Mau ke mana?
Gue selalu bergerak cepat.
Di kepala gue, akan sangat menyenangkan kalau semua tugas sudah selesai dan gue bisa melakukan apa pun yang gue suka. Jadi, untuk segera sampai tujuan, gue pun berlari dengan cepat. Namun belakangan, cepat berubah menjadi buru-buru, lalu buru-buru berubah menjadi nggak menentu. Kadang geraknya cepat, kadang lambat, kadang nggak bergerak sama sekali.
Gue lupa kapan terakhir kali gue bisa menikmati sesuatu.
Menikmati buku yang gue baca. Menikmati film yang gue tonton. Menikmati makanan yang gue pesan. Menikmati waktu bareng orang-orang yang tersayang. Bukan karena gue tidak menyukai semua hal yang gue sebutkan tadi, tapi, gue tidak lagi melakukan hal itu untuk menikmatinya.
Iya, jadi itu semua gue yang milih. Rasa sesak ini, rasa nggak nyaman ini, semua pilihan gue.
Semuanya bermula dari menurut gue, hidup itu selalu ada tujuannya. Selalu ada alasannya. Selalu ada hasilnya. Sekecil apa pun yang gue lakukan akan berdampak untuk kegiatan menulis gue. Membaca buku yang bagus supaya tulisan gue jadi bagus. Menonton film yang bagus untuk menemukan ide-ide tulisan yang bagus. Makan berbagai hal baru untuk referensi cita rasa yang bisa gue tulis. Jalan-jalan ke tempat baru untuk pengalaman baru di tulisan gue. Bahkan bekerja dengan cepat dan nggak pakai leha-leha juga supaya gue bisa segera menulis.
Jadi, semuanya rasa nggak nyaman ini gue lakukan supaya bisa damai menulis, improve tulisan gue, berkembang jadi penulis lebih baik. TAPI NYATANYA gue pun sering nggak ngerasa enjoy ketika nulis yang berakhir gue nggak punya pelarian apa pun ketika stres dateng. Nggak ada sesuatu yang bikin gue happy lagi karena menulis juga sekarang punya standar sendiri. Standar buat lebih baik dari episode sebelumnya, lebih detail, lebih relatable sama pembaca ...
Setelah tahunan gue nggak masuk rumah sakit, akhirnya gue diinfus lagi karena tipes. Aneh banget, kenapa tipes? Gue nggak kelelahan secara fisik. Gue melakukan segala hal dengan seimbang: kerja, main, nulis, olahraga, istirahat. Semuanya gue lakuin sewajarnya manusia dewasa 24 tahun.
Tapi ternyata, setelah duduk dan mulai nulis dari hati, gue sadar yang nggak gue lakuin adalah menikmati setiap prosesnya, jadi gue nggak sadar gue udah ngabisin banyak banget energi buat hal itu. Nggak kerasa capeknya, padahal udah capek banget. Kerja dengan buru-buru, main dengan buru-buru, nulis dengan penuh tekanan, olahraga dengan tekanan, istirahat pun kadang tertekan karena ngerasa gak ngehasilin apa-apa.
Setiap hari kayak lagi jadi pelari yang harus ngejer garis finish. Bedanya, gue mengejar sesuatu yang nggak tau apa itu. Nggak tau arahnya ke mana. Kenapa gue keras banget sama diri gue sendiri? Kenapa semua hal harus selalu produktif dan berarti ketika kadang kita bisa rileks dan nikmatin masa-masa itu?
Mau ke mana, sih? Semua yang pengen dilakuin udah bisa dilakuin, kan? Kenapa buru-buru banget?
Itu belum ada jawabannya sampai sekarang. Tapi, mungkin perlahan gue bisa punya jawabannya kalo gue balik nulis di sini dan cerita. Cerita aja kayak dulu. Living my life, menikmati setiap momennya, memaknai setiap langkahnya. Nggak usah hidup buru-buru lagi. Nggak selalu harus menghasilkan sesuatu, bertujuan untuk sesuatu. Sometimes, we just live our life aja.
24 tahun ... ternyata gue udah 24 tahun, ya?
Hebat juga gue bisa bertahan sejauh ini .... :)
Tidak ada komentar:
Leave me some comment! Thank you, guys:}