[FLASH FICTION] Between The Line : Sebuah Kedangdutan
Jakarta, 17 November 2026
RHEA
Gue beneran bingung deh sama laki gue. Serius, ada aja tingkahnya.
Mata gue melirik Apple Watch di tangan kiri dan berdecak kesal. Harusnya kalau Aga nggak keras kepala, sekarang kami sedang duduk-duduk manis di Marina Bay Sands Singapura sambil makan romantis dan menikmati hasil perbudakan selama ini. Sayangnya setelah pulang dari Paris untuk bulan madu, Aga jadi orang paling pelit yang pernah gue tahu. Nggak bisa marah juga, sih, mengingat tagihan kartu kredit yang sampai limit dan kulkas rumah kami mendadak rusak sampai harus beli baru. Aduh, gue masih nggak biasa sebenernya untuk menyebut kata kami. Tapi, yah, gue udah nikah beneran sama sahabat gue sendiri. There’s no turning back.
“Yang, huhuhu,” keluh Aga di samping gue. Gue mencoba untuk tersenyum karena malu dengan perempuan berbaju hijau di depan gue yang ngaku-ngaku pembaca Petrichor. Dia sempat space out beberapa saat ketika gue dan Aga tiba dengan wajah suami gue itu yang sedang drama. Mungkin setelah podcast gue yang dirilis ke YouTube tentang siapa Aksara dan Harmoni sebenarnya membuat pembaca gue menganggap gue dan Dirgantara Satria adalah relationship goals.
But little did they know, jadi korban friendzone itu nggak menyenangkan sama sekali. Bahkan sampai saat ini gue masih teguh pendirian bahwa friends shouldn’t love each other. Tapi friends boleh cium-cium gemes each other karena mendapatkan kehangatan adalah hak segala bangsa. SIAP.
“Yang, aku nggak dangdut sumpah huhuhu,” ulang Aga karena nggak kunjung dapat respons dari gue. Tapi gue malah mendongak dan menatap perempuan tadi. Biarin aja, Aga harus tau kalo gue kesel banget sama tingkah tololnya hari ini. Dari 365 hari di dunia, kenapa harus hari ini sih dia bertingkah gila?
“Jadi tangan suami saya gimana, Sus?” tanya gue tanpa menggubris Aga. Perempuan dengan name tag Camelia itu tersenyum lebar. “Ini melepuh sih, Mbak Aya. Mungkin akan ninggalin bekas, tapi kalau sering dikasih obat ya akan sembuh juga. Lain kali sebaiknya kalau mau ambil sesuatu dari oven harus pakai sarung tangan ya, Mas Aga. Jangan lupa juga pastikan kalau pemanas atas dan bawahnya benar-benar sudah mati.”
“Ya pastiin juga kalo nggak perlu sentuh-sentuh dinding ovennya kalo nggak mau cari mati,” timpal gue sarkas. “Makasih ya, Sus.”
“Yang, kok galak?” Aga merajuk. Matanya kini terlihat berkaca-kaca dengan tatapan minta ampun dari gue. Sayangnya gue kenal Aga sudah masuk tahun ke sebelas, jadi sorry ya, Ga. You can’t fool me.
“Saya tinggal dulu ya, Mas, Mbak,’ sahut Suster Camelia seraya meninggalkan kami di salah satu bilik IGD. Gue pun langsung mendudukkan diri di samping Aga sambil menatapnya murka. Sementara laki-laki yang sedang berulang tahun ke 29 hari ini pun melempar tatapan memelas pada gue. Gue tahu sih dia pasti juga kaget karena ini pertama kalinya Aga mencoba buat kue ulang tahun sendiri. Tapi kalau bukan karena dia kepanasan setelah gue bahas tentang Abimana Mahesa, pasti hal konyol kayak gini nggak akan terjadi.
Gue benci lihat dia sakit. Tapi gue lebih benci lagi kalo lihat dia sakit karena gue.
Dan momen itu terjadi lagi hari ini. Ketika Aga masih jadi pemenang utama dalam lomba budak cinta sedunia versi Rhea Eleanor Wicaksono. Padahal yang gue bahas itu tentang Abimana di tahun 2022. Tetapi bahkan ketika di jari manis tangan kanan gue bersemayam cincin nikah dari dia, laki-laki konyol ini tuh masih bisa loh cemburu sama Abimana. Halo, Abimana aja nggak ke Gereja, Ga!
“Kamu marah ya, Ya?” lirih Aga.
“Nggak, Ga,” jawab gue pelan. “Aku cuman pengen makan orang aja.”
“Ya sama aja dong,” sentak Aga dengan bibirnya yang mengerut. “Aga kan udah bilang cuman pengen tunjukin ke Rhea kalo di ulang tahun sekarang tuh Aga bisa masak buat kita berdua. Bisa bikin kue juga kayak,” ia berhenti beberapa saat sebelum akhirnya, “ya kayak siapa ajalah.”
“Kayak Abi,” timpal gue. “Abimana yang suaminya Naura.”
“Bahas aja terus,” cibir Aga.
“Loh kok elu yang sewot?” tanya gue kesal. Aneh banget punya laki.
Yang bikin kesal langsung mengernyitkan dahi. “Ya udah lupain deh. Ayo pulang, kita beli tiket ke Singapura sekarang.”
“Eh, jangan gila. Diem lu, gue mau ngomong,” kataku sembari menahan tangannya. Aga meringis kesakitan.
