kepada hati yang masih mendendam

Di setiap fase kehidupan kita pasti pernah bertemu dengan seseorang yang tidak bisa dilupakan. Beberapa di antaranya karena terlalu baik, namun ada juga karena meninggalkan kenangan buruk. Setiap kenangan menyisakan satu dan dua titik penyesalan yang disertai pengharapan untuk membenarkan masa lalu. The good news is, we only owe this moment. There's no turning back nor jumping ahead.

Sekali dalam beberapa waktu masih ada orang-orang yang dengan kurangajarnya datang dan bercerita tentang kamu. Kamu yang begini, kamu yang begitu. Kamu yang sudah bisa ini, Kamu yang sudah bisa begitu. Sedangkan kita berdua tetap menjadi dua orang yang tidak berkomunikasi satu sama lain. Padahal dulu, tidak ada satu hari pun tanpa berbincang dengan kamu --direct nor indirect.

Suatu malam aku bicara dengan teman. Di masa di mana aku sudah berada di tempat terbaik yang bisa kucapaii saat ini; saat segala hal berjalan sesuai rencana dan menghasilkan apa yang diharapkan. Kami bicara tentang masa depan lalu dia membicarakan kamu yang bahkan sudah jauh dari pikiran.

Aku masih menyimpan dendam rupanya.

Dendam akan pengakuan dari kamu kalau kita berakhir bukan karena aku, kalau kita sakit juga bukan karena aku. Bukan karena aku. 

Hal yang mungkin sulit untuk aku dapatkan dalam waktu dekat bahkan mungkin selamanya. Tapi perasaan itu terus menghantui bahkan ketika aku nggak menginginkannya sama sekali. Aku jadi takut kalau suatu hari sudah waktunya buka hati, apa bisa aku tidak lari?

So are you happy now? Finally happy now, you?

Aku kira aku bisa jawab, "yes, I am." Tapi nyatanya belum.

Sebagian dariku masih tertinggal di masa lalu ketika yang lainnya sudah bergerak melangkah maju. Pathetic.


Tidak ada komentar:

Leave me some comment! Thank you, guys:}

Diberdayakan oleh Blogger.