[FLASH FICTION] SOUR : all i want

Di antara riuh musik kantin Pelita Jaya University sore ini, ada sebuah suara yang ikut beradu dalam diamnya bibir mungil itu. Katanya, tubuh bisa bergerak tanpa disuruh bila sudah merasa familier terhadap sesuatu. Tetapi hari ini, canggung masih menyeruak ke seluruh penjuru tubuhnya. Perempuan dengan rambut dikucir dua itu yakin sebuah rasa familier bisa tumbuh setelah dua atau tiga kali pertemuan, sedangkan ini mungkin sudah masuk kelima kalinya ia bertemu dengan laki-laki jangkung itu. She bites her lips as he walks to her. Tangan kanannya yang dimasukkan ke saku celana dan tangan kiri yang menggenggam proposal itu membuat pikiran perempuan itu semakin liar. Bisa-bisanya teman se-gengnya tidak ada yang suka dengan laki-laki itu just because he is 5 years older than her. Katanya, laki-laki kayak om-om! Nyebelin banget!


Teman-temannya sering mencibir karena laki-laki itu jarang ganti baju. Kalau hari Senin mereka bertemu, mungkin ia pakai kemeja kotak-kotak berwarna kuning dan hitam. Nanti di hari Kamis mereka tidak sengaja berpapasan di mini market, pasti ia memakai kemaja biru langit polos dengan celana bahan berwarna cokelat muda. Sementara hari Jumat seperti ini ia akan hadir dengan kemeja putih dan celana jeans biru tua layaknya seorang mahasiswa. But he isn't. He is an assistant lecturer that out of her league, according to her friends judgement.


"Keyra, lo itu cocoknya sama anak kuliahan juga. Dia terlalu tua buat lo. Outfit-nya aja begitu terus. Masa mau nemenin ngurus event kampus cuman pakai kaos oblong warna putih sama celana jeans? Please, deh, dia cuek banget sama penampilannya. How you dressed is showing how much you respect yourself."


Dua malam yang lalu, kalimat Prisil masih menggema di kepalanya menjadi topik overthinking utama seorang Libra bernama Aqueeni Keyra. Namanya juga Keyra, mau beli makanan aja harus tanya dulu sama temannya. She doesn't confident enough to choose. But for this case, kadang memang ada benarnya juga omongan teman-temannya. Perempuan itu tidak bisa mengelak gap usia di antara mereka benar-benar memegang pengaruh besar terhadap hubungan yang sedang dibangun ini. Keyra jarang menggunakan kata saya, sedangkan laki-laki itu terbiasa memanggil dirinya dengan panggilan saya sejak kecil. Keyra sudah kenal dengan media streaming bernama Netflix, sedangkan laki-laki itu sukanya berkebun dan membaca buku. Dengan tangannya yang cukup berotot itu, ia sering mengganti pupuk tanaman rumahnya di kala senggang. Berbeda dengan Keyra yang kalau senggang malah ngumpul bareng The Switchblade buat julid di rumah Sabina.


Hati Keyra masih ribut dengan ribuan kutukan karena laki-laki itu benar-benar menawan hari ini, sementara yang dibicarakan sudah sampai di depannya. Satu hal lainnya yang Keyra suka adalah laki-laki ini tidak perlu parfum branded seperti milik Ray untuk memiliki tubuh yang harum. Tempo hari, saat mereka bertemu di ruangan dosen, Keyra mendapati parfum laki-laki itu adalah sebuah body mist keluaran toko palugada terkenal dari Jepang. It cost her around 20 rupiah and she knows it since she went there to buy her ART a present. 


Jadi, kalau Prisil bilang dia cuek banget itu nggak juga. He knows how to take care of himself.


"Saya lama, ya? Maaf, saya tadi ketemu anak semester dua. Mereka mau penjurusan dan saya disuruh kasih pengarahan sama Mam Lya," jelasnya tanpa Keyra minta. Hal lain yang tidak bisa dinilai hanya dari sekadar melihat fisiknya adalah bagaimana dia memperlakukan Keyra dengan lembut. Ia benar-benar terlihat menghargai Keyra.




"Nggak apa-apa, Mas Ivan. Lagian, aku sambil nontonin anak Performing Arts lagi latihan." Keyra mencoba membuat laki-laki itu tidak merasa bersalah dan sepertinya berhasil karena Ivan langsung mengajaknya untuk beli minum. Keduanya bergegas ke stall minuman di kantin sambil mencoba mencairkan kecanggungan.


"Hari ini kamu ada kelas agama, ya?" 


Keyra mengangguk tanpa mengalihkan pandangannya dari kemeja putih Ivan. He might looks so boring for others, but she could stare at him forever. Kali ini, rasa tidak nyamannya karena kalimat-kalimat tidak suportif dari teman-temannya seakan menguap ke langit bebas. Sepertinya, nggak apa-apa kalau Mas Ivan berbeda.


"Kamu kenapa ngelihatin saya, Keyra?" tanyanya menyelidik. Mungkin dia risi juga.


Keyra mengerjap dan menggeleng. Ia berujar, "nggak apa-apa, Mas ganteng, sih! EH?"


Seketika bibir Ivan terlihat melengkung kecil dengan pipinya yang tersipu. Sementara itu, Keyra langsung berbalik dan mengutuk kebodohannya hari ini. Bisa-bisanya dia bilang seperti itu pada asisten dosennya? Mau ditaruh di mana wajah Keyra?!


"Terima kasih. Keyra juga cantik."


Demi Tuhan, kalau Keyra tidak tahu malu, ia mungkin akan berbalik dan minta laki-laki itu untuk mengulang kembali kalimatnya. Tetapi, ia malah menutup wajahnya hingga lipstik merah yang ia gunakan tadi terasa menempel di telapak tangannya. Sial! Sepertinya, di cerita kali ini, Keyra tidak bisa mendengar teman-temannya lagi.


No matter what, she really wants this man.




***


a flash fiction inspired by Taylor Swift - Style

Tidak ada komentar:

Leave me some comment! Thank you, guys:}

Diberdayakan oleh Blogger.