“Sakit, Ya … yang ini juga tadi kena panasnya dikit walau nggak nempel ke oven.”
“Aga tuh … aduh nggak tahu, ah, Rhea bingung harus gimana.” Gue mengacak rambut dengan frustasi. Udah gila kali ya harus menghadapi Aga yang kayak gini.
“Aga cuman mau Aya bangga juga sama Aga,” aku Aga akhirnya. “Kayak lu bangga pas lagi ceritain mantan lu.”
“Oh, jadi kalo lu lagi ceritain Almira yang sekarang udah sukses juga gue harus belajar jadi dokter gitu? Iya?” Gue nggak kuat sampai akhirnya mulai ngegas. Biarin deh, biar dia paham! “Ga, nggak gitu, jir, cara mainnya.”
“Ya nggak perlu jadi dokter juga, sih, Ya. Kan kita lulusan Komunikasi,” sahut Aga enteng.
“Aga tahu nggak sih kalo Aya khawatir banget pas Helen bilang Aga tangannya kebakar? Aga tahu nggak kalo Aya nggak suka Aga sakit? Aya benci kalo Aga sakit,” gertak gue dengan suara agak bergetar. “Apalagi kalo sakitnya karena Aya.”
Aga pun bangkit dari posisi tidurnya kemudian meraih tangan gue. “Kok gitu ngomongnya? Siapa yang sakit karena elu sih, Ya? Jangan dangdut.”
“Itu kata-kata gue, anjir!” kesal gue. Masih bisa aja ini laki ngelawak di saat bininya udah nangis bombai di UGD. Emang brengsek.
“Maafin Aga, ya?” ucap Aga. “Aga cuman mau Rhea bangga aja sama Aga.”
“Nggak perlu bisa masak, Ga, buat bikin Rhea bangga. Kalo itu yang gue cari, gue sekarang udah berhijab dan nikah sama Abi,” sergah gue tanpa menatap matanya. “Tapi sekarang gue di sini, sama lo … jadi istri lo. Artinya Abi masa lalu gue, dan elo, selalu elo yang akan jadi masa depan gue.”
“Kok Aya nangis, sih? Aga kan jadi sedih, Yang,” ujar Aga sembari menarik gue ke dalam pelukannya. “Maaf ya Aga suka bucin berlebihan. Lain kali Aga nggak akan bikin kamu panik lagi. Tapi kamu juga jangan suka ngadi-ngadi. Masa bahas Abi bisa ina, inu, ina, inu dan kamu tahu kalo Aga nggak bisa? Yang Aga bisa kan cuman satu.”
“Apa?”
“Selalu dan selamanya cinta sama Rhea.”
“GUE PUKUL YA LO!” seru gue sembari mendorongnya. Aga meringis karena tangan kirinya yang melepuh tadi bergesekan dengan baju gue. Namun akhirnya kami berdua tertawa.
“Makasih ya Mbak Istri udah langsung ke sini waktu tau saya lagi drama. Saya janji nggak akan tolol lagi.” Aga mengusap pucuk kepala gue lembut.
Kedua alis gue pun sontak bertaut. “Tolol itu udah jadi kebiasaan kamu, Ga. Udah nggak bisa. Nggak usah berharap berubah hahahaha.”
“Sial hahaha.”
“Lo nggak perlu berusaha buat kayak orang lain ya, Ga. Karena buat gue, gimana pun elo, ya gue akan terima. Karena gue maunya cuman elo.”
Aga mendekatkan kepalanya ke arah gue dan menempelkan dahinya sambil tersenyum lebar. Aroma mint dari mulutnya selalu membuat gue nggak bisa menahan diri untuk meninggalkan sebuah kecupan di sana. Sayangnya gue tahu ini adalah tempat umum jadi gue nggak boleh,
“Maaf, nggak kuat nahan,” ujar Aga setelah mengecup bibir gue. Jahanam memang.
“Ya udah nggak papa, lagi ulang tahun.”
“Gue mau ulang tahun terus deh biar boleh cium lo di mana aja.” Aga nyengir.
“Jangan gila,” tegur gue sembari melingkarkan kedua tangan gue di lehernya. “Cepat sembuh ya, Sayangnya Rhea. Habis ini kita pulang terus buka kado dari gue.”
“Loh? Gue kira gue udah dapet kadonya.”
“Hah?”
“Iya, kado gue kan di sini,” ucap Aga santai seraya menunjuk ke arah gue. “Elo. Selalu dan selamanya jadi kado terbaik di hidup gue.”
“Gombal,” sahut gue sambil tersipu. “Selamat ulang tahun, Aga.”
“Terima kasih, Rhea.”
Kami menutup percakapan itu dengan dua kecupan singkat lagi sebelum akhirnya dokter datang dan memperbolehkan suami gue pulang. Sepanjang jalan Aga nggak berhenti menatap gue yang mengemudikan CRV hitamnya karena nggak mau laki-laki yang habis drama itu menabrakkan kami berdua karena tangannya sedang terluka. Gue nggak tahu kalau ternyata gue menghabiskan sepuluh tahun untuk menunda memiliki hal terbaik di hidup gue seperti laki-laki ini.
Selamat ulang tahun, Mas Suami.
***
HAPPY BIRTHDAY LEE JAE WOOK! ❤️❤️❤️
Tidak ada komentar:
Leave me some comment! Thank you, guys:}