[3] thought it was love, i was misunderstood


Merry Christmas, Mentari.


Ditatapnya pohon natal sederhana yang ia taruh di meja kerja dengan mata bengkaknya. Menangis sambil menyelesaikan pekerjaan adalah keahliannya. Hari ini padahal hari yang selalu Tari tunggu-tunggu karena keluarganya sering menghabiskan waktu ke negara-negara bersalju untuk merayakan Hari Natal dan Tahun Baru. Tetapi, ini tahun kedua tidak ada cerita yang sama lagi dan Tari hanya bisa menangis sembari meratapi hidup yang lebih banyak prank-nya ini.


Kenapa orang yang dicintai sering membuat kita merasa kecewa seperti ini?


Kepalanya masih berputar-putar dan tengkuknya masih berkeringat dingin sejak pagi tadi. Ternyata benar, ya, Natal kali ini pun nggak ada salju untuk Tari. Yang ada hanyalah inisiatif konyol orang tuanya untuk membatalkan tiket liburan mereka dan pergi ke rumah oma di Cirebon. Sudah berapa kali inisiatif macam ini menghancurkan Tari? Kenapa mereka tidak bertanya dan mengajak Tari bicara? Kenapa mereka tidak berusaha hingga Tari bicara tentang keinginannya?


Apakah cinta seperti ini?


Apakah cinta akan membuatmu merasa sedih hingga ingin mati?


Pada akhirnya, Galen akan jadi prioritas utama mereka karena masih memiliki masa depan yang sama. Memiliki jalan yang cemerlang untuk melanjutkan pohon kesuksesan keluarga. Tari yang gagal ini nggak punya apa-apa selain dibiarkan saja terpuruk dan gagal dalam rencananya.


Tidak ada yang menyayanginya. Tidak ada yang memprioritaskannya. Tidak ada tang memahaminya.


Tari sepertinya tidak akan pernah lagi bahagia.




Tidak ada komentar:

Leave me some comment! Thank you, guys:}

Diberdayakan oleh Blogger.