cerita pukul 5 pagi dari orang yang kebingungan.

 Hati gue yang bimbang cukup menjelaskan kalau gue sudah terlalu lelah berjuang.




Gue bukan tipe orang yang nggak tahu apa yang gue mau. Gue selalu tahu apa yang gue mau. Gue selalu mengusahakan meskipun semesta selalu kasih tanda-tanda untuk mundur. Mulai dari beda agama, beda dunia, sampai beda intensi di pertemuan pertama. Harusnya sadar diri kalau mundur adalah pilihan terbaik. Tapi, gue nggak pernah menyerah. Karena gue Capricorn yang gigih dan berani, hahaha. 


Tapi, kali ini gue bingung dan kebingungan gue bikin orang lain bingung juga.


Gue kira gue bingung sama perasaan gue. Ternyata, gue bingung karena ketakutan gue.


Entah sejak kapan gue jadi pesimis kayak gini, atau emang Capricorn selalu pesimis? Tapi, gue merasa takut gagal lebih sering menghantui gue setelah sering berjuang dan berakhir ditinggal. Dalam beragam hubungan, gue sering bertahan sebelum garis finish dan nggak mau meninggalkan duluan. Alasannya macam-macam, tapi yang paling sering adalah gue nggak suka berhenti memperjuangkan. Jadi, gue membiarkan orang lain yang memilih melewati garis finish itu. 


Begonya, gue akan selalu sedih dan marah setiap melihat orang-orang itu memilih untuk mencapai garis finish ketika gue masih berjuang untuk bertahan di pertarungan. Jelas-jelas emang harus berakhir, kenapa masih dipaksakan, sih?


Takut kehilangan emang bikin orang jadi berengsek.


Kali ini, gue bingung karena takut kehilangan dia. Di usia 25 tahun ini, gue sadar betul kalo koneksi itu mahal harganya. Jadi, waktu gue merasa dia akan pergi lagi, gue ketakutan. Takut untuk melangkah, takut untuk memilih. Padahal gue tau di posisi ini gue sama dia nggak bisa apa-apa selain jalanin pertemanan ini. Ya ampun, bohong banget kalo kita ngerasa ini cuman temenan. The connection is too real.


Tapi, temenan juga bisa punya koneksi kayak gini.


Ya sudahlah, gue pasrah aja sama semesta. Biarkan Allah yang berkehendak dan yang jadi rejeki gue nggak akan melewati gue.


Apakah lo rejeki gue?


Iya.


Apakah akan tetap jadi rejeki gue ke depannya?


Entahlah. Tapi gue berdoa, semoga elo adalah bagian dari rejeki gue. Walau gue nggak tau lo punya doa yang sama atau nggak, tapi gue memilih memasrahkan diri sama Yang Maha Esa. Semudah Ia membolak-balikkan perasaan gue buat Eric Nam, mungkin takdir kita berdua juga akan sama bercandanya.


Yang jelas, yang rejeki kita nggak akan ngelewatin kita.



Tidak ada komentar:

Leave me some comment! Thank you, guys:}

Diberdayakan oleh Blogger.