[FLASH FICTION] Kisah yang Ditulis Ulang
Dari balik pintu samar-samar gue dengar suara paraunya berbincang dengan sahabat karibnya, Alvia. Sejujurnya gue deg-degan juga mengingat raut wajah Arka yang tidak bisa terbaca saat gue berpamitan mau ke Senayan City bareng Kiara. Dia bukan bete karena gue pergi sama orang lain, dia juga bukan kesal karena gue nggak nawarin dia pergi, dia lebih ... entahlah, gue nggak mau nyakitin diri sendiri.
Arka berujar, “gue takut nggak bisa sama dia ... Karena gue nggak bisa ngimbangin dia.”
“Kok gitu? Bukannya lo seneng-seneng aja sama dia, Ka?”
Arka menghela nafas kecil. Terdengar begitu berat hingga membuat gue sesak sendiri. Ia membalas, “seneng mah seneng aja, Liv ... Tapi apa yang lo harapin dari perasaan kaya gini? Hampir semua hal yang dia lakuin bukan gue.”
“Contohnya?”
“Gue udah coba waktu jalan, telponan, kenal teman temannya ... Tapi tetep aja, gue nggak bisa masuk ke dunianya. Kayak ngobrol sama dia selepas itu, seasyik itu. Cuman buat jadi pasangan, gue yakin, dia juga belum tentu bisa cocok sama dunia gue.”
“Bercanda aja lo," tukas Alvia, "gue paling tahu kalo dia sayang banget sama lo. Mungkin lo belum mencoba lebih keras, Ka.”
“Liv," Arka tertawa; tawa nyinyir yang sudah gue hapal di luar kepala, "kalo sayang emang buat kita bahagia, kenapa justru gue lebih banyak tersiksa karena harus bekerja keras masuk ke dunianya?”
Alvia terdengar terkekeh kecil; seperti salah tingkah karena mungkin bingung juga harus bagaimana di posisi super canggung ini. Dia sering dengar gue cerita tentang betapa bahagianya gue sama Arka, tetapi sekarang dia malah dengar kalau bahagia adalah rasa paling jauh yang laki-laki itu miliki ketika harus masuk ke dunia seorang Tara. Pada detik itu juga gue tahu bahwa Arka Satya memang sudah ditakdirkan untuk hadir, tetapi hanya sekadar untuk mampir.
***
Tidak ada komentar:
Leave me some comment! Thank you, guys:}