he was never your guy.

Semakin lama gue semakin yakin hidup adalah rangkaian kelas dengan ujian-ujian di setiap levelnya. Gue yakin nggak cuman gue yang sering mengulang cerita yang sama dengan keadaan dan pemeran yang berbeda. Diulang lagi, diulang terus. Setiap kali berada di tempat itu selalu kebingungan padahal keadaan serupa sudah dialami beberapa kali.


Sama seperti ujian di sekolah, kalau belum dapat nilai sesuai KKM ya wajib ikut remedial. Dan kelas yang paling sering gue datangi selama 25 tahun ini adalah kelas berserah dan pasrah sama jawaban Tuhan.


Gue nggak terima kalau bukan dia orangnya. Tetapi semesta, semua teman terdekat kami, bahkan dia juga tahu kalau kami nggak ada jalannya. Sayangnya, gue nggak capek-capek berharap. Meski sesekali harapannya gue kikis, gue gantikan dalam format lain, tapi intinya sama: gue mau dia. Gue taunya hidup bakal bahagia sama dia. Gue tau dia yang terbenar buat gue.


Meskipun dengan itu banyak mimpi gue yang padam karena nggak sejalan dengan keinginannya. Meskipun dengan bersamanya harus jadi orang lain dengan standar-standar kehidupannya yang gue nggak pernah ngerti. Meskipun dengan berdiri di sampingnya harus merasa nggak cukup setiap harinya.


Andai dari lama gue belajar mengikhlaskan diri, mungkin nggak perlu gue masuk kelas yang sama bertahun-tahun. Nggak perlu gue terjebak dengan serial cerita yang sama karena nggak selesai sama dia. Nggak perlu ada hati orang-orang yang sakit karena selalu kebingungan setiap masuk ke kehidupan gue. Nggak perlu juga ada hati orang-orang lain yang kebingungan karena gue dan lo yang selalu berkaitan tapi punya pandangan masing-masing tentang hubungan ini.


We never stand in the same page anyway. Selalu berbeda. Nggak punya visi yang sama.

But the idea of you made me believe that we could be something. The idea of you. The idea that I could be better for you. The idea of you finally accept me for who I am.

Unfortunately, at the end of the day, all I need is peace to finally admit it. That you were never the guy for me. What we had was the best we could get at that time. That our time is over.
And after I could admit it without the what-ifs scenario, I finally could let you go. 

Terima kasih. Untuk tahun-tahun menyenangkan, untuk usaha saling membahagiakan, untuk jadi teman baik di hidup gue. I will always cherish our friendship. And as you walked through your path, I will walk on mine too.

To a happy me. The one yang nggak masuk ke kelas yang sama lagi karena mencari sosok pengganti lo di mana-mana. The one yang akan mencintai dan dicintai tanpa harus jadi orang lain.

Because 2023 is a happy year, Bro. It really is, for both of us, in our seperated way.

Ps : Film ini sangat memberikan validasi bahwa pilihan semesta untuk nggak mempertemukan kita adalah benar adanya.

https://drive.google.com/uc?export=view&id=1OyDQbZtRlsd98Exmna8Qs4hzmq8HJwnO

Tidak ada komentar:

Leave me some comment! Thank you, guys:}

Diberdayakan oleh Blogger.