How Can I Say episode 1

Menulis ≠ Membuat cerita

Menulis = Bercerita



Sebuah poin besar hilang dari diriku ketika lagi asyik-asyiknya jadi penulis produktif  “kayak temen-temen lain” alias update mulu setiap hari dengan judul ganti-ganti; menikmati tumbuhnya tokoh dan perjalanan alur ceritaku sendiri. Dengan kesibukan super padat, aku pernah update 5 cerita dalam satu hari. Sampai suatu hari aku menyimpulkan bahwa nulis cerita = cari tema, tahu mau kasih tahu apa, tulis aja asal akhirnya kasih punchline biar ngena. Jadilah kamu kenal dengan Bon Voyage, Lover, Long Story Short bahkan Jump Then Fall; mereka lahir tanpa rasa. Mereka hadir karena aku ingin menulis, tapi bukan tentang Dimas & Alana. Brengsek. Egois.


Karena aku ngerasa mampu memproduksi chapter baru setiap harinya, aku jadi punya kualitas tulisan yang nggak satu standar. Kemudian terakhir kali nulis LSS minggu kemarin aku sadar ... kalau nulis itu butuh waktu dan rasa. Karena untukku pribadi, menulis itu tentang “bercerita”. Sedangkan pada fase ini, aku yang produktif mati-matian setahun lalu sudah kehilangan nyawa untuk bercerita.


Jadilah kamu harus membaca hasil “buatanku”, bukan membaca ceritaku. Apakah ada yang paham tentang rasa ini?


Belakangan aku jadi memaksa setiap tokohku berlaku dan memutuskan sesuatu sesuai mauku. Padahal setiap manusia diciptakan oleh Yang Maha Esa dengan tujuan, tugas dan rasanya masing-masing. Hal yang aku renggut begitu saja karena egoku terlalu tinggi untuk mengakui bahwa aku lelah lari-lari.


Entah kenapa menulis tidak lagi membahagiakan. Mungkin karena aku berhenti merasa dan menulis ala kadarnya; yang penting update.


Maaf ya belum cukup baik untuk menjadi pencerita yang baik.


(Tolong kasih tahu Luna, Omar, Keano dan Keara. Dosaku terlalu banyak untuk mereka).

Tidak ada komentar:

Leave me some comment! Thank you, guys:}

Diberdayakan oleh Blogger.