kepalamu penuh hingga menangis pun nggak melegakannya

Banyak banget yang berubah, banyak banget yang bikin marah. 


Sebuah reaksi wajar karena ngerasa nggak aman lagi, akibat banyak hati yang nggak lagi kita kenali. Sakit kepala udah jadi teman sehari-hari. Bahkan ketika kantuk sudah singgah menghampiri, memejamkan mata seakan tidak pernah ada di opsi. Karena isi kepala terlalu penuh, meraung-raung minta didengar, tetapi saking terlalu banyak yang ingin dimuntahkan, dia nggak tahu harus minta didengar oleh siapa.


Sakit, sakit rasanya lihat mereka semua sudah bergerak dari terakhir kali gue bertemu. Andai gue punya hati baja, mungkin perasaan-perasaan ini bukan sesuatu hal yang luar biasa. Tapi, melihat orang bergerak sementara memori terakhir tentang kami belum beranjak dari kepala, membuat gue sedih luar biasa. 


Penuh. Penuh. Penuh.


Pernah gak sih merasa seperti di penjara padahal hari-harimu selalu menyisakan waktu untuk kamu diam dan menikmati kota? Selalu ada waktu untuk duduk dan menikmati secangkir coklat panas di sore hari. Selalu ada kesempatan untuk belajar hal baru seperti yang biasanya dilakukan rakyat sebayamu. Tapi, kepalamu penuh, terlalu banyak yang ada di sana, hingga nggak ada ruang untuk jujur dan mengosongkannya.


Andai kalian semua nggak berubah, apakah gue akan baik-baik aja? Andai gue juga sudah berubah, apakah gue akan baik-baik saja?


Monoton. Keseharian ini membuat muak walau diri nggak pernah luput dari bersyukur dan mengucapkan selamat. Selamat karena di usia ini sudah memiliki hal-hal essentials kecuali pacar yang selalu diagung-agungkan masyarakat. Selamat karena sudah merasa cukup dan nggak mencari-cari yang nggak ada. Tapi, lelah itu menyeruak setiap kali menyadari hari-hari berlalu hanya begini-begini saja.


Eric. Nggak lagi ada getar yang sama ketika kami bertemu di dunia maya. Mungkin ini adalah perasaan yang wajar ketika jalan tahun ketiga. She fell hard, and he fell harder. Sayangnya, dia belum jatuh cinta sama gue, dan menyadari bahwa kebersamaan kami nggak lagi membuat gue bahagia membuat gue panik.


Kalau bukan Eric yang membuat gue bahagia, lalu siapa?


Penuh. Penuh. Penuh.


Kantuk menyeruak setibanya gue di laman blog. Menceritakan hati gue yang gundah karena kemarin dapat like dari gebetan, tapi tiba-tiba postingan gue di-unlike. Lucu. Lucu bagaimana kita jatuh hati pada persona seseorang di dunia maya, ketika dunia lo terkungkung pekerjaan, keterbatasan koneksi karena semuanya jadi teman, dan nggak ada yang potensial di aplikasi kencan online.


Penuh. Penuh. Penuh.


Kalau gue nggak dijadikan opsi, apakah gue masih punya keinginan untuk berbagi kepada orang lain?


Karena maaf, setelah biasa bercerita segalanya, hati jadi nggak punya rasa percaya berbagi, setelah tahu selalu berakhir jadi opsi. Kacau. Kacau sekali perasaan sayang yang hanya berakhir sebelah pihak. Karena kalo gue juga disayang, gue nggak akan jadi pilihan.


Sekarang sudah menguap. Gue lelah, hati gue pasrah.


Gue hanya ingin istirahat dengan tenang.




Tidak ada komentar:

Leave me some comment! Thank you, guys:}

Diberdayakan oleh Blogger.