lagu kamu baguuuus bangeeeet!” Sahut MoonByul saat dirinya dan Eric baru saja selesai shooting sebuah variety show.
Eric tersipu malu, “jujur aku takut banget rilis ‘Runaway’ tahu, Byul.”



Omo, wae Oppa? Jelas-jelas lagunya catchy banget dan.. Tunggu! Gerakan dance-nya.. Begini dan begini.. Wow, lama lama kamu jadi anggota boyband.” Kata MoonByul sambil meniru gerakan lagu baru Eric. Eric tertawa lepas.
“Hahaha aku akan kalahkan Mamamoo.”
MoonByul tersenyum tipis, “nggak yakin.”
“Eh Byul…” Eric menahan MoonByul.
“Kenapa?”
Namun nyalinya tiba-tiba menghilang sehingga ia mundur selangkah, “ah.. Aniya. Lupain aja.”
“Obrolan tadi di show ya?” Tanya MoonByul hati-hati. Eric hanya menjawab MoonByul dengan tawanya yang getir.
“Aku kelihatan natural ya tadi? Nggak kayak habis diputusin kan?”
MoonByul tertawa, “hahaha kamu masih bisa bercanda.”
“Supaya nggak stress.”
“Jadi kalian nggak pernah ngobrol lagi?” Tanya MoonByul sambil menggulung lengan bajunya.
Eric menggeleng, “pesanku aja nggak dibalas.”
“Dia beneran ganti nomer, Oppa.. Aku tadi nggak bercanda.”
“Kapan?”
“Beberapa saat setelah kalian pisah.”
Eric mengangguk pelan, “oh gitu…”
“Tapi kami masih suka lihat dia buka buka album foto bareng kamu.. Terus nonton video kalian.. Yah, sebatas itu. Nggak ada yang berani nanya juga.”
“Kenapa ya dia putusin hubungan sama aku gitu aja?”
“Beberapa cerita terkadang butuh effort lebih besar daripada cerita lainnya untuk diselesaikan. Mungkin buat Unnie, ini yang terbaik.”

***

MARET 2020
“Ngapain senyum-senyum?” Tanya Brian ketika melihat kakaknya sibuk main handphone di tempat tidurnya. Eric tidak menggubris pertanyaan Brian dan terus terkekeh sendiri. Namun karena COVID19 yang menyebabkan seluruh umat manusia di muka bumi harus melakukan self-quarantine demi mencegah penyebaran pandemi ini, Brian tidak punya pilihan lain selain mengganggu kakaknya. Sudah dua minggu mereka tidak pergi ke mana-mana dan Brian sudah merasa sangat bosan. Ia tidak terima kakaknya bahagia sendirian.
Hyung, jawab!” Seru Brian sambil melemparkan bantal ke Eric.
Eric mengerang, “go away!”
I won’t! Lagi ketawain apa sih? Hyuuung?”
Brian pun tidak kehilangan akal. Ia bergegas bangkit dari duduknya dan meraih handphone Eric secara paksa. Ia tahu kakaknya akan membunuhnya, namun siapa yang peduli kalau sudah di masa-masa bosan setengah mati seperti ini?
Eric mengerang lagi, kali ini terdengar begitu kesal, “I told you before, I don’t like it. Jangan pegang-pegang HP-ku sembarangan.”
“Ada apanya sih? Kamu lagi nonton film bokep atau…” Kalimat Brian sontak terpotong begitu saja saat melihat nama Solar di chatroom Eric. Brian melemparkan tatapan penuh tanya pada kakaknya, namun Eric hanya menatapnya dan berkata, “udah keponya?”



Brian mengangguk kecil lalu menyodorkan handphone-nya.
“Aku nggak nerima pertanyaan.”
“Siapa?” Tanya Brian lirih, “siapa duluan yang kirim chat?”
“Dia.”
You’re a liar.” Sahut Biran dengan mata menyelidik.
Aniya! Bener bener dia! Nih baca sendiri!” Eric melemparkan handphone-nya ke adiknya.
Brian menggeleng, “wae? Setelah sekian lama... Kenapa tiba-tiba?”
“Nggak tahu.”
“Terus dia bahas gimana dinginnya dia waktu November kemarin kalian ketemu?”
“Baru juga ngobrol…”
“Hyung, inget ya motto hidupmu yang selalu kamu bangga-banggain.”
Eric mengernyitkan dahinya.
“Nggak ada tuh cerita balikan sama mantan. Balikan sama aja membaca buku yang udah kamu selesai baca. Kalo bukunya bagus sih nggakpapa, tapi kalo bukunya nggak bagus gimana? Kalian kan pisah karena dia nggak berani ambil resiko besar untuk kalian, tapi juga untuk kebaikan kalian, ya.. Yaudah. Nggak bisa diapa-apain lagi. Nggak ada gunanya juga balikan, iya kan?”
“Berisik.”
Brian mencibir Eric sambil membuka handphone-nya. Ia mencari sebuah lagu lalu memutarkannya. Ketika mendengar suaranya sendiri keluar dari speaker kamarnya, Eric langsung melempar bantal ke arah Brian.
Can you just give me some privacy, pleaseee?”
“Tuh, dengerin lagu kamu sendiri. If she runaway, don’t tell you that she wants you back.”
Eric melempar satu bantal lagi ke arah Brian, “berisik.”
Seiring dengan Brian yang meninggalkan kamar, Eric pun mendengarkan setiap lirik lagunya dengan saksama. Namun tanpa ia sadari, ia malah bergumam sendiri.
“Emangnya mantan nggak bisa balikan?”

I gave you everything you ever wanted
You left me behind
Now you wanna come back and jump on it
No, not, not this time

You could go, you could stay
But you should know
If you run away, run away
Don't tell me that you want
Don't tell me that you want me back

Tidak ada komentar:

Leave me some comment! Thank you, guys:}

Diberdayakan oleh Blogger.